Halaman

Jumat, 18 Januari 2013

MASIH BANYAK UMAT ISLAM YANG LEBIH SENANG KESALEHAN PRIBADI DARIPADA SOSIAL

Tulisan kali ini saya tulis ulang dari sebuah buku karya KH. Ali Mustafa Yakub yang berjudul Umat Islam Masih Mementingkan Kesalehan Individual. Umat islam Indonesia saat ini tetap getol beribadah Umroh di bulan Ramadhan sebagai wujud ibadah individual, sementara masih banyak anak yatim dan orang miskin yang perlu di santuni. Sementara fenomena lainnya masih banyaknya masyarakat Indonesia yang berhaji atau naik haji berulang kali.
Menurut beliau, hal itu suatu pemborosan, karena uang ongkos haji itu bisa dimanfaatkan untuk amal lain yang bersifat sosial. Menurut beliau, kalau pahala yang menjadi tolak ukurnya, maka justru menyantuni anak yatim lah yang memiliki nilai lebih tinggi, karena si penyantun itu kelak akan bersama Nabi di surga. Sedangkan masalah naik haji dijanjikan surga saja, tanpa ada penjelasan bahwa di surga ia akan berkumpul dengan Nabi saw.
Dalam Ilmu fiqih, ibadah sosial disebut ibadah muta’addiyah, yaitu ibadah yang manfaatnya dirasakan oleh orang yang melakukan ibadah itu dan orang lain. Infak, sedekah, wakaf adalah ibadah muta’addiyah. Sementara ibadah individual dalam ilmu fiqih disebut ibadah qashirah, yaitu ibadah yang hanya dirasakan manfaatnya oleh pelaku. Nah, haji yang kedua kali, ketiga dan seterusnya serta umrah merupakan ibadah qashirah. Nabi saw. ternyata lebih memilih ibadah muta’addiyah dari pada ibadah qashirah, karena beliau tercatat hanya melakukan haji satu kali dan umrah dua kali.
Menurut beliau, dalil ayat al-Qur’an maupun hadist justru lebih banyak yang menjelaskan soal ibadah sosial dari pada ibadah individual. Seperti yang tampak pada surat al-Muddaststir ayat 42 hingga 44 yang berbunyi : Apakah yang memasukkan kamu ke dalam saqar (neraka) ? Mereka menjawab, Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin.
Jadi ketidakperdulian kita terhadap orang miskin dan kaum dhuafa yang membutuhkan bantuan dapat membawa kita masuk ke neraka Allah, ujar beliau. Bahkan dalam sebuah hadist Qudsi yang diriwayatkan Imam Muslim, saking pentingnya kita menyantuni orang-orang yang perlu santunan, Allah mengatakan, Wahai anak Adam, Aku ini kelaparan, tapi kamu tidak mau memberi makan kepada Ku. Anak Adam menjawab, Bagaimana mungkin aku memberi makan kepada Engkau, padahal Engkau adalah rabbul’alamin. Allah menjawab lagi, Tahukah engkau wahai anak Adam, hamba-Ku yang bernama Fulan bin Fulan kelaparan, kalau engkau memberi makan, engkau akan mendapati-Ku ada di sana.
Beliau juga menghimbau umat untuk melakukan reorientasi atas ibadahnya. Jika selama ini hanya yang individual saja yang dipentingkan, maka perlu diubah ke arah sosial. Jika umat dihadapkan pada pilihan antara ibadah sosial dan individual, maka pilihlah ibadah sosial sebagaimana yang Nabi saw. ontohkan. Umat Islam Indonesia masih cenderung melaksanakan shalat sendiri-sendiri dibanding berjamaah, sehingga tidak heran banyak tempat-tempat ibadah umat Islam yang megah tetapi tidak mampu menyemarakkan syiar Islam, ujar beliau prihatin. Padahal, menurut beliau hampir semua orang sudah mengetahui kualitas berlipat yang dimiliki shalat berjamaah dibanding shalat sendiri.
Demikian ulasan singkat dari Blogger Poetra Borneo yang merupakan kesimpulan dan tulisan ulang tentang Umat Islam Indonesia Masih Mementingkan Kesalehan Individual yang bersumber dari buku karya KH. Ali Mustafa Yakub.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar