Pendidikan Holistik Berbasis Karakter
bertujuan untuk membangun seluruh dimensi manusia dengan pendekatan pada
pengalaman belajar yang menyenangkan dan inspiratif untuk anak-anak.
Guru-guru akan diperlengkapi dengan pengetahuan teoritis dan praktis
mengenai “Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan”, “Pembelajaran yang
Ramah Otak”, “Kecerdasan Emosi”, “Komunikasi Efektif”, “Penerapan
Pendidikan 9 Pilar Karakter secara Eksplisit (mengetahui, merasakan, dan
melakukan)”, “Kecerdasan Majemuk”, “Pembelajaran Kooperatif”,
“Pembelajaran Kontekstual”, “Pembelajaran Berbasis Pertanyaan”,
“Manajemen Kelas Efektif”, “Pembelajaran Siswa Aktif”, “ Whole Language
”, “Aplikasi Modul Pendidikan Holistik Berbasis Karakter”, “Aplikasi
Modul Karakter di ruang kelas”, “Teknik Bercerita”, “Kreativitas dan
Origami”, dan lain-lain.
Model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter
adalah model pendidikan yang tidak hanya memberikan rasa aman untuk
anak, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang nyaman dan
menstimulasi suasana belajar untuk anak.
1. Guru harus diberikan training terlebih
dahulu sebelum menerapkan model pembelajaran ini di sekolah. Tujuan
dari training ini adalah memotivasi dan membentuk guru agar dapat
menjadi guru yang ramah dan penyayang yang dapat memotivasi anak serta
dengan tulus dapat memberikan cintanya secara tulus pada anak. Dalam
training, guru akan memperoleh berbagai pengetahuan terbaru yang
aplikatif dapat diterapkan langsung, seperti Pendidikan yang Patut
Menurut Perkembangan Anak ( Developmentally Appropriate Practices ),
Pembelajaran yang Sesuai dengan Kerja Otak ( Brain-based Learning),
Metode Belajar Aktif ( Student Active Learning & Inquiry-based
Learning ), Komunikasi Efektif, Manajemen Kelas, Teknik Bercerita, dll.
Kemampuan guru ini akan membantu anak di sekolah dalam hal:
a. Menumbuhkan rasa percaya diri anak
b. Anak merasa aman dan nyaman
c. Mengembangkan perasaan anak bahwa dirinya memiliki kemampuan dan dihargai sebagai seorang individu yang unik
Hubungan emosional yang kuat antara guru dan
anak akan terjalin dan menjadi modal utama untuk membantu anak-anak di
kelas. Terutama bagi anak-anak yang mengalami trauma, karena dengan
demikian akan terbentuk kepercayaan, juga perasaan aman dan nyaman di
kelas.
2. Model ini memberikan kesempatan yang
luas pada anak untuk mengembangkan seluruh dimensi holistik yang
dimilikinya sebagai dari seorang manusia. Tidak hanya pengembangan aspek
kognitif (otak kiri atau hapalan), tapi juga pengembangan aspek emosi,
sosial, kreativitas, dan spiritualitas (otak kanan) yang keseluruhannya
tercakup di dalam modul pembelajaran. Dengan metode ini, anak-anak yang
mengalami trauma memiliki kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
baik secara verbal, melalui gambar, permainan, tulisan, ataupun bentuk
lainnya sehingga dapat mengurangi rasa takut dan tidak nyaman.
3. Model pembelajaran ini bertujuan untuk
membentuk karakter positif anak melalui pengembangan 9 Pilar Karakter
secara intensif. Yaitu meliputi aspek mengetahui, mencintai dan
melakukan kebaikan ( knowing, loving, and acting the good ). Metode ini
akan membentuk suasana kelas yang bersahabat, kebersamaan, saling
mendukung dan menghargai dengan sesama temannya.
4. Model ini juga menyediakan alat bantu
mengajar yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dengan demikian
guru dapat memberikan pengalaman belajar yang konkrit, kontekstual
sehingga merangsang anak belajar secara aktif, menyenangkan dan tanpa
beban. Pada umumnya di kelas yang menggunakan metode lama (klasikal),
anak akhirnya merasa terbebani karena penggunaan alat bantu mengajar
yang tidak sesuai dengan perkembangan anak, metode mengajar yang tidak
sesuai dengan kerja otak, dan cara komunikasi guru yang tidak tepat.
Karena itulah Model Pembelajaran Holistik Berbasis Karakter ini tepat
bagi anak-anak yang mengalami trauma.
5. Anak akan memiliki perasaan bahwa
dirinya memiliki kemampuan karena dalam metode pembelajaran ini anak
diberikan banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan belajar nyata
secara langsung ( hands-on activities, seperti misalnya kegiatan
matematika, sains, memasak, berkebun). Perasaan bahwa dirinya mampu akan
berkembang pada tumbuhnya rasa percaya diri. Selain itu akan tumbuh
pula kerja sama diantara anak. Karakter ini akan membantu anak untuk
mengatasi rasa traumanya dan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa di masa
depannya nanti ia akan berhasil.
I. Refleksi harian atau apersepsi.
Setiap pagi anak-anak diminta untuk berefleksi selama 20 menit dalam pengajaran pilar pada hari itu. Waktu refleksi ini memberikan anak-anak kesempatan untuk mengekspresikan secara verbal pengetahuan mereka, kecintaan (perasaan), dan bagaimana mereka sudah menerapkan pilar (prinsip dari Dr. Thomas Lickona: mengetahui yang baik, merasakan yang baik, dan melakukan yang baik). Mengajarkan pilar-pilar selama tahun-tahun sekolah, dimana setiap pilar dirotasi setiap dua atau tiga minggu sekali. Sembilan Pilar Karakter adalah:
Setiap pagi anak-anak diminta untuk berefleksi selama 20 menit dalam pengajaran pilar pada hari itu. Waktu refleksi ini memberikan anak-anak kesempatan untuk mengekspresikan secara verbal pengetahuan mereka, kecintaan (perasaan), dan bagaimana mereka sudah menerapkan pilar (prinsip dari Dr. Thomas Lickona: mengetahui yang baik, merasakan yang baik, dan melakukan yang baik). Mengajarkan pilar-pilar selama tahun-tahun sekolah, dimana setiap pilar dirotasi setiap dua atau tiga minggu sekali. Sembilan Pilar Karakter adalah:
1. Cinta Tuhan dan Segenap Ciptaan-Nya
2. Tanggung jawab, Kedisiplinan, dan Kemandirian
3. Kejujuran/ Amanah dan Diplomasi
4. Hormat dan Santun
5. Dermawan, Suka Menolong, dan Gotong-royong/ Kerjasama
6. Percaya Diri, Kreatif, dan Pekerja Keras
7. Kepemimpinan dan Keadilan
8. Baik dan Rendah Hati
9. Toleransi, Kedamaian, dan Kesatuan
Pilar-pilar tersebut dilengkapi tambahan
praktek dari Kerapian, Keamanan, Kebersihan, dan Kesehatan. Manual
pengajaran 9 pilar karater disediakan untuk guru, yang mencakup
mengetahui (knowing), merasakan (feeling), dan melakukan yang baik
(acting the good). Manual ini dilengkapi dengan 112 buku cerita yang
terkait dengan setiap pilar. Ada 10 buku display karakter dan kertas
kerja dengan gambar-gambar berwarna untuk anak.
II. Kurikulum Terintegrasi Berbasis Karakter.
Model ini telah mengadaptasi prinsip-
prinsip pembelajaran terpadu ke dalam pendidikan berbasis karakter.
Menggunakan metode mengajar interdisipliner secara tematis, setiap
pelajaran (subjek) dalam kurikulum telah terintegrasi. Untuk Taman
Kanak-Kanak (TK), ada 6 sampai 7 aktivitas, yang di dalamnya mencakup:
a. Imajinasi -di sentra ini anak dicelupkan dalam kegiatan berfantasi dan berimajinasi untuk merangsang kreativitas.
b. Aktivitas Rancang Bangun – Kurikulumnya
mendorong eksplorasi dan permainan dengan balok-balok kayu (dan
mainan-mainan lain yang sejenis). Kegiatan ini mengembangkan konsep
dasar spatial, logika-matematika dan rasa seni yang mendorong tumbuhnya
karakter percaya diri, kreatif dan pantang menyerah, dan kerjasama.
c. Aktivitas Koordinasi tangan dan mata
(Seni dan Kreativitas). Aspek kurikulum ini mencakup seni yang
memungkinkan anak-anak bekerja dengan tangan mereka. Contohnya,
finger-painting (melukis dengan jari), membentuk tanah liat, dan
mencocok atau melipat kertas. Ini juga mencakup olahraga dan aktivitas
fisik seperti melompat, menendang bola, sepak bola, dan kegiatan lainnya
yang membutuhkan koordinasi bagian-bagian tubuh. Kegiatan ini dirancang
untuk meningkatkan penghargaan diri.
d. Eksplorasi -Aspek kurikulum ini dirancang
untuk menciptakan dan meningkatkan keingintahuan untuk belajar.
Kurikulum ini mengintegrasikan kognitif, sosial, emosi, fisik, dan
pengembangan moral sebagai dasar untuk eksplorasi. Kegiatan ini
merupakan upaya untuk tumbuhnya rasa keingintahuan yang besar sebagai
dasar tumbuhnya karakter cinta kepada Tuhan dan alam semesta, kasih
sayang, kepedulian, kerjasama, pantang menyerah, kerja keras, amanah,
hormat dan santun. Bereksplorasi dengan alam merupakan cara yang dapat
membantu pembentukan jiwa yang penuh kepedulian, kekaguman, cinta dan
kasih sayang.
e. Alam –Aspek kurikulum ini dirancang untuk
menolong anak, tidak hanya balajar tentang alam (berkebun, ternak, atau
kolam ikan), tetapi juga untuk memiliki apresiasi dan penghargaan
terhadap alam. Anak-anak didorong untuk mengamati tanaman-tanaman yang
bertumbuh, memelihara, dan menanamnya, dan juga bertanggung jawab untuk
memberi makan binatang. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, anak-anak
akan belajar tanggung jawab, dapat dipercaya, empati, dan mencintai
seluruh ciptaan Tuhan.
f. Akademik – Akademik sangat penting dalam
mempersiapkan anak-anak TK untuk memasuki Sekolah Dasar (SD). Huruf
alfabet dan angka-angka diperkenalkan dengan cara yang menyenangkan dan
menarik (bukan mengajar membaca, menulis, berhitung).
g. Agama (optional) – Kurikulum dirancang
untuk membantu pengembangan spiritualitas dan atau moralitas. Ini untuk
membantu anak mengembangkan kecintaan pada Tuhan dan ketaatan serta
hormat pada Tuhan.
III. Pembelajaran Menyenangkan, Aktif dan Hands-On .
Setiap aspek kurikulum diterapkan
menggunakan ” Active and Hands-on Learning ” dan pendekatan belajar
kontekstual, yang dapat menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan
dan menantang.
IV. Co-parenting
Para orang tua diberikan pedoman untuk menerapkan setiap pilar karater di rumah. Pada permulaan setiap pilar, masing-masing orang tau diberikan surat pemberitahuan yang berisi informasi pilar, definisi, dan daftar aktivitas yang direkomendasikan, yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. Pada akhir periode pilar (2-3 minggu), setiap orang tua diminta untuk mengisi lembar kuesioner, yang menanyakan tentang pnegalaman mereka, perasaan, dan pengamatan atas perkembangan karakter anak mereka.
Para orang tua diberikan pedoman untuk menerapkan setiap pilar karater di rumah. Pada permulaan setiap pilar, masing-masing orang tau diberikan surat pemberitahuan yang berisi informasi pilar, definisi, dan daftar aktivitas yang direkomendasikan, yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah untuk meningkatkan efektivitas pengajaran. Pada akhir periode pilar (2-3 minggu), setiap orang tua diminta untuk mengisi lembar kuesioner, yang menanyakan tentang pnegalaman mereka, perasaan, dan pengamatan atas perkembangan karakter anak mereka.
Metode Evaluasi:
Para siswa dievaluasi dalam hal perkembangan
dalam kepribadian baik (karakter yang baik, kasih sayang, kebaikan,
dll), perkembangan dan keunikan talenta dan bakat, dan perkembangan
dalam kekritisan pribadi. Evaluasi menilai bagaimana para siswa dapat
mengingat informasi, mengerti, menerapkan, menganalisa, dan menyatukan
informasi/pelajaran.
Ujian terstandarisasi dan raport dengan
penilaian angka ( letter-grade ) tidak digunakan. Para siswa tidak
dibandingkan satu dengan yang lain, dan juga tidak diberikan label dalam
cara apapun.
Para siswa menunjukkan prestasi melalui
portofolio, proyek-proyek, pertunjukan, sosio-drama, essay/tulisan,
diskusi perorangan dengan guru dan siswa, tugas pribadi, dan juga
prestasi perorangan dalam seni, musik, matematika, menulis, ilmu
pengetahuan (sains), dll (siswa unggul dalam berbagai bidang/cara yang
berbeda-beda).
Sumber : www[.]ihf[.]or[.]id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar