Dalam buku yang berjudul “Staying Young”
(Muda Sepanjang Hidup) karangan Dr. Oz (dokter yang terkenal di Oprah
Winfrey Show) dikatakan bahwa di dalam kromosom memiliki topi kecil di
bagian ujung yang disebut telomer, yang menyerupai ujung plastik kecil
tali sepatu. Setiap kali sel bereproduksi, ukuran telomer menjadi lebih
pendek, seperti ujung tali sepatu yang usang. Kita memerlukan telomerase
untuk menata ulang topi tersebut. Telomer di sini adalah hormon yang
menjaga supaya sel membelah dengan baik. Telomer memiliki fungsi yang
mirip dengan ujung tali sepatu.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan selama ± 30 Tahun (karena dalam penelitian tidak ada yang
instan) menyatakan bahwa Telomer akan memendek apabila stres dan stres
akan memicu berbagai penyakit. Stres akan mengakibatkan hipotalamus kita
membesar dan mempengaruhi arteri yang pada akhirnya mempengaruhi
telomer sehingga menghambat pertumbuhan. Temuan ini memerlukan waktu
puluhan tahun. Hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) axis menghubungakan sistem saraf dan hormon-hormon stres.
Dalam buku “My Brain” (dr. Caroline leaf) menjelaskan bahwa
otak kita dengan kreatif melaksanakan sekitar 400 milyar aksi, yang
hanya kita sadari sekitar 2,000. Hasil penelitian itu menujukkan
sekitar 87% diantara penyakit dapat disebabkan oleh pikiran kita dan
kira-kira 13% dari makanan, genetik dan lingkungan. Mempelajari hubungan
penyakit kronis (juga dikenal sebagai penyakit gaya hidup saat ini) ke
satu epidemi toksik emosi yang meracuni budaya kita.
Pikiran dan tubuh adalah bagian yang terhubung secara integral.
Disimpulkan bahwa emosi dan komponen biologi mereka terdiri dari
hubungan yang rumit diantara pikiran dan tubuh. Penguatan
(afirmasi/kalimat pengukuhan) negatif melepaskan kimia negatif.
Penguatan (afirmasi/kalimat pengukuhan) positif melepaskan kimia postif.
Apabila pikiran kita tidak stres, dapat membuat kita lebih pandai,
tenang, dan dapat mengotrol emosi kita, atau mereka dapat melakukan
sebaliknya yang dipilihnya. Berdasarkan data di Institut Amerika
mengenai stres, ±75 – 90% mereka mengunjungi ahli pengobatan perawatan
utama akibat oleh stress dan terkait ketidak-teraturan. Rasa Bahagia
dapat mengubah kimia otak kita dan membuat kita merasakan lebih baik.
Kita memerlukan strategi untuk menghadapinya. Perspektif otak pada
proses informasi ini memperinci ke gambar besar, sementara sisi sebelah
kanan memproses gambar besar ini untuk perinci. Satu sikap adalah satu
pandang sikap yang menghasilkan satu reaksi pada tubuh dan satu perilaku
resultan.
Berlandaskan hasil studi penelitian, grafik ini menggambarkan derajat
kemungkinan dari perkembangan otak dari limbic area (amygdala=emosi)
dan fronta lobes (neuro korteks). Dari usia 10 – 12 tahun terjadi
perkembangan penuh dari fronta lobes (otak: sistem masuk akal/rasional)
menjelaskan kenapa beberapa remaja dan orang muda dewasa terlibat dalam
keadaan penuh resiko.
Ada 3 toxic : toxic taught (tosik mengajari), toxic emotions (toksik emosi) dan toxic body (toksik tubuh).
Masa anak-anak adalah masa yang rumit bagi otak karena neural
membentuk beberapa kemampuan, kecenderungan, bakat dan reaksi yang
merupakan langkah awal untuk menuju kekedewasaan. Sel glial membantu
untuk menyusun pikiran kita. Penelitian telah memperlihatkan bahwa
anak-anak harus cukup mendapatkan sentuhan, kasih dan tatapan mata
karena otak mereka sedang mengorganisir untuk mandiri dan emosi mereka
sedang berkembang. Cinta adalah salah satu alat yang paling efektif
untuk mengatasi stres pada anak-anak. Selain itu juga kita dapat
memanfaatkan hipnotis untuk mendidik anak. Pada saat ini kita mengenal
hypnoparenting, yang berasal dari kata hypnosis
berarti upaya mengoptimalkan pemberdayaan energi jiwa bawah sadar
(dalam hal ini untuk berkomunikasi) dengan mengistirahatkan energy jiwa
sadar pada anak (komunikasi mental) maupun pada pembinanya (komunikasi
astral) dan kata parenting
berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas-tugas orang tua
dalam mendidik, membina, dan membesarkan anak. Jadi Hypnoparenting dapat
diartikan sebagai upaya membina anak dengan menggunakan kaidah hypnosis
untuk selalu menanamkan rekaman atau segesti positif pada jiwa bawah
sadar anak. Sebelum melakukan hypnoparenting, orang tua dituntut dulu
untuk selalu berpikir positif agar aura positif juga tertular ke anak.
Pikiran anak yang cenderung belum mampu berpikir secara logis, cenderung
memberikan respon terhadap stimulus yang diterima, tanpa
mempertimbangkan terlalu jauh. Kata-kata, tindakan dan sikap orang tua
serta orang-orang disekitarnya, bisa dengan mudah masuk ke pikiran bawah
sadar anak, seolah-olah tanpa disaring. Montesory menyebutnya Absorbent Mind
(menyerap apa saja yang ada), J. Piaget mengatakan bahwa anak-anak
masih dalam taraf berpikir oprasional dan Sigmund Freud membagi tiga hal
id (pra sadar), ego dan super ego. Hal ini disebabkan pada anak irama
rekaman otaknya (elektro encepphalo graf) masih dominan di
alpha (8-12Hz) bahkan kemungkinan bisa di tetha ataupun delta (pada saat
tidur lelap). Kekuatan bawah sadar mencapai 82% terhadap fungsi diri
yang mengembangkan sifat baik buruk atau baik, memori jangka panjang dan
intuisi. Dibandingkan kekuatan sadar hanya 18%. Secara tidak sadar
orang tua sering melakukan sugesti negative seperti, teriakan yang
dilakukan berulang-ulang, kata-kata yang dikeluarkan orang tua ketika
kesal: anak nakal, anak jelek, anak tidak nurut, dll. Kata –kata
tersebut akan terekam di alam bawah sadar anak sehingga akhirnya
benar-benar menjadi anak nakal, tidak nurut atau pemberontak. Oleh
karena itu orang tua harus menghindari sugesti negative, lebih baik
memilih kata sugesti positif seperti anak pintar, anak baik, anak
nurut,dll. Saat yang tepat untuk menghipnotis anak dengan memberikan
afirmasi (kalimat pengukuhan) adalah pada saat anak rileks dan terpokus,
saat lelah, sakit, menyusu, hujan turun, saat mendengarkan cerita, saat
anak butuh tempat bergantung dan saat tidur lelap yang dalam. Pada
waktu itulah sambil diusap-usap di kepala, dahi atau punggung, ibu atau
ayahnya bisa menanamkan kalimat sugesti-afirmasi positif, misalnya:
“anak yang manis, mimpi yang indah dan besok pagi bangun segar, semangat
untuk berangkat sekolah”. Kalimat yang diucapkan jangan menggunakan
kata “tidak/jangan” karena yang akan terekam oleh anak adalah kata-kata
yang tanpa “tidak” misalnya: ‘jangan jadi anak bodoh’. Jangan biarkan
anak menjadi saksi konflik orangtuanya, karena hal itu akan membuat anak
bisa jadi tidak mampu mengekspresikan kesedihanya sehingga menyisakan
gangguan psikomatik, pola pikir, maupun prilaku.
*Thanks buat gabrile PEP UNJ 2009 atas resumenya.
Posted on 17/10/2011, in Education, evaluation, filsafat and tagged latih otak anda, otak, staying young. Bookmark the permalink. Leave a Comment.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar