Halaman

Jumat, 18 Januari 2013

BERILMU TAPI MASIH BERMAKSIAT

Kita akan melihat perbedaan yang jelas ketika kita membandingkan orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Orang yang berilmu bagaimana pun juga jauh lebih baik daripada orang yang tidak berilmu. Karena hanya dengan ilmu-lah manusia mengetahui kebenaran dan mengamalkan kebenaran itu. Imam asy-Syafi’i pernah mengatakan bahwa ilmu mendorong seseorang beramal.

Allah Swt. berfirman, Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. az-Zumar: 9).

Namun, mengapa masih saja ada orang yang berilmu tapi di sisi lain jauh dari agama, gemar berbuat maksiat, dan melakukan perbuatan buruk lainnya? Jawabannya sebagai berikut:

Pertama, menuntut ilmu tanpa diiringi dengan rasa takut kepada Allah. Yang dia harapkan dari ilmu yang didapat hanyalah memperoleh materi yang berlimpah. Sekalipun ilmu dapat memberinya kekayaan, tapi dia menjadikan materi dan dunia ini sebagai tujuan hidupnya. Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa mempelajari suatu ilmu, yang dengan ilmu itu semestinya dia mencari wajah Allah, dia tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan kekayaan dunia, maka dia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud).

Karena dia menjadikan dunia sebagai tujuan mencium bau surga tak dapat, apalagi masuk ke surga? Ini menjadi pelajaran bagi orang-orang yang sedang menuntut ilmu. Pertama kali yang harus dilakukannya adalah meluruskan niat. Rasa takut kepada Allah memunculkan lima hal: rendah hati, menerima kebenaran darimana pun datangnya, ketenangan, kekhusyuan, dan mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat.

Kedua, tidak giat dalam menuntut ilmu. Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim. Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim tidak pernah bosan untuk mendapatkan kebenaran Allah. Dengan menuntut ilmu, seseorang akan memperoleh kebijaksanaan dan kearifan dalam menata hidup ini. Karena sesungguhnya orang-orang yang berilmu (ulama) itu pewaris para Nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambil (mempelajarinya), berarti mengambil bagian yang banyak.

Orang-orang yang hanya mengharapkan kehidupan dunia, terlihat ketika dia selesai menyelesaikan pendidikannya, dia malas membaca dan menuntut ilmu! Baginya yang penting adalah mendapatkan pekerjaan, walaupun dengan menghalalkan segala cara. Rasulullah Saw. memperingatkan orang ini dengan sabdanya, Dunia ini dibanding akhirat tidak lain hanyalah seperti jika seseorang di antara kalian mencelupkan jarinya ke lautan, maka hendaklah dia melihat air yang menempel di jarinya setelah dia menariknya kembali.” (HR. Muslim).

Ketiga, tidak selaras antara ucapan dan perbuatan. Seseorang yang ingin memahami agamanya harus berusaha sebisa mungkin menyelaraskan antara ucapan dan perbuatannya. Karena Allah sangat murka dengan orang yang pandai bicara namun tidak suka beramal. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. ash-Shaff: 2-3).

Ketiga poin ini harus dipahami jika seseorang ingin memperoleh pemahaman agama yang baik. Dengan pemahaman itulah kita dapat berjalan di dunia ini dengan bahagia dan selamat hingga ke akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar