I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bahasa
adalah fenomena yang menghubungkan dunia
makna dan dunia bunyi. Lalu, sebagai penghubung diantara kedua dunia itu,
bahasa dibangun oleh tiga buah komponen, yaitu komponen leksikon, komponen
gramatika, dan komponen fonologi (Chaer, 2009:1). Sistem gramatika biasanya
dibagi atas subsistem morfologi dan subsistem sintaksis. Subsistem sintaksis
membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu kedalam satuan-satuan yang
lebih besar, yang disebut satuan-satuan sintaksis, yakni kata, frase, klausa,
kalimat, dan wacana (Chaer, 2009:3).
Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat
dirumuskan sebagai salah satu konstruksi sintaksis yang terdiri dari dua kata
atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata, atau kelompok kata dengan
kelompok kata yang lain berbeda-beda. Antara “kalimat” dan “kata” terdapat dua
satuan sintaksis antara, yaitu “klausa”dan “frase”. Klausa merupakan satuan
sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi.
Sedangkan frase merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau
lebih, yang tidak mengandung unsur predikasi
(Hasan Alwi, 2003:312). Berdasarkan
uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa klausa berkedudukan sebagai bagian
dari suatu kalimat, dan oleh karena itu klausa tidak dapat dipisahkan dari
kalimat.
Untuk
keperluan berbahasa sehari-hari yang
baik dan benar, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis, dituntut kemampuan
untuk membuat konstruksi kalimat yang
baik dan benar pula. Maka pengetahuan
tentang jenis-jenis klausa dan strukturnya
menjadi sangat penting, karena sebuah kalimat merupakan satuan sintaksis
yang terdiri dari satu atau lebih klausa.
1.2 Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1.
Apakah
yang dimaksud dengan klausa?
2.
Apa
sajakah jenis-jenis klausa berdasarkan
distribusinya?
3.
Apa
sajakah jenis-jenis klausa berdasarkan
ada tidaknya unsur negasi pada predikat?
4.
Apa
sajakah jenis-jenis klausa berdasarkan
kategori pengisi fungsi predikat?
1.3 Tujuan
Bertolak dari rumusan masalah
di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan :
1. pengertian klausa,
2. jenis-jenis klausa berdasarkan distribusinya,
3. jenis-jenis klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada predikat,
4. jenis-jenis klausa berdasarkan kategori pengisi fungsi predikat.
II. Pembahasan
2.1 Pengertian klausa
Klausa adalah satuan sintaksis yang
bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau konstruksi itu terdapat
sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka satuan itu
bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150).
Klausa
merupakan satuan gramatik yang terdiri
atas subjek dan predikat, baik disertai objek, pelengkap, dan keterangan maupun
tidak (Ramlan melalui Sukini, 2010:41). Sedangkan Cook melalui Tarigan
(2009:76) memberikan batasan bahwa klausa adalah kelompok kata yang hanya
mengandung satu predikat. Dengan ringkas, klausa
ialah S P (O) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan bahwa yang terletak dalam
kurung itu bersifat manasuka, artinya boleh ada, boleh juga tidak ada (Sukini, 2010:41-42).
Ramlan
melalui Tarigan (2009: 43) menjelaskan bahwa klausa ialah bentuk linguistik
yang terdiri dari subjek dan predikat.
Menurut
pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan
kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau
gabungan kata itu berpotensi menjadi kalimat.
Istilah
klausa dipakai untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki
subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu.
Istilah kalimat juga mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan
predikat, tetapi sudah dibubuhi intonasi
atau tanda baca tertentu. (Alwi, 2003:39).
Dari
batasan-batasan tersebut dapat diketahui bahwa klausa :
a. merupakan deretan kata yang merupakan
satuan gramatik, satuan sintaksis atau bentuk linguistik,
b. meliliki hanya satu predikat,
c. mengandung unsur S P (O) (PEL)
(KET),
d. belum memiliki intonasi akhir atau tanda
baca tertentu.
Jadi tidak semua kelompok kata dapat
dikatakan sebagai klausa, karena kata yang membentuk konstruksi klausa harus
mengandung ciri-ciri tersebut.
2.2 Pengklasifikasian
Klausa
Dalam
bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam klausa. Berikut dipaparkan jenis-jenis
klausa berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.
2.2.1 Bagan
klasifikasi klausa (Sukini,
2010:47).
2.2.2 Jenis-jenis
klausa dipandang dari berbagai segi(Tarigan, 2009:94).
klausa
dipandang dari segi
|
|||||
distribusi unit
|
jenis kata
predikat
|
struktur
internal
|
hubungan aktor
aksi
|
fungsi
|
|
bebas
|
verbal
|
transitif
|
aktif
|
||
pasif
|
|||||
media
|
|||||
resiprokal
|
|||||
intransitif
|
|||||
non-verbal
|
statif
|
||||
ekuasional
|
|||||
terikat
|
nominal
|
||||
adjektival
|
|||||
adverbial
|
Klasifikasi klausa (Arifin, 2008: 34)
2.3 Klasifikasi Klausa Berdasarkan Distribusinya
Berdasarkan distribusi unitnya, klausa diklasifikasikan
atas klausa bebas, dan klausa terikat (Cook melalui Tarigan ,2009: 76).
Sedangkan menurut Arifin (2008: 34),
berdasarkan distribusi satuannya, klausa dapat dibagi menjadi klausa bebas dan
klausa terikat.
2.3.1 Klausa Bebas
Klausa bebas dalam kalimat majemuk
subordinatif disebut klausa atasan, dan klausa terikat disebut klausa bawahan
(Chaer,2009:161). Disebut klausa bebas jika unsur-unsur fungsinya lengkap dan
jika diberi intonasi final dapat menjadi kalimat. Sedangkan klausa terikat unsur-unsur fungsinya tidak
lengkap.
Klausa
Bebas adalah klausa yang mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna, tidak
menjadi bagian yang terikat pada klausa yang lain (Sukini, 2010:44).
Arifin
(2008: 34) mengatakan bahwa klausa bebas adalah klausa yang berpotensi menjadi
kalimat lengkap.
Contoh :
a. mari bernyanyi
b. Universitas PGRI memperhatikan minat
mahasiswa
c. jangan bersuara
d. ayah membuat layang-layang
e. saya akan datang
2.3.2 Klausa Terikat
Klausa
terikat adalah klausa yang tidak mampu berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna,
dan menjadi bagian yang terikat dari
konstruksi yang lain (Sukini,
2010:44).
Cook
melalui Tarigan (2009: 52) menjelaskan bahwa Klausa terikat adalah klausa yang
tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna; hanya mempunyai potensi
sebagai kalimat tak sempurna.
Arifin
(2008: 34) mengatakan bahwa klausa terikat adalah klausa yang tidak berpotensi
menjadi kalimat lengkap, tetapi hanya berpotensi menjadi kalimat minor.
Dari ketiga
pendapat tersebut yang menjadi kesepakatan dalam batasan klausa terikat adalah
potensinya tidak akan menjadi kalimat sempurna dan tidak dapat berdiri sendiri.
Contoh :
a. meskipun telah mengumpulkan makalah...
b. jika hanya menyalin...
c. biarpun kecil...
d. karena hari sudah malam...
e. ...kalau diundang
2.4 Klasifikasi Klausa Berdasarkan Ada Tidaknya Unsur Negasi pada Predikat
Berdasarkan ada tidaknya unsur negasi pada predikat,
klausa diklasifikasikan atas klausa positif, dan klausa negatif (Ramlan melalui
Sukini, 2010:45).
2.4.1 Klausa Positif
Klausa
positif ialah klausa yang tidak memiliki
kata negasi/pengingkaran pada fungsi Predikat.
Contoh:
a.
mereka diliputi oleh perasaan senang
b.
mertua itu sudah dianggap sebagai ibunya
c.
pak ketua hadir hari ini
d.
Lili seorang penari
e.
orang tuanya masih ada
f.
yang dicari hanya dia
2.4.2 Klausa Negatif
Klausa
negatif ialah klausa yang predikatnya memiliki unsur negasi. Unsur negasi
adalah unsur yang mengandung pengingkaran, seperti kata tidak, tak, bukan,
tiada, belum, dan jangan.
Contoh:
a.
orang tuanya sudah tiada
b.
yang dicari bukan dia
c.
pak ketua tidak hadir hari ini
d.
tak seorangpun
yang mau
e.
mertua itu masih belum dianggap sebagai ibunya
f.
mereka bertanding tanpa pelatih
2.5 Klasifikasi Klausa Berdasarkan
Kategori Pengisi Fungsi Predikat
Berdasarkan kategori pengisi fungsi predikat, klausa
diklasifikasikan atas klausa verbal, dan klausa nonverbal (Cook melalui
Tarigan, 2009:76).
Sedangkan menurut Arifin (2008: 38),
berdasarkan strukturnya, klausa dapat dibedakan menjadi klausa verbal dan
klausa nonverbal.
Menurut Chaer (2009: 151), berdasarkan kategori pengisi fungsi P dapat dibedakan
adaanya: klausa verbal, klausa nominal, klausa ajektifal, klausa preposisional,
klausa numeral.
Dalam pembahasan ini klasifikasi klausa
berdasarkan kategori pengisi fungsi
predikat terdiri dari klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal terbagi
menjadi klausa transitif dan klausa intransitif. Klausa transitif
berdasarkan hubungan aktor aksi,diklasifikasikan menjadi klausa aktif, klausa
pasif, klausa medial dan klausa resiprokal. Klausa nonverbal terdiri atas klausa nominal, adjektival, numeral, dan
preposisional.
2.5.1 Klausa Verbal
Klausa
Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata kerja (Sukini, 2010:46). Klausa Verbal adalah
klausa yang berpredikat verbal (Tarigan, 2009:77).
Arifin
(2008: 38) mengatakan bahwa klausa verbal adalah klausa yang predikatnya verba.
Jadi klausa
verbal memiliki predikat yang berupa kata kerja.
Contoh:
a. petani
mengerjakan sawahnya dengan tekun
b. dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid
c. mereka memancing di sungai
d. kita
menyanyi bersama
e. adik menangis
f. kami bermain bola
Berdasarkan struktur internalnya, klausa
verbal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu klausa transitif dan klausa
intransitif (Tarigan, 2009:77).
Menurut Arifin (2008: 38), klausa verbal
terdiri atas klausa verbal aktif transitif dan klausa verbal aktif tak
transitif.
2.5.1.1 Klausa Transitif
Klausa transitif
adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja
yang menghendaki hadirnya objek(Sukini,
2010:46).
Menurut
(Tarigan, 2009:44), Klausa transitif
adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja
yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih obyek.
Contoh:
a. Rudi mengagumi Yuli
b. ayah membelikan adik sepatu roda
Klausa
transitif jika dilihat dari hubungan
aktor aksi, dapat pula diklasifikasikan menjadi klausa aktif, klausa pasif,
klausa medial dan klausa resiprokal (Tarigan, 2009:77).
Selanjutnya (Tarigan, 2009:77) menjelaskan
dan memberi contoh:
1)
Klausa Aktif
Klausa aktif adalah klausa yang
subyeknya berperan sebagai pelaku atau aktor.
Arifin (2008:38) menjelaskan bahwa klausa aktif transitif adalah klausa
yang predikat verbalnya mempunyai sasaran dan/ atau mempunyai objek. Verba yang
menjadi predikatnya berimbuhan meng-, meng-/-I, atau meng-/-kan.
Contoh:
a.
Ayah melihat saya menulis surat
b.
saya melarang kamu mencangkul kebun itu
c.
ibu menyuruh dia memanggil nenek
d.
siapa menyaksikan ibu makan nasi itu
e.
dokter menganjurkan ayah minum kopi
f.
bibi menjual makanan
g.
aku mengirimkan surat
h.
anak-anak memetiki mangga
2)
Klausa Pasif
Klausa pasif adalah klausa yang subyeknya berperan sebagai penderita.
Arifin (2008:39) menjelaskan bahwa klausa verbal pasif adalah klausa yang
menunjukkan bahwa subjek dikenai pekerjaan atau sasaran perbuatan seperti yang
disebutkan dalam predikat verbalnya. Verba yang menjadi predikatnya berimbuhan
di-,ter-, atau ber-/-an, atau diawali kata kena.
Contoh:
a.
ayah tahu benar
surat itu kutulis
b.
saya tidak mau tahu kebun itu kau cangkul
c.
kenapa kamu melarang
nenek dipanggil oleh adik
d.
semua tahu nasi
itu di makan ibu
e.
saya melihat sendiri
kopi itu diminum oleh ayah
f.
kurban ditembak kami kehujanan
g.
kakak bercukur kurban tertembak
h.
melarikan diri
i.
menghindarkan diri
j.
melepaskan diri
k.
memperkaya diri
3)
Klausa
Medial
Klausa medial adalah klausa yang subyeknya berperan baik sebagai pelaku
maupun penderita.
Contoh:
a.
dia menghibur
hatinya
b.
dia menyiksa dirinya
c.
kamu
menyusahkan dirimu melulu
d.
aku menusuk jariku
e.
aku merenungi
nasibku
f.
aku menenangkan
pikiranku
g.
si Ani mengamati wajahnya sendiri
4)
Klausa
Resiprokal
Klausa Resiprokal atau klausa refleksif adalah klausa yang subyek dan
obyeknya melakukan perbuatan yang berbalas-balasan (Tarigan,2009: 49).
Contoh:
a.
saya tidak suka kalau kalian baku hantam dengan mereka
b.
ayah menganjurkan agar kami saling mengasihi dengan
saudara
c.
paman menyuruh saya bersalam-salaman dengan tamu
d.
tetangga, sering mendengar Mak Ali saling caci dengan
Mak Ina
e.
tahukah kamu bahwa keluarga saya sering
berkunjung-kunjungan dengan keluarga mereka
f.
dalam Koran dapat dibaca bahwa baku serang antara
Palestina dengan Israel sudah mereda
2.5.1.2 Klausa Intransitif
Klausa Intransitif
adalah klausa yang predikat verbalnya
tidak memerlukan kehadiran objek
(Sukini, 2010:47).
Cook
melalui Tarigan (2009: 49) menjelaskan bahwa klausa intransitif adalah klausa yang mengandung kata kerja
intransitif, yaitu kata kerja yang tidak memerlukan obyek.
Contoh:
a. para siswa
berbaris di lapangan
b. matahari
terbit di timur
c. ayah pergi ke
sawah
d. ibu tinggal
di rumah
e. adik bermain-main
di pekarangan
f. nenek tidur
di kamar
g. kakek duduk
di kursi
2.5.2 Klausa Nonverbal
Klausa nonverbal adalah klausa yang predikatnya berkategori selain kata
kerja. Unsur pengisi fungsi P yang tidak berkategori verbal, antara lain nominal,
adjektival, numeral, dan preposisional (Sukini, 2010:46).
Sementara itu Tarigan (2009:50)
memberikan batasan bahwa klausa nonverbal adalah klausa yang
berpredikat nomina, ajektif, atau adverbia. Klausa nonverbal ini dapat
pula dibagi atas: klausa statif dan klausa ekuasional.
2.5.2.1 Klausa nominal
Klausa
nominal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata benda.
Elson dan
Pickett melalui Tarigan (2009: 51) mengatakan bahwa klausa ekuasional adalah
klausa yang berpredikat nomina.
Contoh:
a. saudaranya guru
b. yang dibeli orang itu sepeda
c. nenekku dukun
d. pamannya
pedagang
e. adiknya
dokter
f. atap rumah
itu daun rumbia
g. isteriku guru
2.5.2.2 Klausa Adjektival
Klausa
adjektival adalah klausa yang predikatnya berkategori kata keadaan.
Elson dan
Pickett melalui Tarigan (2009: 51) mengatakan bahwa klausa statif adalah klausa
yang berpredikat ajektif atau yang dapat disamakan dengan ajektif.
Chaer
(2009: 158) mengatakan bahwa klausa ajektifal memiliki fungsi wajib S dan P.
Klausa ajektifal dapat disusun dari fungsi S yang berkategori N dan fungsi P
yang berkategori A.
Contoh:
a. harga buku sangat mahal
b. udaranya panas sekali
c. anak itu pintar
d. neneknya kaya
e. mereka capek
2.5.2.3 Klausa Numeral
Klausa
numeral adalah klausa yang predikatnya berkategori kata bilangan.
Chaer
(2009: 160) mengatakan bahwa klausa numeral adalah klausa yang fungsi P nya
diisi oleh frase numeral.
Contoh:
a. roda
truk itu enam
b. kerbau petani itu dua ekor
c. gajinya dua juta sebulan
d. uangnya seratus ribu rupiah
e. anak pak Amat lima orang
f. mobil pejabat itu empat buah
g. luas kebunnya seribu meter
Klausa
numeral lazim digunakan bahasa ragam lisan dan ragam bahasa nonformal. Dalam
ragam formal fungsi P akan diisi oleh sebuah verba; dan frase numeral berubah fungsi
menjadi keterangan.
Contoh:
a. roda
truk itu ada enam
b. kerbau petani itu hanya dua ekor
c. gajinya ada dua juta sebulan
d. uangnya sebesar seratus ribu rupiah
e. anak pak Amat berjumlah lima orang
f. mobil pejabat itu ada empat buah
g. luas kebunnya mencapai seribu meter
2.5.2.4 Klausa
Preposisional
Klausa
preposisional adalah klausa yang predikatnya berkategori kata depan.
Chaer
(2009: 159) mengatakan bahwa klausa preposisional adalah klausa yang fungsi P
nya diisi oleh frase preposisional.
Contoh:
a. pegawai itu ke kantor setiap hari
b. kakak di
kampus
c. ibu dan ayah
ke pasar
d. mereka dari
Medan
e. ayah dan
kakek di kampung
f. uangnya di
bank
g. berangkatnya
dari rumah
Klausa
preposisional ini lazim digunakan dalam bahasa ragam lesan dan ragam bahasa
nonformal. Dalam ragam formal fungsi P akan diisi oleh sebuah verba; dan
frase preposisinya berubah fungsi menjadi keterangan.
Contoh:
a. pegawai itu pergi ke kantor setiap hari
b. kakak ada di
kampus
c. ibu dan ayah
berangkat ke pasar
d. mereka ampon
dari Medan
e. ayah dan
kakek berada di ampong
f. uangnya
disimpan di bank
g. berangkatnya
berawal dari rumah
2.6 Klasifikasi Klausa Berdasarkan
Fungsi
Berdasarkan fungsinya, klausa ternyata
dapat menduduki fungsi subjek, objek, keterangan, dan pelengkap (Arifin, 2008:
34).
2.6.1 Subjek
Arifin (2008: 35) menjelaskan dan memberi
contoh bahwasanya subjek adalah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase
nominal yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicara (penulis). Di dalam
bahasa Indonesia, subjek biasanya mendahului predikat.
contoh:
a. berlibur kami sekeluarga
b. berenang itu menyehatkan
Kedua
klausa itu disebut klausa inti karena terdiri atas subjek (kami sekeluarga,
berenang itu)serta predikat (berlibur, menyehatkan). Kedua klausa itu dapat
menjadi inti kalimat, yang bagian-bagiannya juga tetap menduduki fungsi subjek
dan predikat, seperti:
a. Kami sekeluarga bulan yang lalu berlibur di
Bali.
b. Berenang itu ternyata dapat turut menyehatkan
fisik dan mental.
2.6.2 Objek
Objek adalah bagian klausa yang berwujud
nomina atau frase nominal yang melengkapi verba transitif. Objek dikenai
perbuatan yang disebutkan dalam predikat verbal. Objek dapat dibagi menjadi
objek langsung dan objek tak langsung.
Objek
langsung adalah objek yang langsung dikenai perbuatan yang disebutkan dalam
predikat verbal; objek tak langsung adalah objek yang menjadi penerima atau
diuntungkan oleh perbuatan yang terdapat dalam predikat verbal.
Contoh:
a. bibi sedang menanak nasi
b. ibu membawa minuman
Nasi pada contoh diatas merupakan objek bagi verba
menanak dan minuman menjadi objek bagi verba membawa.
Contoh objek taklangsung:
a. bibi sedang menanakkan nasi untuk kita semua
b. ibu membawakan minuman untuk Ayah
Kita semua objek taklangsung bagi verba
menanakkan, sedangkan untuk Ayah objek
taklangsung bagi verba membawakan.
2.6.3 Klausa Keterangan
Arifin (2008: 36-37) menjelaskan dan memberi
contoh bahwasanya klausa keterangan adalah klausa yang menjadi bagian luar
inti, yang berfungsi meluaskan atau membatasi makna subjek atau makna predikat.
Contoh:
a. keterangan akibat: penjahat itu dihukum mati
b. keterangan sebab: karena sakit, ia tidak jadi ikut
c. keterangan jumlah: bagai pinang dibelah dua
d. keterangan alat: dinaikkan dengan mesin pengangkat
e. keterangan cara: diterima dengan baik, disetujui dengan musyawarah
f. keterangan kualitas: berlari bagai kilat, menggelegar seperti guntur
g. keterangan modalitas: tidak mungkin itu terjadi, mustahil
ia berbohong
h. keterangan pewatas: keterangan lebih lanjut, diceritakan lebih detail
i. keterangan subjek: guru yang baik, rumah yang bersih, anak yang rajin
j. keterangan syarat: tolonglah kalau kau bisa, angkatlah jika kuat
k. keterangan objek: mencari pengusaha yang jujur, menjadi isteri yang baik
l. keterangan tujuan: bekerja untuk hidup, makan demi kesehatan
m. keterangan tempat: datang dari Barat, pergi ke Lampung
n. keterangan waktu: ditunggu sampai besok pagi, berangkat masih subuh
o. keterangan perlawanan: meskipun lambat, selesai juga dikerjakannya
catatan: kata-kata yang dicetak miring berfungsi
sebagai keterangan.
2.6.4 Klausa Pelengkap
Klausa pelengkap adalah klausa yang terdiri atas
nomina, frasa nominal, adjektiva, atau frase adjektival yang merupakan bagian
dari predikat verbal.
Contoh:
a. abangku menjadi pilot
b. kami bermain bola
c. aku dianggap patung
d. persoalan itu dianggap sepi
e. adik menari Bali
f. Paman berdagang kain
g. negara kita berdasarkan Pancasila
Kata-kata yang dicetak miring berfungsi
sebagai pelengkap.
III. Simpulan
Klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang
sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata
itu berpotensi menjadi kalimat. Klausa
memiliki ciri-ciri:
a. merupakan deretan kata yang merupakan satuan
gramatik,
b. meliliki hanya satu predikat,
c. mengandung unsur S P (O) (PEL)
(KET),
d. belum memiliki intonasi atau tanda baca
tertentu.
Dalam
bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam klausa. Masing-masing ahli bahasa
memiliki perbedaan dalam membuat klasifikasi tentang klausa, tergantung pada
sudut pandangnya.
Berdasarkan kelengkapan unsur intinya, klausa diklasifikasikan atas klausa lengkap, dan klausa tak lengkap , berdasarkan struktur internalnya klausa dibedakan
atas klausa berstruktur runtut dan klausa
berstruktur inversi, berdasarkan distribusinya, klausa diklasifikasikan atas
klausa bebas, dan klausa terikat, berdasarkan
ada tidaknya unsur negasi pada predikat, klausa diklasifikasikan atas
klausa positif, dan klausa negatif, berdasarkan
kategori pengisi fungsi predikat, klausa diklasifikasikan atas klausa
verbal, dan klausa nonverbal.
Pengklasifikasian
klausa dari berbagai segi, dapat menghasilkan berbagai macam klausa.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa,
dan Anton M. Moeliono.
2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia, (Edisi III,cet. ke-6). Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin,Zaenal, Juniah H.M.2008. Sintaksis Bahasa Indonesia.Jakarta:
Grasindo.
Chaer,
Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa
Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.
Sukini.
2010. Sintaksis Sebuah Panduan Praktis.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Tarigan,
Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis.
Bandung:Angkasa.
Tarigan,
Henry Guntur. 2009.Prinsip-prinsip Dasar
Sintaksis. Bandung:Angkasa.
(http://yuniarwijaya.wordpress.com/2010/06/11/frase-klausa-dan-kalimat/)
diakses tanggal 4 Oktober 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar