Halaman

Minggu, 18 November 2012

TEORI KEBUTUHAN MASLOW

Motivasi itu tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan itu tidak baik. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa motivasi selalu berkaitan dengan kebutuhan, Abraham Maslow mengklasifikasikan kebutuhan secara berurutan, menjadi 6 bagian. Konsep Abraham Maslow dikenal dengan piramida kebutuhan.




Keterangan :
1) Kebutuhan fisiologi (phsycological needs)
2) Kebutuhan rasa aman ( Safety needs)
3) Kebutuhan mendapatkan kasih sayang dan memiliki (needs for belonging and love).
4) Kebutuhan memperoleh penghargaan orang (needs for esteem)
5) Kebutuhan aktualisasi diri (needs for self actualization)
6) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti (needs to know and understand)32
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan kami uraikan masing-masing kebutuhan:

a) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah merupakan jasmani manusia, misalnya akan makan, minum, tidur, istirahat dan sebagainya. Untuk belajar yang efektif dan efisien, siswa harus sehat. Jika siswa sakit hal itu dapat mengganggu kerja otak yang mengakibatkan terganggunya kondisi fisik, yang kemudian dapat mengganggu konsentrasi belajar.
b) Kebutuhan rasa aman
Manusia membutuhkan ketenteraman dan keamanan jiwa. Perasaan takut akan kegagalan, kecemasan, kecewa, dendam, ketidakseimbangan mental dan kegoncangan-kegoncangan emosi yang lain dapat mengganggu kelancaran belajar siswa. Agar belajar siswa dapat meningkat kearah yang lebih efektif, maka siswa harus menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan menjadi aman dan konsentrasi pikiran dapat dipusatkan pada pelajaran.
c) Kebutuhan mendapatkan kasih-sayang dan memiliki.
Dengan mendapatkan kasih sayang, seseorang merasa bahwa ia diterima oleh kelompoknya, merasa bahwa ia merupakan salah seorang anggota keluarga yang cukup berharga. Agar setiap siswa merasa ia diterima dalam kelompoknya, maka dapat dilakukan dengan cara belajar bersama dengan teman yang lain. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman berfikir siswa. Kebutuhan untuk diakui sama dengan orang lain sering mendapatkan kasih sayang dan memiliki merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi.

d) Kebutuhan memperoleh penghargaan orang lain
Harga diri seseorang timbul dalam hubungannya dengan orang lain seseorang akan merasa dirinya dihargai oleh orang lain apabila ia merasa bahwa dirinya dianggap penting dalam hal ini tugas guru adalah mencari dalam diri siswa, apa yang membuat siswa itu merasa dirinya dianggap penting.
e) Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Setiap individu memiliki potensi atau bakat masing-masing yang terkandung di dalam dirinya. Kebutuhan aktualisasi diri atau untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.
f) Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti
Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti adalah kebutuhan untuk mengetahui rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan, informasi dan untuk mengerti sesuatu. Untuk memenuhi kebtuhan ini dapat diupayakan melalui belajar.
Hirarki kebutuhan sebagaimana dikemukakan di atas menggambarkan bahwa setiap tingkat di atasnya hanya dapat dibangkitkan apabila telah dipenuhi tingkat motivasi yang dibawahnya. Bila guru mengingingkan siswanya belajar dengan baik maka harus dipenuhi tingkat yang terendah dan tingkat yang tertinggi. Guru dalam memberikan motivasi kepada siswa hendaklah menciptakan suasana lingkungan yang menyenangkan bagi siswa dengan suasana yang menyenangkan itu siswa dapat belajar secara optimal.
Dalam memberi motivasi ada beberapa teori yang perlu diketahui antara lain:
1) Teori Fisiologi
Menurut teori ini bahwa semua tindakan manusia itu berakal pada usaha yang memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau kebutuhan fisik, seperti tentang makanan. Dari teori ini muncul tentang perjuangan hidup.
2) Teori Psikoanalitik
Teori ini mengatakan bahwa setiap tindakan manusia karena ada unsur pribadi yakni id dan ego.
3) Teori Kebutuhan
Toeri ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik fisik maupun psikis. Seorang pendidik dalam memberikan motivasi harus mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan siswanya.
4) Toeri Reaksi yang dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau prilaku manusia berdasarkan pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan ditempat ia hidup dan dibesarkan. Apabila seorang guru ingin memotivasi siswanya, maka harus benar-benar mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan siswanya.
Selanjutnya untuk mengetahui dan melengkapi uraian tentang motivasi itu perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang tua memiliki ciri sebagai berikut:
(a) Tekun menghadapi tugas
(b) Ulet menghadapi kesulitan, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa
(d) Lebih senang bekerja mandiri
(e) Cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin
(f) Dapat mempertahankan pendapatnya kalau sudah yakin akan sesuatu
(g) Tidak mudah melepaskan hal yang dia miliki
(h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti seseorang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Maslow adalah seorang psikolog humanistik. Humanis tidak percaya bahwa manusia yang mendorong dan ditarik oleh kekuatan mekanik, salah satu dari rangsangan dan bala bantuan (behaviorisme) atau impuls naluriah sadar (psikoanalisis). Humanis berfokus pada potensi. Mereka percaya bahwa manusia berusaha untuk tingkat atas kemampuan. Manusia mencari batas-batas kreativitas, tertinggi mencapai kesadaran dan kebijaksanaan. Ini telah diberi label “berfungsi penuh orang”, “kepribadian sehat”, atau sebagai Maslow menyebut tingkat ini, “orang-aktualisasi diri.”
Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah.


Read more: Teori Hierarki Kebutuhan Maslow | belajarpsikologi.com
mengembangkan teori kepribadian yang telah mempengaruhi sejumlah bidang yang berbeda, termasuk pendidikan. Ini pengaruh luas karena sebagian tingginya tingkat kepraktisan’s teori Maslow. Teori ini akurat menggambarkan realitas banyak dari pengalaman pribadi. Banyak orang menemukan bahwa mereka bisa memahami apa kata Maslow. Mereka dapat mengenali beberapa fitur dari pengalaman mereka atau perilaku yang benar dan dapat diidentifikasi tetapi mereka tidak pernah dimasukkan ke dalam kata-kata.
Maslow adalah seorang psikolog humanistik. Humanis tidak percaya bahwa manusia yang mendorong dan ditarik oleh kekuatan mekanik, salah satu dari rangsangan dan bala bantuan (behaviorisme) atau impuls naluriah sadar (psikoanalisis). Humanis berfokus pada potensi. Mereka percaya bahwa manusia berusaha untuk tingkat atas kemampuan. Manusia mencari batas-batas kreativitas, tertinggi mencapai kesadaran dan kebijaksanaan. Ini telah diberi label “berfungsi penuh orang”, “kepribadian sehat”, atau sebagai Maslow menyebut tingkat ini, “orang-aktualisasi diri.”
Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah.


Read more: Teori Hierarki Kebutuhan Maslow | belajarpsikologi.com

PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Prinsip Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
  1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
  2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
  3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
  4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
  5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
  1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
  2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
  3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
  4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
  5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
  6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
  7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.
Pendapat Abdurahman Al Nahlawi, mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut :
a. System dan pengembangan kuikulum hendaknya memperhatikan
fitrah manusia, agar tetap berada kesuciannya dan tidak
menyimpang.
b. Kurikulum hendaknya mengacu kepada pencapaian tujuan akhir
pendidikan sambil memperhatikan tujuan-tujuan dibawahnya.
c. Kurikulum perlu disusun secara bertahap mengikuti periodisasi
perkembangan peserta didik. Perlu juga disusun kurikulum khusus
berdasarkan perbedaan jenis kelamin mengingat adanya perbedaan
peranan dan tugas masing-masing dalam kehidupan social.
d. Kurikulum hendaknya memperhatikan kepentingan nyata
masyarakat seperti kesehatan, keamanan, administrasi, dan
pendidikan. Kurikulum hendaknya disesuaika dengan kondisi dan
lingkungan seperti iklim dan kondisi alam yang memungkinkan
adanya perbedaan pola kehidupan, agraris, industri dan komersial.
e. Kurikulum hendaknya terstrutur dan teroganisasi secara intregal.
Hubungan antar bidang studi, bahasa pokok, dan jenjang
pendidikan dijalin dengan satu yang mengacu pada kepada tujuan
akhir pendidikan, serta bersumber pada suatu dasar pandangan
bahwa seluruh alam adalah milik Allah SWT. Dengan prinsip ini
segala peristiwa dan situasi kehidupan dibahas secara
interdisipliner.
f. Kurikulum hendaknya realistis. Artinya kurikulum dapat
dilaksanakan sesuai dengan berbagai kemudahan yang dimiliki
setiap Negara yang melaksanakan.
g. Metode pendidikan yang merupakan salah satu komponen
kurikulum ini hendaknya fleksibel. Artinya metode pendidikan

dapat disesuaikan denga berbagai kondisi atau situasi lokal, serta
perbedaan-perbedaan individual secara bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik mengorganisasi dan menganalisis bahan
ajar. h. Kurikulum hendaknya efektif untuk mencapai tingkah laku dan
emosi yang positif.
i. Kurikulum hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan
peserta didik, baik fisik, emosional ataupun intelektualnya. Serta
berbagai masalah yang dihadapi dalam setiap tingkat
perkembangan seperti pertumbuhan bahasa, kematangan social,
dan kesiapan religiusitas.
j. Kurikulum hendaknya memperhatikan aspek-aspek tingkah laku
ilamiah baik dalam kehidupan individual maupun hubungan social
peserta didik.
Sepuluh prinsip kurikulum sebagaimana dikemukakan oleh
abdurrahaman Al Nahlawi di atas tampak sudah meliputi apa saja yang
secara teknis disebut prinsip-prinsip umum kurikulum. Jadi dapat
disimpulkan bahwa prinsip-prinsip umum kurikulum ialah prinsip
relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis dan
efisiensi, dan prinsip efektivitas.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2259457-prinsip-prinsip-kurikulum-pendidikan/#ixzz2CcxZaWAi
Pendapat Abdurahman Al Nahlawi, mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut :
a. System dan pengembangan kuikulum hendaknya memperhatikan
fitrah manusia, agar tetap berada kesuciannya dan tidak
menyimpang.
b. Kurikulum hendaknya mengacu kepada pencapaian tujuan akhir
pendidikan sambil memperhatikan tujuan-tujuan dibawahnya.
c. Kurikulum perlu disusun secara bertahap mengikuti periodisasi
perkembangan peserta didik. Perlu juga disusun kurikulum khusus
berdasarkan perbedaan jenis kelamin mengingat adanya perbedaan
peranan dan tugas masing-masing dalam kehidupan social.
d. Kurikulum hendaknya memperhatikan kepentingan nyata
masyarakat seperti kesehatan, keamanan, administrasi, dan
pendidikan. Kurikulum hendaknya disesuaika dengan kondisi dan
lingkungan seperti iklim dan kondisi alam yang memungkinkan
adanya perbedaan pola kehidupan, agraris, industri dan komersial.
e. Kurikulum hendaknya terstrutur dan teroganisasi secara intregal.
Hubungan antar bidang studi, bahasa pokok, dan jenjang
pendidikan dijalin dengan satu yang mengacu pada kepada tujuan
akhir pendidikan, serta bersumber pada suatu dasar pandangan
bahwa seluruh alam adalah milik Allah SWT. Dengan prinsip ini
segala peristiwa dan situasi kehidupan dibahas secara
interdisipliner.
f. Kurikulum hendaknya realistis. Artinya kurikulum dapat
dilaksanakan sesuai dengan berbagai kemudahan yang dimiliki
setiap Negara yang melaksanakan.
g. Metode pendidikan yang merupakan salah satu komponen
kurikulum ini hendaknya fleksibel. Artinya metode pendidikan

dapat disesuaikan denga berbagai kondisi atau situasi lokal, serta
perbedaan-perbedaan individual secara bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik mengorganisasi dan menganalisis bahan
ajar. h. Kurikulum hendaknya efektif untuk mencapai tingkah laku dan
emosi yang positif.
i. Kurikulum hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan
peserta didik, baik fisik, emosional ataupun intelektualnya. Serta
berbagai masalah yang dihadapi dalam setiap tingkat
perkembangan seperti pertumbuhan bahasa, kematangan social,
dan kesiapan religiusitas.
j. Kurikulum hendaknya memperhatikan aspek-aspek tingkah laku
ilamiah baik dalam kehidupan individual maupun hubungan social
peserta didik.
Sepuluh prinsip kurikulum sebagaimana dikemukakan oleh
abdurrahaman Al Nahlawi di atas tampak sudah meliputi apa saja yang
secara teknis disebut prinsip-prinsip umum kurikulum. Jadi dapat
disimpulkan bahwa prinsip-prinsip umum kurikulum ialah prinsip
relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis dan
efisiensi, dan prinsip efektivitas.

Sumber:
Pendapat Abdurahman Al Nahlawi, mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut :
a. System dan pengembangan kuikulum hendaknya memperhatikan
fitrah manusia, agar tetap berada kesuciannya dan tidak
menyimpang.
b. Kurikulum hendaknya mengacu kepada pencapaian tujuan akhir
pendidikan sambil memperhatikan tujuan-tujuan dibawahnya.
c. Kurikulum perlu disusun secara bertahap mengikuti periodisasi
perkembangan peserta didik. Perlu juga disusun kurikulum khusus
berdasarkan perbedaan jenis kelamin mengingat adanya perbedaan
peranan dan tugas masing-masing dalam kehidupan social.
d. Kurikulum hendaknya memperhatikan kepentingan nyata
masyarakat seperti kesehatan, keamanan, administrasi, dan
pendidikan. Kurikulum hendaknya disesuaika dengan kondisi dan
lingkungan seperti iklim dan kondisi alam yang memungkinkan
adanya perbedaan pola kehidupan, agraris, industri dan komersial.
e. Kurikulum hendaknya terstrutur dan teroganisasi secara intregal.
Hubungan antar bidang studi, bahasa pokok, dan jenjang
pendidikan dijalin dengan satu yang mengacu pada kepada tujuan
akhir pendidikan, serta bersumber pada suatu dasar pandangan
bahwa seluruh alam adalah milik Allah SWT. Dengan prinsip ini
segala peristiwa dan situasi kehidupan dibahas secara
interdisipliner.
f. Kurikulum hendaknya realistis. Artinya kurikulum dapat
dilaksanakan sesuai dengan berbagai kemudahan yang dimiliki
setiap Negara yang melaksanakan.
g. Metode pendidikan yang merupakan salah satu komponen
kurikulum ini hendaknya fleksibel. Artinya metode pendidikan

dapat disesuaikan denga berbagai kondisi atau situasi lokal, serta
perbedaan-perbedaan individual secara bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik mengorganisasi dan menganalisis bahan
ajar. h. Kurikulum hendaknya efektif untuk mencapai tingkah laku dan
emosi yang positif.
i. Kurikulum hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan
peserta didik, baik fisik, emosional ataupun intelektualnya. Serta
berbagai masalah yang dihadapi dalam setiap tingkat
perkembangan seperti pertumbuhan bahasa, kematangan social,
dan kesiapan religiusitas.
j. Kurikulum hendaknya memperhatikan aspek-aspek tingkah laku
ilamiah baik dalam kehidupan individual maupun hubungan social
peserta didik.
Sepuluh prinsip kurikulum sebagaimana dikemukakan oleh
abdurrahaman Al Nahlawi di atas tampak sudah meliputi apa saja yang
secara teknis disebut prinsip-prinsip umum kurikulum. Jadi dapat
disimpulkan bahwa prinsip-prinsip umum kurikulum ialah prinsip
relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis dan
efisiensi, dan prinsip efektivitas.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2259457-prinsip-prinsip-kurikulum-pendidikan

4 PERBEDAAN TERBESAR ANTARA ORANG AMERIKA DENGAN INDONESIA

Amerika Serikat. Dikenal juga sebagai United States of America. Memiliki sistem pemerintahan federal dan merupakan asal sistem pemerintahan presidensial. Salah satu negara super-power di dunia yang merupakan salah satu dari negara termaju di dunia. Hampir superior dalam segala bidang, yang paling mencolok adalah pertahanan, teknologi, dan ekonomi. Selain itu, juga merupakan pembuat masalah terbesar di dunia setelah Russia.
Indonesia. Dikenal juga sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara dengan 17,000 pulau dengan sistem pemerintahan presidensial dengan berlandaskan Pancasila. Negara kepulauan besar yang berada di antara 2 benua dan 2 samudra. Salah satu negara transit perdagangan yang cukup ramai. Memiliki hubungan yang cukup buruk dengan Malaysia dan merupakan salah satu negara paling konsumtif dan korup di dunia.
Setelah anda melihat secara sekilas kedua negara tersebut, maka akan terdapat jutaan perbedaan antar penduduknya. Tapi, ada beberapa perbedaan yang sangat mencolok di antara kedua negara ini dan penduduknya. Saya mencoba mengupas dari sisi edukasi dan sosial budaya.
Pilih yang mana, universitas/sekolah swasta atau negeri?
Coba anda ajukan pertanyaan ini kepada orang Indonesia, pasti mereka akan langsung menjawab “jelas negeri!”. Di Indonesia, sekolah swasta umumnya tidak terlalu terkenal, kecuali jika memang punya nama besar seperti Bali International School atau sejenisnya yang memiliki prestasi tingkat tinggi. Umumnya orang Indonesia lebih memilih sekolah negeri karena biaya lebih murah. Begitu juga dengan orang Amerika. Sekolah negeri atau public schools di sana memang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah negara bagian yang bersangkutan. Namun, ketika menyangkut kualitas, umumnya sekolah swasta di Indonesia memiliki sedikit masalah dengan kualitas. Persepsi bahwa sekolah swasta memiliki mutu yang kurang daripada sekolah negeri menyebabkan sekolah negeri kebanjiran peminat. Lain halnya dengan di Amerika. Meskipun biayanya lebih mahal, sekolah swasta dilirik oleh orang mampu karena sekolah swasta atauprivate schools umumnya memiliki image borjuis dan elite. Soal mutu, mungkin ada perbedaan sedikit, tapi tidak terlalu signifikan.
Yang mana duluan, teori atau praktek?
Sistem pendidikan di Indonesia terlalu menekankan pada teori. Semuanya berdasarkan teori. Memang sekolah mempunyai lab, namun jarang digunakan. Siswa-siswa SD diajarkan materi yang jauh melebihi kemampuan nalarnya. Secara akademis, mereka bagus. Namun, begitu disuruh melakukan praktek, mereka kelabakan. Seperti sebuah adegan dari film 3 Idiots, hanya Rancho yang mempraktekkan air garam sebagai elektrolit dengan cara menyetrum seniornya yang kencing di depan pintunya dengan sebuah sendok.Semua orang tahu kalau air garam adalah elektrolit, tapi tidak semua orang bisa mempraktekkan kegunaannya.
Orang Amerika berbeda lagi. Mereka memiliki rasa ingin tahu dan sikap ilmiah yang cukup tinggi. Sistem pendidikan berbasis pada learning by doing atau “belajar dengan cara melakukan”. Jika anda berkunjung ke sekolah Amerika, biasanya pada pelajaran sains, lab pasti ramai. Selain itu, di beberapa sekolah, terdapat kewajiban kerja amal. Ini melatih soft skill siswa untuk hidup di masyarakat. Sebagai perbandingan, dalam kurikulum Amerika tidak dikenal adanya “Pendidikan Agama” ataupun “Budi Pekerti” atau “Pendidikan Anti-Korupsi”. Tapi apakah itu berarti mereka tidak punya moral dan akhlak? SALAH BESAR! Di Indonesia, kita hanya mempelajari teori Budi Pekerti, bukan mempraktekkan, sedang orang Amerika sudah belajar etika dari masyarakat sejak kecil.
Konsumerisme
Orang Indonesia cenderung ikut-ikutan. Entah itu trend handphone, memakai kawat gigi, bermobil, dan sejenisnya. Hal itu menyebabkan tingkat konsumsi Indonesia akan barang luar sangat besar. Apalagi penyebabnya kalau bukan iklan-iklan tidak bermutu di media massa dan tekanan teman-teman (peer group). Remaja-remaja membuang-buang uang untuk membeli BlackBerry, berbondong-bondong ke ahli gigi untuk memasang kawat gigi yang membuat penampilan mereka semakin hancur saja, dan merengek kepada orang tua agar dibelikan mobil. Bahkan para orang tua pun memiliki konsumsi yang cukup besar, apalagi yang tinggal di daerah metropolitan macam Jakarta.
Sebenarnya orang Amerika tidak terlalu berbeda, tapi mereka mempunyai konsep yang jelas tentang keuangan mereka. Dengan bantuan financial advisor, perencanaan keuangan menjadi mudah. Ditambah dengan asuransi, maka mereka tidak perlu khawatir apabila mobil mereka tiba-tiba hancur. Tapi yang terlihat jelas berbeda adalah kemampuan remaja Amerika dalam mencari uang sedari remaja. Tidaklah aneh melihat mahasiswa bekerja di sebagai kasir convinience store atau busboy di McDonalds untuk mencari tambahan uang jajan. Intinya, mereka lebih tahu cara menggunakan uang.
Apakah jalan hidupmu hanya satu, atau banyak?
Sistem pendidikan Indonesia memiliki ciri khas, yaitu sistem penjurusan sedari SMA yaitu IPA dan IPS. Dan celakanya, pamor jurusan IPA lebih baik daripada IPS. Hal ini membuat seolah-olah jalan hidup dibagi menjadi 2, yaitu mau jadi orang IPA atau IPS. Tapi tetap saja, sistem pendidikan Indonesia tidak menghargai siswa itu sendiri karena sistem ini. Siswa adalah sebuah wildcard, seorang Novice yang belum memperoleh Job dan mengalokasikan Skill Point. Dengan adanya penjurusan, maka sekolah mematikan hak siswa untuk memilih apa yang disenangi.
Di Amerika, siswa diberi kebebasan memilih mata pelajaran apapun yang ia sukai. Selain menyenangkan, sistem itu membuatnya lebih cepat mengenali kemampuannya sendiri. Hal ini sesuai denga pandangan liberal bangsa Amerika.
Sumber: http://saiderblog.blogspot.com

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pengertian Pegembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
Pada umumnya ahli kurikulum memandang kegiatan pengembnagn kurikulum sebagai suatu proses yang kontinu, merupakan suatu siklus yang menyangkut beberapa kurikulum yaitu komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi.
Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam, antara lain:
  • Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Pengembngan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
  • Prinsip Relevansi (Kesesuaian)
pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembnagan ilmu pengetahuan dan tegnologi.
  • Prinsip Efisiensidan Efektifitas.
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran. Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga harus dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa.
  • Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian. Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang dialaksanakan program ketrampilan pendidikn industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
  • Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
  • Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara proposional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik, antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap pengembangan pribadi.
  • Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat dan utuh. Diamping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.
  • Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,/media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang diaharapkan.
Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya strategi dan pendekatan adalah berbeda, perbedaan terletak pada jangkauan (cakupan) bahasannya. Hal ini berarti bahwa strategi lebih sempit dari pendekatan. Strategi pada dasarnya adalah siasat yang ditetapkan untuk untuk memecahkan suatu masalah, sedangakan pendekatan lebih menekankan usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa methode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperolah hasil kerja yng lebih baik.
Jadi pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan methode yang tepat dengan mengikuti langkah-lngkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik, ada berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum yaitu:
  • Pendektan yang berorientasi pada bahan pelajaran
  • Pendekatan yang berorientasi pada tujuan
  • pendekatan dengan pola organisasi bahan.
Sementara Shodih dan Mulyasa (2002) mengemukakan pendekatan pengembangan kurikulum berdasarkan pada sistem pengelolaan, fokus sasaran dan kompetensi. Maksudnya sistem pengelolaan pengembangan kurikulum dibedakan antara sistem pengelolaan yang terpusat (sentralisasi) dan tersebar (desentralisasi). sedangkan berdasarkan pada fokus sasaran maksudnya pengembnagn kurikulum dibedakan antara pendektan yang mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan, penguasaan kemampuan standar, penguasaan kompetensi, pembentukan pribadi, dan penguasaan kemampuan memecahkan masalah sosial kemasyarakatan. Pendekatan berdasarkan kompetensi merupakan pengembangan kurikulim yang memfokuskan penguasaan kompetensi tertentu berdasarkan tahap- tahap perkembangan peserta didik.
REFERENSI
  • Joko susilo, Muhammad, Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan, Pustaka Pelajar, yogyakrta, 2007
  • Ahmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, Pustaka Setia, Bandung 1998

Jumat, 16 November 2012

KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB

Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian dan komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh kemampuan mendengarkan, kemampuan mengucapkan, dan penguasaan kosa kata serta ungkapan yang memungkinkan anak didik dapat mengkomunikasikan maksud atau fikirannya.
Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara ialah keberanian anak didik dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu, guru hendaknya memberikan dorongan kepada anak didik agar berani berbicara kendatipun dengan resiko salah.
Pada tahap permulaan latihan berbicara dapat dikatakan serupa dengan menyimak akan tetapi tujuan akhir keduanya berbeda. Latihan berbicara menekankan kemampuan eskpresi atau mengungkapkan ide pikiran pesan kepada orang lain. Sedangan menyimak adalah kemampuan memahami apa yang disimak. Keduanya merupakan syarat mutlak bagi sebuah komunikasi lisan yang efektif secara timbal balik.
Pembelajar bahasa perlu menyadari bahwa ketrampilan berbicara melibatkan tiga bidang pengetahuan, yaitu:
a. Mekanik (pengucapan, tata bahasa, dan kosakata); penggunaan kata-kata yang sesuai dengan susunan dan pengucapan yang benar.
b. Fungsi (transaksi dan interaksi); mengetahui kapan pesan yang jelas diperlukan (transaksi atau pertukaran informasi) dan kapan pemahaman yang tepat tidak diperlukan (interaksi atau membangun hubungan).
c. Norma dan aturan sosila budaya (pengalihan pembicara, kecepatan berbicara, lamanya berhenti anatara pembicara, peran aktif pembicara); pemahaman tentang siapa yang berbicara kepada siapa, dalam situasi yang bagaimana, tentang apa, dan untuk apa.
Berikut ini model-model latihan berbicara yang digunakan dalam melatih ketrampilan kalam anak didik yaitu;
1. Latihan asosiasi dan identifikasi
Dimaksudkan untuk melatih spontanitas siswa dan kecepatannya dalam mengidentifikasi dan mengasosiasikan makna ujaran yang didengarnya.
2. Latihan Pola kalimat
a. Latihan Mekanis.
Latihan ini bertujuan menanamkan kebiasaan dengan memberikan stimulus untuk mendapatkan respon yang benar. Ada bermacam-macam latihan mekanis diantaranya adalah:
1) Pengulangan sederhana
2) Penggantian sederhana
3) Penggantian berganda
4) Tranformasi penggabungan kalimat dengan penambahan qowa’id
b. Latihan Bermakna.
1) alat peraga: baik berupa benda-benda alamiah maupun gambar-gambar yang dipakai untuk memberikan makna pada kalimat-kalimat yang dilatihkan.
2) Situasi kelas: benda-benda yang ada didalam kelas dapat dimanfaatkan untuk pemberian makna.
c. Latihan komunikatif.
Latihan ini menumbuhkan daya kreasi siswa dan merupakan latihan yang sebenarnya.
3. Latihan percakapan, model-model latihan percakapan itu adalah sebagai berikut:
a. Tanya Jawab.
b. Menghafalkan Dialog.
Guru memberikan suatu model dialog secara tertulis untuk dihafalkan oleh siswa di rumah masing-masing. Pada minggu berikutnya siswa diminta secara berpasangan untuk tampil di depan kelas untuk memperagakan dialog tersebut.
c. Percakapan Terpimpin.
Guru menentukan situasi atau konteksnya, siswa diharapkan mengembangkan imajinasinya sendiri dalam percakapan dengan lawan bicaranya sesuai dengan konteks atau situasi yang telah ditentukan.
d. Percakapan Bebas.
Guru hanya menentukan topik pembicaraan, siswa diberi kesempatan untuk melakukan percakapan mengenai topic tersebut secara bebas.
4. Bercerita
5. Diskusi, ada beberapa model diskusi yang bisa dilakukan di kelas kaitannya dengan latihan berbicara, yaitu:
a. Diskusi kelas dengan dua kelompok berhadapan.
b. Diskusi kelas bebas.
Guru menetapkan topik, siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang masalah yang menjadi topik pembicaraan tersebut secara bebas.
c. Diskusi kelompok.
d. Diskusi panel.
6. Wawancara
7. Drama
8. Berpidato


Daftar Rujukan:

DePorter, Bobby dan Mike Hemacki, dkk. 2000. Quantum Learning. Bandung: Kaifa

Effendi, Fuad Ahmad. 2005. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.


Sari, Rina. 2007. Pembelajaran Bahasa Inggris Pendekatan Qur’ani. Malang:UIN Press

TEACHING EFFICIENCY RATING SCALE FORM I


TEACHING EFFICIENCY RATING (TER) SCALE FORM I
Instructor            :.........................................................Subject   :.........................................................
Time/Day            :.........................................................Date Rated            :........................................................
Direction: Please answer all items carefully. This is your chance to describe your instructor and his/her way of teaching. Encircle the appropriate number which corresponds to your answer.
1-means never
3-means often/frequent/many times
2-means seldom/once in a while/few times
4-mean always

  1.  
I will advise my friends to be “under” this teacher.
1
2
3
4
  1.  
I learn from this teacher.
1
2
3
4
  1.  
The teacher is fair in giving grades.
1
2
3
4
  1.  
Attends class regularly.
1
2
3
4
  1.  
Suspends class for personal reasons.
1
2
3
4
  1.  
Dismisses class before time.
1
2
3
4
  1.  
Comes to class late.
1
2
3
4
  1.  
Comes to class well-prepared.
1
2
3
4
  1.  
Relates lessons with erveryday experiences or connects them to present  & future applications/uses.
1
2
3
4
  1.  
Presents lessons in an orderly manner.
1
2
3
4
  1.  
Covers satisfactorily the contents of the course.
1
2
3
4
  1.  
Answers well the questions of students/learners.
1
2
3
4
  1.  
Encourages active participation of students/learners.
1
2
3
4
  1.  
Gives illustrations/examples that make lesson clear.
1
2
3
4
  1.  
Gives and returns quizzes/exams regularly after correcting.
1
2
3
4
  1.  
Makes students report/recite in class without  listening to them.
1
2
3
4
  1.  
Motivates students/learners  to think and analyze.
1
2
3
4
  1.  
Shows approachability and open-mindedness.
1
2
3
4
  1.  
Uses different methods & techniques of teaching to make lessons clear.
1
2
3
4
  1.  
Conducts class w/ enthusiasm and humor.
1
2
3
4
Please write here comments regarding your instructor and this class.