Halaman

Sabtu, 16 Juni 2012

9 PILAR PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER

Indonesia Heritage Foundation telah mengembangkan dan mempraktekkan sebuah model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter untuk TK dan SD. Model pendidikan ini menerapkan teori-teori sosial, emosi, kognitif, fisik, moral, dan spiritual. Model ini diharapkan dapat memampukan setiap anak untuk berkembang sebagai individu yang terintegrasi dengan baik (secara spiritual, intelektual, sosial, fisik, dan emosi, yang berpikir kreatif secara mandiri, dan bertanggung jawab).

Pendidikan Holistik Berbasis Karakter bertujuan untuk membangun seluruh dimensi manusia dengan pendekatan pada pengalaman belajar yang menyenangkan dan inspiratif untuk anak-anak. Guru-guru akan diperlengkapi dengan pengetahuan teoritis dan praktis mengenai “Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan”, “Pembelajaran yang Ramah Otak”, “Kecerdasan Emosi”, “Komunikasi Efektif”, “Penerapan Pendidikan 9 Pilar Karakter secara Eksplisit (mengetahui, merasakan, dan melakukan)”, “Kecerdasan Majemuk”, “Pembelajaran Kooperatif”, “Pembelajaran Kontekstual”, “Pembelajaran Berbasis Pertanyaan”, “Manajemen Kelas Efektif”, “Pembelajaran Siswa Aktif”, “ Whole Language ”, “Aplikasi Modul Pendidikan Holistik Berbasis Karakter”, “Aplikasi Modul Karakter di ruang kelas”, “Teknik Bercerita”, “Kreativitas dan Origami”, dan lain-lain.
Model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter adalah model pendidikan yang tidak hanya memberikan rasa aman untuk anak, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menstimulasi suasana belajar untuk anak.
1.   Guru  harus diberikan training terlebih dahulu sebelum menerapkan model pembelajaran ini di sekolah. Tujuan dari training ini adalah memotivasi dan membentuk guru agar dapat menjadi guru yang ramah dan penyayang yang dapat memotivasi anak serta dengan tulus dapat memberikan cintanya secara tulus pada anak. Dalam training, guru akan memperoleh berbagai pengetahuan terbaru yang aplikatif dapat diterapkan langsung, seperti Pendidikan yang Patut Menurut Perkembangan Anak ( Developmentally Appropriate Practices ), Pembelajaran yang Sesuai dengan Kerja Otak ( Brain-based Learning), Metode Belajar Aktif ( Student Active Learning & Inquiry-based Learning ), Komunikasi Efektif, Manajemen Kelas, Teknik Bercerita, dll. Kemampuan guru ini akan membantu anak di sekolah dalam hal:
a. Menumbuhkan rasa percaya diri anak
b. Anak merasa aman dan nyaman
c. Mengembangkan perasaan anak bahwa dirinya memiliki kemampuan dan dihargai sebagai seorang individu yang unik
Hubungan emosional yang kuat antara guru dan anak akan terjalin dan menjadi modal utama untuk membantu anak-anak di kelas. Terutama bagi anak-anak yang mengalami trauma, karena dengan demikian akan terbentuk kepercayaan, juga perasaan aman dan nyaman di kelas.
2.  Model ini  memberikan kesempatan yang luas pada anak untuk mengembangkan seluruh dimensi holistik yang dimilikinya sebagai dari seorang manusia. Tidak hanya pengembangan aspek kognitif (otak kiri atau hapalan), tapi juga pengembangan aspek emosi, sosial, kreativitas, dan spiritualitas (otak kanan) yang keseluruhannya tercakup di dalam modul pembelajaran. Dengan metode ini, anak-anak yang mengalami trauma memiliki kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya baik secara verbal, melalui gambar, permainan, tulisan, ataupun bentuk lainnya sehingga dapat mengurangi rasa takut  dan tidak nyaman.
3.   Model pembelajaran ini bertujuan untuk membentuk karakter positif anak melalui pengembangan 9 Pilar Karakter secara intensif. Yaitu meliputi aspek mengetahui, mencintai dan melakukan kebaikan ( knowing, loving, and acting the good ). Metode ini akan membentuk suasana kelas yang bersahabat, kebersamaan, saling mendukung dan menghargai dengan sesama temannya.
4.   Model ini juga menyediakan alat bantu mengajar yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dengan demikian guru dapat memberikan pengalaman belajar yang konkrit, kontekstual sehingga merangsang anak belajar secara aktif, menyenangkan dan tanpa beban. Pada umumnya di kelas yang menggunakan metode lama (klasikal), anak akhirnya merasa terbebani karena penggunaan alat bantu mengajar yang tidak sesuai dengan perkembangan anak, metode mengajar yang tidak sesuai dengan kerja otak, dan cara komunikasi guru yang tidak tepat. Karena itulah Model Pembelajaran Holistik Berbasis Karakter ini tepat bagi anak-anak yang mengalami trauma.
5.   Anak akan memiliki perasaan bahwa dirinya memiliki kemampuan karena dalam metode pembelajaran ini anak diberikan banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan belajar nyata secara langsung ( hands-on activities, seperti misalnya kegiatan matematika, sains, memasak, berkebun). Perasaan bahwa dirinya mampu akan berkembang pada tumbuhnya rasa percaya diri. Selain itu akan tumbuh pula kerja sama diantara anak. Karakter ini akan membantu anak untuk mengatasi rasa traumanya dan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa di masa depannya nanti ia akan berhasil.
I.  Refleksi harian atau apersepsi.
Setiap pagi anak-anak diminta untuk berefleksi selama 20 menit dalam pengajaran pilar pada hari itu. Waktu refleksi ini memberikan anak-anak kesempatan untuk mengekspresikan secara verbal pengetahuan mereka, kecintaan (perasaan), dan bagaimana mereka sudah menerapkan pilar (prinsip dari Dr. Thomas Lickona: mengetahui yang baik, merasakan yang baik, dan melakukan yang baik). Mengajarkan pilar-pilar selama tahun-tahun sekolah, dimana setiap pilar dirotasi setiap dua atau tiga minggu sekali.  Sembilan Pilar Karakter adalah:
1. Cinta Tuhan dan Segenap Ciptaan-Nya
2. Tanggung jawab, Kedisiplinan, dan Kemandirian
3. Kejujuran/ Amanah dan Diplomasi
4. Hormat dan Santun
5. Dermawan, Suka Menolong, dan Gotong-royong/ Kerjasama
6. Percaya Diri, Kreatif, dan Pekerja Keras
7. Kepemimpinan dan Keadilan
8. Baik dan Rendah Hati
9. Toleransi, Kedamaian, dan Kesatuan
Pilar-pilar tersebut dilengkapi tambahan praktek dari Kerapian, Keamanan, Kebersihan, dan Kesehatan. Manual pengajaran 9 pilar karater disediakan untuk guru, yang mencakup mengetahui (knowing), merasakan (feeling), dan melakukan yang baik (acting the good). Manual ini dilengkapi dengan 112 buku cerita yang terkait dengan setiap pilar. Ada 10 buku display karakter dan kertas kerja dengan gambar-gambar berwarna untuk anak.
II. Kurikulum Terintegrasi Berbasis Karakter.
Model ini telah mengadaptasi prinsip- prinsip pembelajaran terpadu ke dalam pendidikan berbasis karakter. Menggunakan metode mengajar interdisipliner secara tematis, setiap pelajaran (subjek) dalam kurikulum telah terintegrasi. Untuk Taman Kanak-Kanak (TK), ada 6 sampai 7 aktivitas, yang di dalamnya mencakup:
a. Imajinasi -di sentra ini anak dicelupkan dalam kegiatan berfantasi dan berimajinasi untuk merangsang kreativitas.
b. Aktivitas  Rancang  Bangun – Kurikulumnya mendorong eksplorasi dan permainan dengan balok-balok kayu (dan mainan-mainan lain yang sejenis). Kegiatan ini mengembangkan konsep dasar spatial, logika-matematika dan rasa seni yang mendorong tumbuhnya karakter percaya diri, kreatif dan pantang menyerah, dan kerjasama.
c. Aktivitas Koordinasi tangan dan mata (Seni dan Kreativitas). Aspek kurikulum ini mencakup seni yang memungkinkan anak-anak bekerja dengan tangan mereka. Contohnya, finger-painting (melukis dengan jari), membentuk tanah liat, dan mencocok atau melipat kertas. Ini juga mencakup olahraga dan aktivitas fisik seperti melompat, menendang bola, sepak bola, dan kegiatan lainnya yang membutuhkan koordinasi bagian-bagian tubuh. Kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan penghargaan diri.
d. Eksplorasi -Aspek kurikulum ini dirancang untuk menciptakan dan meningkatkan keingintahuan untuk belajar. Kurikulum ini mengintegrasikan kognitif, sosial, emosi, fisik, dan pengembangan moral sebagai dasar untuk eksplorasi. Kegiatan ini merupakan upaya untuk tumbuhnya rasa keingintahuan yang besar sebagai dasar tumbuhnya karakter cinta kepada Tuhan dan alam semesta, kasih sayang, kepedulian, kerjasama, pantang menyerah, kerja keras, amanah, hormat dan santun.  Bereksplorasi dengan alam merupakan cara yang dapat membantu pembentukan jiwa yang penuh kepedulian, kekaguman, cinta dan kasih sayang.
e. Alam –Aspek kurikulum ini dirancang untuk menolong anak, tidak hanya balajar tentang alam (berkebun, ternak, atau kolam ikan), tetapi juga untuk memiliki apresiasi dan penghargaan terhadap alam. Anak-anak didorong untuk mengamati tanaman-tanaman yang bertumbuh, memelihara, dan menanamnya, dan juga bertanggung jawab untuk memberi makan binatang. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut,  anak-anak akan belajar tanggung jawab, dapat dipercaya, empati, dan mencintai seluruh ciptaan Tuhan.
f.  Akademik – Akademik sangat penting dalam mempersiapkan anak-anak TK untuk memasuki Sekolah Dasar (SD). Huruf alfabet dan angka-angka diperkenalkan dengan cara yang menyenangkan dan menarik (bukan mengajar membaca, menulis, berhitung).
g. Agama (optional) – Kurikulum dirancang untuk membantu pengembangan spiritualitas dan atau moralitas. Ini untuk membantu anak mengembangkan kecintaan pada Tuhan dan ketaatan serta hormat pada Tuhan.
III.  Pembelajaran Menyenangkan, Aktif dan Hands-On .
Setiap aspek kurikulum diterapkan menggunakan ” Active and Hands-on Learning ” dan pendekatan belajar kontekstual, yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dan menantang.
IV.   Co-parenting
Para orang tua diberikan pedoman untuk menerapkan setiap pilar karater di rumah. Pada permulaan setiap pilar, masing-masing orang tau diberikan surat pemberitahuan yang berisi informasi pilar, definisi, dan daftar aktivitas yang direkomendasikan, yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. Pada akhir periode pilar (2-3 minggu), setiap orang tua diminta untuk mengisi lembar kuesioner, yang menanyakan tentang pnegalaman mereka, perasaan, dan pengamatan atas perkembangan karakter anak mereka.
Metode Evaluasi:
Para siswa dievaluasi dalam hal perkembangan dalam kepribadian baik (karakter yang baik, kasih sayang, kebaikan, dll), perkembangan dan keunikan talenta dan bakat, dan perkembangan dalam kekritisan pribadi. Evaluasi menilai bagaimana para siswa dapat mengingat informasi, mengerti, menerapkan, menganalisa, dan menyatukan informasi/pelajaran.
Ujian terstandarisasi dan raport dengan penilaian angka ( letter-grade ) tidak digunakan. Para siswa tidak dibandingkan satu dengan yang lain, dan juga tidak diberikan label dalam cara apapun.
Para siswa menunjukkan prestasi melalui portofolio, proyek-proyek, pertunjukan, sosio-drama, essay/tulisan, diskusi perorangan dengan guru dan siswa, tugas pribadi, dan juga prestasi perorangan dalam seni, musik, matematika, menulis, ilmu pengetahuan (sains), dll (siswa unggul dalam berbagai bidang/cara yang berbeda-beda).
Sumber : www[.]ihf[.]or[.]id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar