Jumlah fi'liyah dan Ismiyah
CIRI- CIRI ISIM
ISIM (KATA BENDA)
Isim adalah kata benda atau suatu kata yang tidak memiliki waktu.
Contoh : مُحَمَّدٌُ (muhammad), مَدْرَسَةٌُ (sekolah)
Bagaimana cara mengidentifikasi isim (kata benda) dalam bahasa arab…??
Isim adalah kata benda atau suatu kata yang tidak memiliki waktu.
Contoh : مُحَمَّدٌُ (muhammad), مَدْرَسَةٌُ (sekolah)
Bagaimana cara mengidentifikasi isim (kata benda) dalam bahasa arab…??
Berikut adalah ciri-cirinya :
1. Bisa menerima tanwin seperti contoh diatas.
2. Bisa menerima( ا ل )
Contoh : النُّوْرُ (Cahaya), السَّمَآءِ (Langit)
3. Bisa menerima huruf jerr
Huruf jer yang biasa kita jumpai diantaranya adalah:
مِنْ ( dari) الي (ke) عَنْ (dari) عَلي (diatas) فِي (didalam) ب (dengan)
ل (bagi) ك (seperti)
Contoh : مِنَ السَّمَآءِ (dari langit) السَّمَآءِ adalah merupakan isim dan karenanya ia bisa dimasuki huruf jer yaitu مِنْ
4. Bisa bersambung dengan isim lain membentuk kata majemuk.
Contoh : نَصْرُللهِ (pertolongan Allah ). Merupakan 2 buah buah isim yang digabung menjadi satu dan menghasilkan satu makna.
Catatan :
Tanwin dan Alif Lam merupakn tanda isim, tetapi keduanya tidak dapat berada pada satu isim secara bersamaan.
Contoh : نُوْرٌ ketika dimasuki alif lam akan menjadi اَلنّوْرُ (tanwin-nya hilang).
Mengenai perbedaan antara isim yang bertanwin dan yang ber- ال akan dibahas pada bab isim nakiroh (kata benda umum) dan isim ma’rifat (kata benda khusus)
Berapa jumlah isim pada kalimat atau ayat dibawah ini ….???
Sebutkan beserta tanda-nya
وَبَشِّرِ الَّذِيْ ءَامَنُوْا وَعَمِلُوْا الصّلِحات
وَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً
فَيَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ
لَهُمْ دَرَجَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَ رِزْقٌ كَرِيْمٌ
وَ أَنْزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً
فَيَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ
لَهُمْ دَرَجَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَ رِزْقٌ كَرِيْمٌ
ISIM BERDASARKAN JENISNYA
PEMBAGIAN ISIM BEDASARKAN JENISNYA
Berdasarkan
jenisnya kata benda dapat dibedakan menjadi kata benda jenis laki-laki
dan kata benda jenis perempuan. Pembagian kata benda berdasarka jenis
dalam bahasa arab adalah sangat penting karena hal ini akan menyangkut
pada pemakaian dhomir (kata ganti) dan juga pemakaian fi’il (kata
kerja). Seperti contoh :
هُوَ طَبِيْبٌُ Dia adalah dokter (laki-laki) هِيَ طَبِيْبَةٌُ Dia adalah dokter (perempuan)
جاَءَ مُحَمَّدٌُ Muhammad telah datang جاَءَتْ هِنْدٌُ Hindun telah datang
Pada contoh diatas : طَبِيْبٌُ adalah isim mudzakar (kata benda jenis laki-laki) sehingga kata ganti yang digunakan juga harus berjenis laki-laki yaitu هُوَ (He). Pada contoh ke-2 طَبِيْبَةٌُ adalah isim muannast (kata benda jenis perempuan) sehingga kata ganti yang digunakan juga harus berjenis perempuan yaitu هِيََ (She).
مُحَمَّدٌُ adalah isim mudazakar sehingga fi’il (kata kerja) yang digunakan juga harus mudzakar. Begitu juga dengan هِنْدٌُ adalah isim muannast sehingga menggunakan fi’il muannast.
Sebelum
kita membahas pembagian isim (kata benda ) berdasarkan jenisnya ada
baiknya kita mengenal terlebih dahulu bebrapa istilah yang akan
digunakan :
مُذَكَر = Laki-laki
مُؤَنّث = Perempuan
1. ISIM MUDZAKAR
Adalah kata benda yang menunjukkan arti laki-laki baik manusia, hewan ataupun benda mati yang dikategorikan sebagai mudzakar.
Contoh : اَلرَّجُلُSeorang laki-laki, مُحَمّدٌُ Muhammad,
اَلْمِصْباحُ Lentera (adalah contoh benda mati yang dikategorikan sebagai mudzakar.)
2. ISIM MUANNATS
Adalah kata benda yang menunjukkan arti perempuan baik manusia, hewan ataupun benda mati yang dikategorikan sebagai muannast.
Contoh : عَائِشَةُ ‘Aisyah,الدَّجَاجَةُ Ayam betina
الشَّمْسُ Matahari (adalah contoh benda mati yang dikategorikan sebagai muannast)
Ada beberapa cara membedakan isim mudzakar dengan isim muannast yaitu :
1. Dengan membedakan jenis kelaminnya.
Contoh : Mudzakar اَلرَّجُلُ Seorang laki-laki,الدِّيْكُAyam jantan
Muannast الْمَرْأَةُ Seorang perempuan,
الدَّجَاجَة Ayam betina
2. Dengan pengelompokan secara bahasa
Isim muannast biasa memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Diakhiri denga ta marbuthoh (ة)
Contoh : خَدِيْجَةُ Khodijah, مَدْرَسَة ُ Sekolah, الشَّجَرَة Pohon
b. Anggota tubuh yang berpasang-pasang
Contoh : عَيْنٌُ Mata
يَدٌُ Tangan
c. Jamak Taksir : jamak taksir dikategorikan sebagai muannast ( jamak taksir akan dibahas tersendiri pada bab Isim Jamak)
Contoh : بُيُوْتٌُ Rumah-rumah, bentuk tunggalnya بَيْتٌُ
رُسُلٌُ Rosul-rosul, bentuk tunggalnya رَسُوْلٌُ
Walaupun رُسُلٌُ adalah isim yang jelas mudzakar, tetapi karena ia berbentuk jamak taksir maka dapat dimasukkan dalam kategori muannast.
Selain yang disebutkan diatas adalah termasuk mudzakar.
ISIM BERDASARKAN BILANGANNYA
PEMBAGIAN ISIM BEDASARKAN BILANGANNYA
Sebelum
kita membahas pembagian isim berdasarkan bilangannya kita perlu
mengenal terlebih dahulu beberapa istilah yang akan digunakan yaitu :
Tunggal مُفْرَد
تَثْنِيَّه Ganda
جَمَع Jamak
1. ISIM MUFROD
Adalah isim yang menunjukkan arti tunggal baik pada mudzakar maupun muannast.
Contoh : أُسْتَاذٌُ ( Pak guru), أُسْتَاذَةٌُ (Bu guru),
مٌُسْلِمٌ ( Seorang islam laki-laki), مٌُسْلِمَةٌُ (Seorang islam perempuan)
2. ISIM TASTNIYAH
Adalah isim yang menunjukkan arti dua baik pada mudzakar maupun muannast.
Contoh : أُسْتَاذَانِ, اُسْتاَذَيْنِ ( dua orang guru laki-laki)
أُسْتَاذَتاَنِ, أُسْتَاذَتَيْن ِ ( dua orang guru perempuan)
Catatan : Pada contoh diatas isim tastniyah yang menggunakan ن + ا adalah apabila dibaca rofa’, sedangkan yang menggunakan ن + ي adalah apabila dibaca nashob dan jer.
Penjelasan mengenai Rofa’, Nashob dan Jer akan dibahas pada bab I’rab.
3. ISIM JAMAK
Adalah isim yang menunjukkan arti jamak baik pada mudzakar maupun muannast.
Isim jamak berdasarkan keteraturan bentuknya terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Isim Jamak Taksir
Adalah isim jamak yang berubah dari bentuk mufrodnya dengan perubahan yang tidak beraturan sehingga perlu dihafal.
Contoh : : بُيُوْتٌُ Rumah-rumah, bentuk tunggalnya بَيْتٌُ
رُسُلٌُ Rosul-rosul, bentuk tunggalnya رَسُوْلٌُ
b. Isim Jamak salim
Adalah isim jamak yang berbah dari bentuk mufrodnya dengan perubahan yang teratur.
Sehingga ada 2 macam isim jamak salim :
Isim Jamak Mudzakar Salim
Isim jamak salim yang menunjukkan arti laki-laki.
Ciri-cirinya adalah adanya tambahan ن+ و dan ن + ي pada bentuk mufrodnya
Contoh : مُسْلِمُوْن , مُسْلِمِيْنَ ( Orang-orang islam laki-laki)
Catatan : Pada Contoh isim jamak mudzakar salim dengan memakai ن+ و adalah pada saat dibaca rofa’, sedangkan dengan memakai ن + ي adalah pada saat dibaca nashob dan jerr.
Isim Jamak Muannast Salim
Isim jamak salim yang menunjukkan arti perempuan.
Ciri-cirinya adalah adanya tambahan ت + ا pada bentuk mufrodnya.
Contoh : مُسْلِماَت ( Orang-orang islam prempuan)
مُؤْمِناَت (Oarang-orang mukmin perempuan)
SIM BERDASARKAN KEJELASANNYA
Berdasarkan kejelasannya, isim terbagi menjadi 2 macam yaitu :
1. ISIM NAKIROH
Adalah isim yang menunjukkan makna umum atau belum jelas kekhususannya. Dengan kata lain bahwa isim tersebut belum pasti/tertentu atau dapat menimbulkan pertanyaan “…yang mana?”
Contoh : رَجُلٌُ ( Orang laki-laki), وَلَدٌُ ( Seorang anak laki-laki), اُسْتاَذٌُ (Pak Guru), كِتاَبٌُ (Buku)
Ciri dari isim nakiroh adalah keberadaan tanwin dan ketiadaan alif lam sebagaimana contoh diatas.
Adakah isim nakiroh yang tidak bertanwin dan tidak ber-alif lam? Jawabnya ada. Yaitu Isim Mustanna dan Jamak Mudzakar Salim. (Bisa dilihat pada bab pembagian isim berdasarkan bilangannya)
Contoh : رَجُلاَنِ ( dua orang laki-laki), رَجُلُوْنَ (orang-orang laki-laki)
2. ISIM MA’RIFAT
Adalah isim yang menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya. Dengan kata lain isim tersebut telah diketahui secara pasti/tertentu atau tidak lagi menimbulkan pertanyaan “… yang mana?”.
Contoh : الرََّجُلُ ( Orang laki-laki itu), اَلْوَلَدُ (Anak laki-laki itu ), مُحَمَّدٌُ (Nama orang)
Untuk lebih jelasnya dalam memahami perbedaan antara isim nakiroh dan isim ma’rifat, lihat table ini.
Sedangka isim-isim yang termasuk isim ma’rifat adalah :
1.Isim yang diawali dengan alif lam.
2.Isim Dhomir (Kata Ganti/Pronoun)
3.Isim Maushul (Kata Sambung)
4.Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
5.Isim yang diawali dengan huruf munada (huruf panggilan).
6.Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)
7.Isim nakiroh yang disandarkan pada isim ma’rifat
1. ISIM NAKIROH
Adalah isim yang menunjukkan makna umum atau belum jelas kekhususannya. Dengan kata lain bahwa isim tersebut belum pasti/tertentu atau dapat menimbulkan pertanyaan “…yang mana?”
Contoh : رَجُلٌُ ( Orang laki-laki), وَلَدٌُ ( Seorang anak laki-laki), اُسْتاَذٌُ (Pak Guru), كِتاَبٌُ (Buku)
Ciri dari isim nakiroh adalah keberadaan tanwin dan ketiadaan alif lam sebagaimana contoh diatas.
Adakah isim nakiroh yang tidak bertanwin dan tidak ber-alif lam? Jawabnya ada. Yaitu Isim Mustanna dan Jamak Mudzakar Salim. (Bisa dilihat pada bab pembagian isim berdasarkan bilangannya)
Contoh : رَجُلاَنِ ( dua orang laki-laki), رَجُلُوْنَ (orang-orang laki-laki)
2. ISIM MA’RIFAT
Adalah isim yang menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya. Dengan kata lain isim tersebut telah diketahui secara pasti/tertentu atau tidak lagi menimbulkan pertanyaan “… yang mana?”.
Contoh : الرََّجُلُ ( Orang laki-laki itu), اَلْوَلَدُ (Anak laki-laki itu ), مُحَمَّدٌُ (Nama orang)
Untuk lebih jelasnya dalam memahami perbedaan antara isim nakiroh dan isim ma’rifat, lihat table ini.
Sedangka isim-isim yang termasuk isim ma’rifat adalah :
1.Isim yang diawali dengan alif lam.
2.Isim Dhomir (Kata Ganti/Pronoun)
3.Isim Maushul (Kata Sambung)
4.Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
5.Isim yang diawali dengan huruf munada (huruf panggilan).
6.Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)
7.Isim nakiroh yang disandarkan pada isim ma’rifat
ISIM MA’RIFAT
Adalah
isim yang menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya.
Dengan kata lain isim tersebut telah diketahui secara pasti atau tidak
lagi menimbulkan pertanyaan “… yang mana?”.
Yang termasuk isim ma’rifat adalah :
1. Isim yang diawali dengan alif lam.
Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma’rifat.
Contoh : الرََّجُلُ ( Orang laki-laki itu), اَلْوَلَدُ (Anak laki-laki itu).
2. Isim Dhomir (Kata Ganti)
Dhamir atau "kata ganti" ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.
Macam-macam isim dhomir yang lain dapat dilihat pada table berikut
Contoh:
يَرْحَمُ اْلأَوْلاَدَ أَحْمَدُ = Ahmad menyayangi anak-anak
هُوَ يَرْحَمُهُمْ = Dia menyayangi mereka
Pada contoh di atas, kata أَحْمَدُ diganti dengan هُوَ (=dia), sedangkan الأَوْلاَد (=anak-anak) diganti dengan هُمْ (=mereka).
Menurut fungsinya, isim dhomir digolongkan menjadi 2 yaitu :
1) DHAMIR RAFA'/MUTTASHIL ( yang berfungsi sebagai Subjek)
2) DHAMIR NASHAB/MUNFASHIL (yang berfungsi sebagai Objek)
1. Isim yang diawali dengan alif lam.
Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma’rifat.
Contoh : الرََّجُلُ ( Orang laki-laki itu), اَلْوَلَدُ (Anak laki-laki itu).
2. Isim Dhomir (Kata Ganti)
Dhamir atau "kata ganti" ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.
Macam-macam isim dhomir yang lain dapat dilihat pada table berikut
Contoh:
يَرْحَمُ اْلأَوْلاَدَ أَحْمَدُ = Ahmad menyayangi anak-anak
هُوَ يَرْحَمُهُمْ = Dia menyayangi mereka
Pada contoh di atas, kata أَحْمَدُ diganti dengan هُوَ (=dia), sedangkan الأَوْلاَد (=anak-anak) diganti dengan هُمْ (=mereka).
Menurut fungsinya, isim dhomir digolongkan menjadi 2 yaitu :
1) DHAMIR RAFA'/MUTTASHIL ( yang berfungsi sebagai Subjek)
2) DHAMIR NASHAB/MUNFASHIL (yang berfungsi sebagai Objek)
Dhamir
Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata sehingga biasa disebut
dhomir muttashil, sedangkan Dhamir Nashab tidak dapat berdiri sendiri
atau harus terikat dengan kata lain dalam kalimat sehingga disebut
dhomir munfashil.
Dalam kalimat: هُوَ يَرْحَمُهُمْ (= Dia menyayangi mereka):
- Kata هُوَ (=dia) adalah Dhamir Rafa', sedangkan
- Kata هُمْ (=mereka) adalah Dhamir Nashab.
Adalah
isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai perantara kata yang
disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa diartikan dengan
“yang”
Contoh : الَّذِي (yang,untuk mudzakar), الَّتِي (yang, untuk muannast)
4. Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
4. Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
Adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dalam bahasa Indonesia biasa diartikan dengan “ini” dan “itu”.
Contoh :
هَذًا (ini, untuk mudzakar), هَذِهِ (ini, untuk muannast)
ذَالِكَ (itu, untuk mudzakar), تِلْكَ (itu, untuk muannast)
5. Munada
Adalah isim yang menjadi ma’rifat Karena kemasukan huruf panggilan (nida’)
Contoh : ياَ رَجُلُ (wahai laki-laki), ياَ اُسْتاَذُ (wahai guru)
6. Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)
هَذًا (ini, untuk mudzakar), هَذِهِ (ini, untuk muannast)
ذَالِكَ (itu, untuk mudzakar), تِلْكَ (itu, untuk muannast)
5. Munada
Adalah isim yang menjadi ma’rifat Karena kemasukan huruf panggilan (nida’)
Contoh : ياَ رَجُلُ (wahai laki-laki), ياَ اُسْتاَذُ (wahai guru)
6. Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)
Adalah isim yang menunjukkan arti nama baik nama manusia ataupun selain manusia.
Contoh : مُحَمَّدٌُ (Muhammad), مَكَّةَ (Kota Makkah), النِّيْلُ (Sungai Nil)
7. Isim nakiroh yang rangkai dengan isim ma’rifat
Isim nakiroh akan menjadi ma’rifat apabila bersambung dengan isim ma’rifat.
Contoh : قَلَمُ مُحَمَّدٍِ (Pena Muhammad), قَلَمُهُ (Pena-nya).
Kata قَلَمٌُ adalah isim nakiroh, tetapi menjadi ma’rifat karena dirangkai dengan dengan isim ma’rifat yaituمُحَمَّدٍِ (isim ‘alam PEMBAGIAN ISIM BEDASARKAN PERUBAHAN HAROKAT AKHIR
PEMBAGIAN ISIM BEDASARKAN PERUBAHAN HAROKAT AKHIR
1. Isim Mu’rob
Adalah isim yang bisa berubah harokat akhirnya karena kemasukan ‘amil.
‘Amil adalah sesuatu yang bisa menyebabkan akhir suatu kalimah (kata) dibaca berbeda-beda.
Contoh :
جاَءَ مُحَمَّدٌُ ( Muhammad telah datang)
رَأَيْتُ مُحَمَّدًَا ( Saya telah melihat Muhammad)
مَرَرْتُ بٍِمُحَمَّدٍِ ( Saya berjalan dengan Muhammad)
1. Isim Mu’rob
Adalah isim yang bisa berubah harokat akhirnya karena kemasukan ‘amil.
‘Amil adalah sesuatu yang bisa menyebabkan akhir suatu kalimah (kata) dibaca berbeda-beda.
Contoh :
جاَءَ مُحَمَّدٌُ ( Muhammad telah datang)
رَأَيْتُ مُحَمَّدًَا ( Saya telah melihat Muhammad)
مَرَرْتُ بٍِمُحَمَّدٍِ ( Saya berjalan dengan Muhammad)
Perhatikan kata مُحَمَّدُ
pada ke-3 kalimat diatas. Pada kalimat pertama berharokat dhommah, pada
kalimat ke-2 berharokat fathah, sedangkan pada kalimat ke-3 berharokat
kasroh. Terjadinya perbedaan harokat akhir tersebut disebabkan oleh
berbedanya ‘amil yang masuk pada kata tersebut yaitu جاَءَ , رَأَيْتُ, dan مَرَرْتُ.
Apabila suatu isim mengalami perubahan pada bagian akhirnya ketika
dimasuki oleh ‘amil yang berbeda, maka isim tersebut masuk dalam
kategori isim mu’rob.
2. Isim Mabni
Adalah isim yang tidak mengalami perubahan pada bagian akhirnya walaupun kemasukan ‘amil.
Yang termasuk isim mabni diantaranya adalah :
1. Isim Dhomir (Kata Ganti)
2. Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
3. Isim Maushul (Kata Hubung)
4. Isim Syarat ( Isim yang memerlukan fi’il syarat dan jawabnya)
5. Isim Istifham(Kata Tanya)
dan kata هُ (isim dhomir). FI'IL
FI’IL (KATA KERJA)
Mungkin
kita sudah sangat mengerti tentang apa itu kata kerja yang dalam bahasa
arab disebut sebagai fi’il. Fi’il atau kata kerja adalah kata yang
mengandung waktu yaitu waktu lampau (past), sekarang (present) dan akan
datang (future). Selain mengandung waktu sebuah kata kerja juga
dicirikan dengan memiliki pelaku baik orang pertama, kedua ataupun
ketiga.
Contoh :
Waktu lampau (fi’il madhi) قَرَأَ ( Dia telah membaca)
Waktu sekarang dan akan datang ( fi’il mudhori’) يَقْرَأُ ( Dia sedang membaca)
Waktu sekarang (fi’il amar) إِقْرَأْ ( Bacalah..!)
Sebelum membahas lebih jauh tentang kata kerja, perhatikan terlebih dahulu bagan Fi’il berikut
1. Fi’il Madhi
Adalah kata kerja yang menunjukkan arti lampau/past tense.
Contoh :
كَتَبَ زَيْدٌُ (Zaid telah menulis)
قَرَأَ مُحَمَّدٌُ الْكِتاَبَ (Muhammad telah membaca buku)
Fi’il madhi bersifat mabni yaitu mabni fathah ( Huruf terakhirnya selalu berharokat fathah) sebagaimana contoh diatas.
Kecuali :
a. Apabila bertemu dengan و jamak maka bermabni dhommah seperti pada contoh كَتَبُوْا ( huruf ب berharokat dhommah karena bertemu dengan و jamak).
b. Apabila bertemu dengan dhomir mutaharrik mahal rofa’ maka bermabni sukun. Dhomir mutaharrik mahal rofa’ adalah kata ganti yang berposisi sebagai subyek.
Untuk lebih jelasnya perhatikan macam-macam fi’il madhi berdasarkan dhomir (pelakunya).
2. Fi’il Mudhori’
Adalah kata kerja yang menunjukkan arti sekarang dan akan datang/present dan future.
Huruf awal fi’il mudhori’ adalah salah satu dari huruf ت ,ي ,ن ,ا .
Contoh : اَفْعُلُ , يَفْعُلُ , تَفْعُلُ , نَفْعُلُ
Waktu lampau (fi’il madhi) قَرَأَ ( Dia telah membaca)
Waktu sekarang dan akan datang ( fi’il mudhori’) يَقْرَأُ ( Dia sedang membaca)
Waktu sekarang (fi’il amar) إِقْرَأْ ( Bacalah..!)
Sebelum membahas lebih jauh tentang kata kerja, perhatikan terlebih dahulu bagan Fi’il berikut
1. Fi’il Madhi
Adalah kata kerja yang menunjukkan arti lampau/past tense.
Contoh :
كَتَبَ زَيْدٌُ (Zaid telah menulis)
قَرَأَ مُحَمَّدٌُ الْكِتاَبَ (Muhammad telah membaca buku)
Fi’il madhi bersifat mabni yaitu mabni fathah ( Huruf terakhirnya selalu berharokat fathah) sebagaimana contoh diatas.
Kecuali :
a. Apabila bertemu dengan و jamak maka bermabni dhommah seperti pada contoh كَتَبُوْا ( huruf ب berharokat dhommah karena bertemu dengan و jamak).
b. Apabila bertemu dengan dhomir mutaharrik mahal rofa’ maka bermabni sukun. Dhomir mutaharrik mahal rofa’ adalah kata ganti yang berposisi sebagai subyek.
Untuk lebih jelasnya perhatikan macam-macam fi’il madhi berdasarkan dhomir (pelakunya).
2. Fi’il Mudhori’
Adalah kata kerja yang menunjukkan arti sekarang dan akan datang/present dan future.
Huruf awal fi’il mudhori’ adalah salah satu dari huruf ت ,ي ,ن ,ا .
Contoh : اَفْعُلُ , يَفْعُلُ , تَفْعُلُ , نَفْعُلُ
Perbedaan dari ke-4 contoh fi’il mudhori’ di atas adalah terletak pada pelakunya.
Berbeda dengan fi’il madhi, fi’il mudhori’ adalah bersifat mu’rob. Artinya harokat akhir fi’il mudhori’ bias berubah-ubah tergantung pada ‘amil yang memasukinya.
Contoh :
Berbeda dengan fi’il madhi, fi’il mudhori’ adalah bersifat mu’rob. Artinya harokat akhir fi’il mudhori’ bias berubah-ubah tergantung pada ‘amil yang memasukinya.
Contoh :
يَجْلِسُ مُحَمَّدٌُ (Muhammd sedang duduk)
اَناَ لَنْ يَجْلِسَ ( Saya tidak akan duduk)
هُوَ لَمْ يَجْلِسْ ( Dia tidak sedang duduk)
Perhatikan ketiga contoh fi’il mudhori’ di atas. Harokat akhir ketiganya berubah-ubah sesuai denga ‘amil yang memasukinya.
3. Fi’il Amar.
Adalah kata kerja yang menunjukkan arti perintah melaksakan sesuatu.
Fi’il amar bersifat mabni yaitu mabni sukun untuk kata kerja yang huruf akhinya shohih (huruf hijaiyah selain ي ا و ). Dan bermabni hadzfi harfil ‘illat (membuang huruf ‘illat) apabila huruf akhirnya berupa huruf ‘illat (ي ا و ).
Contoh :
إِجْلِسْ ( duduklah), إِقْرَأْ ( Bacalah), أُغْزُ (Berperanglah)
Perhatikan ke-3 contoh diatas. Contoh 1 dan 2 bebmabni sukun karena huruf akhirnya adalah huruf shohih. Sedangkan contoh ke-3 bermabni membuang huruf ‘illat karena huruf akhirnya adalah huruf ‘illat yaitu و. Jadi أُغْزُ itu asalnya adalah أُغْزُوْ mengikuti wazan أُفْعُلْ .
Jumlah Ismiyah
1. JUMLAH ISMIYAH
Adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan kalimah isim (kata benda).
Susunan kalimatnya terdiri dari mubtada’ dan khobar.
Adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan kalimah isim (kata benda).
Susunan kalimatnya terdiri dari mubtada’ dan khobar.
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah.
Sifat dari mubtada' adalah
Sifat dari mubtada' adalah
a.Harus berupa isim ma'rifat.
b.I’robnya rofa’.
Khobar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat). I'robnya khobar juga rofa'.
Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’ berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.
Contoh :
زَيْدٌُ أُسْتاَذٌُ ( Zaid adalah seorang guru)
الرَّجُلاَنِ أُسْتاَذاَنِ ( dua orang orang laki-laki itu adalah 2 guru)
زَيْدٌُ بَيْتُهُ كَبِيْرٌُ ( Zaid rumahnya besar)
Keterangan :
Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna hitam adalah khobar.
Pada contoh 1 dan contoh 2 dapat kita lihat kesesuaian anara mubtada’ dan khobar dalam hal bilangannya. Sedangkan pada contoh 3 khobarnya adalah berupa jumlah/kalimat.
Jumlah ismiyah bisa berbentuk kalimat nominal apabila khobarnya berupa kalimah isim (kata benda)
Contoh : زَيْدٌُ طاَلِبٌُ (Zaid adalah seorang pelajar)
Jumlah ismiyah bisa berbentuk kalimat verbal apabila khobarnya berupa kalimah fi'il (kata kerja)
Contoh : زَيْدٌُ جاَءَ الَي الْمَدْرَسَةِ (Zaid telah datang ke sekolah)
Keterangan
Pada kalimat pertama dapat kita lihat bahwa khobarnya berupa kalimah isim yaitu طاَلِبٌُ sehingga terbentuk kalimat nominal sedangkan pada kalimat ke-dua khobarnya berupa kalimah fi'il yaitu جاَءََ sehingga terbentuk kalimat verbal.
JUMLAH FI’LIYAH
Adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il.
Terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).
Fa’il/subyek adalah isim yang terletak setelah fi’il ma’lum ( Kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut.
Apabila fa’il berbentuk muannast ( feminin) maka fi’il juga harus muannast. Begitu juga apabila berbentuk mudzakar.
Namun apabila fa’il berbentuk mutsanna (ganda) ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).
Contoh :
قَرَأَ مُحَمَّدٌُ (Muhammad telah membaca)
قَرَأَتْ هِنْدٌُ (Zaid sedang membaca)
يَقْرَأُ زَيْدٌُ (Hindun telah membaca)
يَقْرَأُ الطَّالِبُوْنَ (Para siswa sedang membaca)
Keterangan : kata yang berwarna merah adalah fi’il sedangkan yang berwarna putih adalah fa'il.
Pada
contoh 1 dan 2 dapat kita lihat kesesuaian antara fi’il dan fa’il dalam
jenisnya yaitu mudzakar dan muannast. Sedangkan pada contoh 3 dan 4
dapat kita lihat bahwa berapapun bilangan failnya fi’il harus tetap
mufrod.
Adalah jumlah yang diawali dengan kalimah fi’il.
Terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).
Fa’il/subyek adalah isim yang terletak setelah fi’il ma’lum ( Kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut.
Apabila fa’il berbentuk muannast ( feminin) maka fi’il juga harus muannast. Begitu juga apabila berbentuk mudzakar.
Namun apabila fa’il berbentuk mutsanna (ganda) ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).
Contoh :
قَرَأَ مُحَمَّدٌُ (Muhammad telah membaca)
قَرَأَتْ هِنْدٌُ (Zaid sedang membaca)
يَقْرَأُ زَيْدٌُ (Hindun telah membaca)
يَقْرَأُ الطَّالِبُوْنَ (Para siswa sedang membaca)
Keterangan : kata yang berwarna merah adalah fi’il sedangkan yang berwarna putih adalah fa'il.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar