Cukupkah anak dilengkapi pendidikan yang hanya mengutamakan aspek intelektual, atau dipersiapkan menjadi entrepreneur?
Banyak yang menganggap bahwa pendidikan hanya
mementingkan kemampuan otak. Kecerdasan hanya dinilai seberapa pandai
seorang siswa terhadap pelajaran yang diikutinya tanpa melihat Aklak,
Iman, dan Kerohanian.
Seberapa banyak generasi bangsa yang tidak mampu mengendalikan
dirinya. Terabaikannya nilai luhur, moralitas, serta lunturnya
keberadaban masyarakat mengakibatkan kejahatan Korporasi, Terorisme, dan
lain-lain.
Egoisme, serakah, hedonisme, dan menghalalkan segala cara sudah
menjadi sifat manusia yang sulit ditinggalkan. Lalu bagaimana cara
mempersiapkan generasi yang berilmu tinggi, Iman tinggi, serta punya
karakter yang mulia? Jawabannya: “Pendidikan dan Pembelajaran Holistik”.
Pendidikan Holistik mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, artistik, kreativitas dan spiritual. Ide dasar dari pendidikan holistik adalah mendidik manusia secara utuh sehingga apa yang dipelajari dapat dikontribusikan
ke masyarakat luas. Setiap pribadi akan menemukan identitas, makna, dan
tujuan hidupnya melalui hubungan dengan komunitas, dunia alamiah, dan
nilai nilai spiritual seperti perdamaian atau kerukunan. Dengan dasar tersebut maka setiap pendidik mengerti apa yang akan dicapai, akan menjadi seperti apa nantinya, dan tahu tujuan akhir dari pendidikan itu.
Melalui pendidikan holistik, siswa dapat mengembangkan
diri secara keseluruhan. Bertumbuh tidak hanya kognitif tapi secara
kerohanian, membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana
pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan
humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Siswa diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh
kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui
cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya
Kelas Kehidupan
Dalam pendidikan tingkat
lanjut, siswa biasanya hanya fokus pada satu bidang ilmu yang
diambilnya. Jika jurusan yang diambil adalah bidang teknik, maka siswa
akan tidak peduli dengan sport and art. Pendidikan holistik
bertujuan mengubah siswa berdasarkan apa yang mereka ketahui dan
memahami kontek secara utuh. Artinya bila seorang siswa mengambil
jurusan teknik, maka siswa tersebut juga akan peduli dengan olah raga,
seni, sosial dan sebagainya.
Dr. Gary A.Miller, Vice Chancellor of the University of Pelita Harapan (UPH) mengatakan bahwa melalui pendidikan holistik, setiap lulusan dapat memandang
dunia secara lebih baik melalui : (1) Proses transformatif, yaitu
pemulihan citra Allah dalam manusia, membaharui dan memberdayakan
potensi karunia Allah. (2) Proses Integratif yaitu mengintegrasikan
Iman, Ilmu dan pengembangan teknologi.
Nilai praktis pendidikan holistik
adalah mengajak siswa untuk belajar dalam kelas kehidupan melalui
praktek keluar. Membangun karakter intelektual berdasarkan Alkitab,
serta menempatkan Tuhan sebagai pusat pembelajaran.
Harapan
Kunci sukses dari pendidikan holistik
adalah keteladanan orang tua dan para pendidik termasuk didalamnya
adalah kejelasan dasar falsafah, kompetensi, serta perkembangan anak.
Demikianlah sepintas mengenai pembelajaran holistik seperti yang
diungkapkan Dr. Jonathan L. Parapak, M.Eng.Sc, Rektor UPH Surabaya
dalam pertemuan dengan para pendeta dan pemimpin gereja se Surabaya
beberapa waktu lalu.
Alumni diharapkan terdidik secara komprehensif, holistik, memiliki
ilmu serta iman yang tinggi dan dilengkapi oleh karakter mulia. Memiliki
daya kreativitas yang berkembang secara baik, kompetensi belajar
sepanjang hayat, Interpreneurship-nya berkembang secara baik dan
kompetensi kepemimpinannya mantap.
Melalui pendidikan holistik kiranya dapat membawa perubahan total yang dapat menjadi kekuatan bagi pemimpin masa depan dengan karakter yang kuat dan sikap yang baik untuk memuliakan Tuhan. (John/brkt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar