Tulisan kali ini saya tulis ulang dari sebuah buku karya KH. Ali Mustafa Yakub yang berjudul Umat Islam Masih Mementingkan Kesalehan Individual.
Umat islam Indonesia saat ini tetap getol beribadah Umroh di bulan
Ramadhan sebagai wujud ibadah individual, sementara masih banyak anak
yatim dan orang miskin yang perlu di santuni. Sementara fenomena lainnya
masih banyaknya masyarakat Indonesia yang berhaji atau naik haji
berulang kali.
Menurut beliau, hal itu suatu pemborosan,
karena uang ongkos haji itu bisa dimanfaatkan untuk amal lain yang
bersifat sosial. Menurut beliau, kalau pahala yang menjadi tolak
ukurnya, maka justru menyantuni anak yatim lah yang memiliki nilai lebih
tinggi, karena si penyantun itu kelak akan bersama Nabi di surga.
Sedangkan masalah naik haji dijanjikan surga saja, tanpa ada penjelasan
bahwa di surga ia akan berkumpul dengan Nabi saw.
Dalam Ilmu
fiqih, ibadah sosial disebut ibadah muta’addiyah, yaitu ibadah yang
manfaatnya dirasakan oleh orang yang melakukan ibadah itu dan orang
lain. Infak, sedekah, wakaf adalah ibadah muta’addiyah. Sementara ibadah
individual dalam ilmu fiqih disebut ibadah qashirah, yaitu ibadah yang
hanya dirasakan manfaatnya oleh pelaku. Nah, haji yang kedua kali,
ketiga dan seterusnya serta umrah merupakan ibadah qashirah. Nabi saw.
ternyata lebih memilih ibadah muta’addiyah dari pada ibadah qashirah,
karena beliau tercatat hanya melakukan haji satu kali dan umrah dua
kali.
Menurut beliau, dalil ayat al-Qur’an
maupun hadist justru lebih banyak yang menjelaskan soal ibadah sosial
dari pada ibadah individual. Seperti yang tampak pada surat
al-Muddaststir ayat 42 hingga 44 yang berbunyi : Apakah yang memasukkan
kamu ke dalam saqar (neraka) ? Mereka menjawab, Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak (pula)
memberi makan orang miskin.
Jadi ketidakperdulian kita terhadap orang
miskin dan kaum dhuafa yang membutuhkan bantuan dapat membawa kita
masuk ke neraka Allah, ujar beliau. Bahkan dalam sebuah hadist Qudsi
yang diriwayatkan Imam Muslim, saking pentingnya kita menyantuni
orang-orang yang perlu santunan, Allah mengatakan, Wahai anak Adam, Aku
ini kelaparan, tapi kamu tidak mau memberi makan kepada Ku. Anak Adam
menjawab, Bagaimana mungkin aku memberi makan kepada Engkau, padahal
Engkau adalah rabbul’alamin. Allah menjawab lagi, Tahukah engkau wahai
anak Adam, hamba-Ku yang bernama Fulan bin Fulan kelaparan, kalau engkau
memberi makan, engkau akan mendapati-Ku ada di sana.
Beliau juga menghimbau umat untuk
melakukan reorientasi atas ibadahnya. Jika selama ini hanya yang
individual saja yang dipentingkan, maka perlu diubah ke arah sosial.
Jika umat dihadapkan pada pilihan antara ibadah sosial dan individual,
maka pilihlah ibadah sosial sebagaimana yang Nabi saw. ontohkan. Umat
Islam Indonesia masih cenderung melaksanakan shalat sendiri-sendiri
dibanding berjamaah, sehingga tidak heran banyak tempat-tempat ibadah
umat Islam yang megah tetapi tidak mampu menyemarakkan syiar Islam, ujar
beliau prihatin. Padahal, menurut beliau hampir semua orang sudah
mengetahui kualitas berlipat yang dimiliki shalat berjamaah dibanding
shalat sendiri.
Demikian ulasan singkat dari Blogger Poetra Borneo yang merupakan kesimpulan dan tulisan ulang tentang Umat Islam Indonesia Masih Mementingkan Kesalehan Individual yang bersumber dari buku karya KH. Ali Mustafa Yakub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar