Halaman

Rabu, 27 Februari 2013

MUBTADA DARI MUDHOF ILAIHI

MUBTADA DARI MUDOF ILAIH
Dalam bahasa Arab ada dua macam jumlah atau kalimat (dalam bahasa Indonesia), yaitu ; jumlah ismiyah (kalimat nominal) dan jumlah fi’liyah (kalimat verbal). Jumlah ismiyah adalah jumlah yang disusun dari dua unsur, yaitu ; مبتدأ Mubtada (pokok kalimat) dan khobar (keterangan). Sedangkan jumlah fi’liyah adalah jumlah yang disusun dari dua unsur, yaitu ; fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku/subjek).
Pada bagian ini akan dibahas tentang مبتدأ mubtada dari مضاف اليه mudoh ilaih. Sebelumnya kita bahas terlebih dahulu “apa itu مبتدأ mubtada” dan “apa itu مضاف اليه mudoh ilaih”.
1. مبتدأ Mubtada. مبتدأ Mubtada adalah salah satu unsur dalam suatu jumlah ismiyah yang berfungsi sebagai pokok kalimat dan letaknya wajib/selalu di awal jumlah. Mubtada dibentuk dari isim (kata benda) yang benda tersebut sifatnya harus ma’rifah (tentu/jelas). Isim ma’rifah diantaranya ; dhomir, isim alam, isim isyaroh, isim yang diberi alif dan lam didepanya dan susunan Idofah.
Contoh :
البيت كبير
Rumah itu besar = albaitu (mubtada) kabiirun (khobar)
انا تلميذ
Saya seorang pelajar = ana (mubtada) tilmiidzun (khobar)
2. Idofah. Dalam bahasa Indonesia disebut juga kata majemuk. Adalah suatu ungkapan yang terdiri dari dua kata yang kedua-duanya adalah isim (kata benda), yang pertama disebut مضاف mudof, yang kedua disebut مضاف اليه mudof ilaih dan memiliki satu pengertian (arti).
a. مضافMudof adalah isim yang disandarkan kepada isim sesudahnya/didepannya, yang sifatnya menjadi ma’rifah atau tertentu/khusus karena hubungan ini, sifatnya ma’rifah. Artinya harokatnya bertanwin dan pada waktu diidofahkan maka tanwinnya harus dibuang, jika bentuknya mufrod. Dan jika mustanna atau jamak mudzakar salim maka ن (nun) nya harus dibuang.
b. مضاف اليه Mudof ilaih adalah isim yang terletak sesudah مضاف mudof, yang letaknya wajib majrur atau berbaris kasroh dengan bunyi (i) atau (in).
Contoh :
مسجد المدرسة
Masjid sekolah = masjidul (mudof) madrosati (mudof ilaih)
سورة الفاتحة
Surat alfatihah = suuratul (mudof) faatihati (mudof ilaih)
3. مبتدأ Mubtada dari مضاف اليه mudof ilaih adalah مضافmudof/ مضاف اليه mudof ilaih yang berkedudukan/berfungsi sebagai pokok kalimat pada jumlah ismiyah.
Contoh :
سيارة الأستاذ جميلة
Mobil guru itu bagus = Sayyaaratul ustaadzi (mubtada mudof ilah) jamiilatun (khobar)
كتاب علي جديد
Buku Ali baru = Kitaabu Aliyin (mubtada mudof ilah) jadiidun (khobar)
كتاب فاطمة جديدة
Buku Fatimah baru = Kitaabu Fatimata (mubtada mudof ilah) jadiidatun (khobar)
مسطرة أستاذ جديدة
Penggaris guru baru = Mistharatu ustaadin (mubtada mudof ilah) jadiidatun (khobar)
دراجة استاذ في الفناء
Sepeda guru di halaman = Darraajatu ustadzin (mubtada mudof ilah) fil finaa i (khobar)

A SHORT SPEECH (2)

Assalamualaikum wr.wb  and  best wishes to us all
    First of all, I want to say thank to the  Almagthy God who has given us  a good health and a good chance so we join in this nice place.
    Secondly, I want to say thank to  The partisipant for giving me a chance to stand here, for diliver my speech about education.
My beloved Brothers and Sisters
  Education is the best progress tool to achieve the best kwality of life. By Education, we can get a knowladge. If  we have a good education, we will be eazy  to get a job.
Meanwhile, Education also can give ahead for human’s ability of thinking which makes us able to distribute our capabelity to give  and guide a teaching and learning to society who have a few knowladge. So they can prepare their life better.
Futher, Education can control our attitude, intelectual and our action.
   On the other hand, Education can make us strong people. If we are achieving  our life, we will not be disporeted  because we can be able to trifine our view of life.
My Beloved Brothers and sisters.
   We know education is very important for us.Education can make us to get a good skill which gives us capabelity to imajinate and develope our ideas  which is in our mine.
There are three education room, they are  :
A.    Educated family
B.    school education
C.    school education
 My Beloved Brothers and Sisters
Education is trying to realized to  recheck our capabelity which can bring us to get a life good.
 So, We are not desperate to  try and try to achieve our dreanm of future and we don’t be lazy studing and learning.
I’m sure, we will not be poor of knowladge, we maynot allow our selves become stupid people but,  w must have spirit, struggle, and always pray to God to ge education well. Althought we must go up and go down to get it. Because it is process.
Well, that’s all my speech. if I have mistake, forgive me pleace, because no one is infallible and no body is perfec in the world.
Thank for the your attention and wasalamualaikum wr. wb.
   

A SHORT SPEECH

Assalamualaikum wr wb.
and good afternoon
The Honourable mothers and fathers who are present in this place
      first of all I would like say thank to the Almighty God who has given us a good healt so we can join in this nice place.
      The second time, do not forget I said thank to the our Prophet Muhammad Saw had brought us from the realm of darkness into the lightness
In addition, I would like say thank to the audience for allowing me to deliver my speech with the theme of keeping the environment clean
well, my beloved brothers and sisters
     Keeping the environment clean is a way and the actions we can do to be able to obtain the beauty and the beauty of the environment, other than that if we always keep the environment around us, our environment will be maintained and healthy so that we can all farthest from various diseases.
A healthy environment would be more fun and comfortable to live in the neighborhood of a dirty  filled with garbage strewn everywhere.
My beloved brothers and Sisters
     We have seen so many benefits that can be obtained if we keep the environment clean, therefore we as a society that cares about the environment, let us together to preserve the environment around us to look comfortable and cool in the view
and always a pleasant environment.
My beloved Brothers and Sisters
    So what can I say, if there are sentences that are less pleasing to you, I apologize, because there is no ivory that is not going to crack and there would be no human beings make mistakes.
thank you for your attention and wasalamualaikum wr wb.

BELAJAR KALIMAT MAJEMUK

A. Kalimat Tunggal
   Kalimat Tunggal adalah kalimat yang hanya mengandung satu pola kalimat 
yang mempunyai satu subjek dan satu predikat yang diperluas dengan berbagai keterangan.
Contoh Kalimat Tunggal :
 ==> Rina Menari di Taman Rumahnya
==> Menangis aku di tengah gelapnya malam ==> Harga BBM anjlok. B. Kalimat Majemuk
 Kalimat Majemuk adalah kalimat yang memiliki klausa lebih dari satu. Setiap kalimat mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan melihat kata penghubung yang digunakan.

Kalimat majemuk terdiri atas :

1. Kalimat Majemuk Setara ( Koordinatif )
  Yaitu kalimat gabung yang hubungan antar pola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau seharkat.
Ciri-ciri :
  1. .Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya.
  2. Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
  3. Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
  4. Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P
Jenis majemuk Setara
1. Setara Sejalan (kata hubungnya dan, serta, lagi pula dll)
2. Setara memilih
3. Setara berlawanan
4. Setara menguatkan (bahkan)
5. Setara sebab akibat

2 Kalimat Majemuk Rapatan
  Yaitu Gabungan beberapa kalimat tunggal yang bagian subjek atau predikatnya yang sama, maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali saja, atau kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan, yang mana kata-kata atau frase-frase dalam kalimat itu menduduki fungsi yang sama.

3 Kalimat Majemuk Bertingkat ( Subordinatif )
     Yaitu kalimat luas yang mana perluasannya membentuk klausa
bawahan (anak kalimat).
4 Kalimat Majemuk Campuran 
     Yaitu kalimat gabungan dari kalimat majemuk setara, kalimat majemuk rapatan dan kalimat majemuk bertingkat yang disatukan menjadi satu kalimat yang utuh

JUMLAH ISMIYAH DAN JUMLAH FI'LIYAH

1. JUMLAH ISMIYAH
Adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan kalimah isim (kata benda).
Susunan kalimatnya terdiri dari mubtada’ dan khobar.
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah.
Sifat dari mubtada' adalah
a.Harus berupa isim ma'rifat.
b.I’robnya rofa’.
Khobar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat). I'robnya khobar juga rofa'.
Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam halbilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nyaisim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’ berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.
Contoh :
زَيْدٌُ أُسْتاَذٌُ ( Zaid adalah seorang guru)
ا لرَّجُلاَنِ أُسْتاَذاَنِ ( dua orang orang laki-laki itu adalah 2 guru)
زَيْدٌُ بَيْتُهُ كَبِيْرٌُ ( Zaid rumahnya besar)
Keterangan :
Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna hitam adalah khobar.
Pada contoh 1 dan contoh 2 dapat kita lihatkesesuaian anara mubtada’ dan khobar dalam hal bilangannya. Sedangkan pada contoh 3 khobarnya adalah berupa jumlah/kalimat.
Jumlah ismiyah bisa berbentuk kalimat nominal apabila khobarnya berupa kalimah isim (kata benda)
Contoh : زَيْدٌُ طاَلِبٌُ (Zaid adalah seorang pelajar)
Jumlah ismiyah bisa berbentuk kalimat verbal apabila khobarnya berupa kalimah fi'il (kata kerja)
Contoh : زَيْدٌُ جاَءَ الَي الْمَدْرَسَةِ (Zaid telah datang ke sekolah)
Keterangan
Pada kalimat pertama dapat kita lihat bahwa khobarnya berupa kalimah isim yaitu طاَلِبٌُ sehingga terbentuk kalimat nominal sedangkan pada kalimat ke-dua khobarnya berupa kalimah fi'il yaitu جاَءَ َ sehingga terbentuk kalimat verbal.


2. JUMLAH FI’LIYAH
Adalah jumlah yang diawali dengan kalimahfi’il.
Terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).
Fa’il/subyek adalah isim yang terletak setelah fi’il ma’lum ( Kata kerja aktif) dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut.
Apabila fa’il berbentuk muannast ( feminin) maka fi’il juga harus muannast. Begitu juga apabila berbentuk mudzakar.
Namun apabila fa’il berbentuk mutsanna (ganda) ataupun jamak (banyak) maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).
Contoh :
قَرَأَ مُحَمَّدٌُ (Muhammad telah membaca)
قَرَأَتْ هِنْدٌُ (Zaid sedang membaca)
يَقْرَأُ زَيْدٌُ (Hindun telah membaca)
يَقْرَأُ الطَّالِبُوْنَ ( Para siswa sedang membaca)
Keterangan : kata yang berwarna merah adalah fi’il sedangkan yang berwarna putih adalah fa'il.
Pada contoh 1 dan 2 dapat kita lihat kesesuaian antara fi’il dan fa’il dalam jenisnya yaitu mudzakar dan muannast. Sedangkan pada contoh 3 dan 4 dapat kita lihat bahwa berapapun bilangan failnya fi’il harus tetap mufrod.

KALIMAT MAJEMUK

Pembeda antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk adalah jumlah klausa yang ada di dalam kalimat. Sebuah kalimat dikatakan kalimat tunggal jika dalam kalimat tersebut hanya terdapat sebuah klausa. Sedangkan yang dimaksud dengan kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa.
Contoh kalimat tunggal
• Ibu memasak nasi
• Kami menonton film horor

Kalimat mejemuk jika dilihat dari sifat hubungan antar klausa di dalam kalimat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara), kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat), dan kalimat majemuk kompleks.

A. Kalimat Majemuk Koordinatif (kalimat majemuk setara)
Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat. Sebagai penghubung antar klausa dalam kalimat majemuk koordinatif digunakan konjungsi koordinatif, yaitu dan, atau, tetapi, dan lalu. Namun demikian tidak menutup kemungkinan konjungsi dalam kalimat jenis ini tidak digunakan.
Contoh : Dia datang dan duduk di sebelah saya.
Saya sudah makan banyak, tetapi masih saja lapar.
Saya duduk, ayah berdiri, dan adik berlari-lari.
Dia datang, lalu menyuruh kami makan.

Ada tiga macam hubungan semantis dalam kalimat majemuk setara.
1. Hubungan 'penjumlahan'
Hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses. Hubungan penjumlahan ini ditandai dengan kata penghubung dan, serta, baik. . . maupun.
Contoh:
Ia baik hati dan suka menolong teman yang mengalami kesusahan.

2. Hubungan 'perlawanan'
Hubungan yang menyatakan bahwa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan dengan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Klausa pertama berlawanan atau tidak sama dengan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan perlawanan ini ditandai kata penghubung tetapi, melainkan.
• Adikku belum bersekolah, tetapi dia sudah pandai membaca.

3. Hubungan 'pemilihan'
Hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Hubungan pemilihan ini ditandai kata penghubung atau.
• Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku?

B. Kalimat Majemuk Subordinatif (kalimat majemuk bertingkat)
Kalimat majemuk subordinatif yaitu kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setara atau tidak sederajat. Maksud ketidaksetaraan ini yaitu klausa-kalusa yang ada dalam kalimat ini menduduki posisi yang berbeda yaitu ada yang bertindak sebagai klausa atasan dan ada yang sebagai klausa bawahan. Penghubung atau konjungsi nyang digunakan dalam hubungan kalimat majemuk jenis ini yaitu kalau, ketika, meskipun, dan karena. Seperti dalam jenis koordinatif, dalam jenis ini pun terkadang konjungsi tidak selalu digunakan.
Contoh : Kalau ayah pergi, ibu juga akan pergi.
Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar.
Karena banyak yang tidak berangkat, kuliah diliburkan.
Meskipun ada larangan merokok, kakek tetap merokok.

Pembentukan kalimat majemuk subordinatif memiliki dua sudut yang bertentangan. Pertama dipandang sebagai hasil proses menggabungkan dua buah klausa atau lebih, di mana klausa yang satu dianggap sebagai klausa atasan atau klausa utama (kadang disebut induk kalimat), sedangkan yang lain disebut klausa bawahan (anak kalimat).
Contoh : Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar.
Dari kalimat tersebut, klausa “ Nenek membaca majalah ” berstatus sebagai klausa atasan, sedangkan klausa “ Kakek pergi ke pasar “ berkedudukan sebagai klausa bawahan.
Pandangan kedua, konstruksi kalimat subordinatif dianggap sebagai hasil proses perluasan terhadap salah satu unsur klausanya.
Contoh : Nenek membaca majalah tadi siang.
Kalimat tunggal tersebut kemudian diubah menjadi kalimat majemuk
Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar.

Dari contoh tersebut terlihat frasa tadi siang yang merupakan bagian dari klausa “Nenek membaca majalah tadi siang” diluaskan (dideskripsikan) menjadi “ ketika kakek pergi ke pasar”. Dalam pandangan yang kedua ini dinyatakan bahwa setiap unsur kalimat dapat diperluas untuk dijadikan anak kalimat. Dari pandangan ini muncullah istilah anak kalimat pengganti subjek, anak kalimat pengganti predikat, anak kalimat pengganti objek, dan anak kalimat pengganti keterangan.

• Penghubung kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara klausa yang membentuknya. Untuk memperlihatkan hubungan antar klausa yang terdapat dalam kalimat maemuk bertingkat dibutuhkan kata penghubung atau konjungsi.

Berikut ini beberapa konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat besrta hubungan antarklausa yang diciptakan.
1. Hubungan 'waktu'
Kata penghubung yang digunakan adalah sejak, semenjak, sedari, ketika, sebelum, sesudah, hingga, sementara, seraya, tatkala, selama, selagi, serta, sambil, seusai, sesudah, setelah, sehabis, sampai, hingga.
• Sejak anak-anak, saya sudah terbiasa hidup sederhana.
2. Hubungan 'syarat'
Kata penghubung yang digunakan adalah seandainya, andaikata, bilamana, jika.
• Jika Anda mau mendengarkannya, saya akan bercerita.
• Pembangunan balai desa ini akan berjalan lancar andaikata seluruh warga mau berpartisipasi.
3. Hubungan 'tujuan'
Kata penghubung yang digunakan adalah agar, agar supaya, supaya, dan biar.
• Saya mengerjakan tugas itu sampai malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya.
4. Hubungan 'konsesif'
Kata penghubung yang digunakan adalah walaupun, meskipun, kendatipun, sungguhpun.
• Walaupun hatinya sedih, ibu itu tidak mau menangis di hadapan anakanaknya.
5. Hubungan 'perbandingan'
Kata penghubung yang digunakan adalah seperti, ibarat, bagaikan, laksana, alih-alih.
• Bu Tati menyayangi kemenakannya seperti beliau menyayangi anakanaknya.
6. Hubungan 'penyebaban'
Kata penghubung yang digunakan adalah sebab, karena.
• Rencana penyelenggaraan pentas seni di sekolah saya ditunda karena para pengisi acara belum siap.
7. Hubungan 'akibat'
Kata penghubung yang digunakan adalah sehingga, sampai, maka.
• Pada saat ini harga buku memang sangat mahal sehingga kami tidak sanggup membelinya.
8. Hubungan 'cara'
Kata penghubung yang digunakan adalah dengan.
• Ia merangkai bunga-bunga itu dengan penuh konsentrasi.
9. Hubungan 'sangkalan'
Kata penghubung yang digunakan adalah seolah-olah, seakan-akan.
• Anak itu diam saja seolah-olah dia tidak melakukannya.
10. Hubungan 'kenyataan'
Kata penghubung yang digunakan adalah padahal, sedangkan.
• Dia pura-pura tidak tahu, padahal dia tahu banyak hal.
11. Hubungan 'hasil'
Kata penghubung yang digunakan adalah makanya.
• Wajah Tono cemberut, makanya saya takut untuk mendekatinya.
12. Hubungan 'penjelasan'
Kata penghubung yang digunakan adalah bahwa.
• Ia tidak tahu bahwa ayahnya seorang karyawan teladan.

C. Kalimat Majemuk Kompleks (kalimat majemuk campuran)
Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau lebih, di mana ada klausa yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan secara subordinatif. Dengan kata lain kalimat ini merupakan percampuran antara kalimat majemuk koordinatif dengan kalimat majemuk subordinatif atau biasa juga disebut dengan istilah kalimat majemuk campuran.
Contoh :
• Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar dan tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.
• Karena ayah sedang kesulitan, kakek mengambil uang di tabungan dan memberikannya kepada ayah.

Demikian sedikit pembahasan dan contoh tentang KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT MAJEMUK, semoga memberi pencerahan bagi kita semua
 http://galanx-ragalofo.blogspot.com/2012/04/kalimat-tunggal-dan-kalimat-majemuk.html

KALIMAT TUNGGAL DAN MAJEMUK

KALIMAT TUNGGAL DAN KALIMAT MAJEMUK
A. KALIMAT TUNGGAL
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu inti kalimat atau satu klausa.
1. Unsur – unsur Kalimat Tunggal
Inti suatu kalimat dibentuk subjek, predikat, objek dan pelengkap.
2. Jenis – jenis Kalimat Tunggal
a.Kalimat Nominal
Kalimat Nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
b.Kalimat Verbal
Kalimat Verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
3. Perluasan Kalimat Tunggal
Unsur – unsur kalimat tunggal dapat diperluas.Perluasan kalimat tunggal dapat dilakukan dengan cara
berikut.
a. Menambahkan unsur baru di samping unsur yang telah ada. Yakni Keterangan.
b. Memperluas unsur – unsur yang telah ada.

B. KALIMAT MAJEMUK
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal atau lebih.
1. Jenis – jenis Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk dikelompokkan 4 jenis:
a. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara unsur – unsurnya bersifat
setara atau sederajat.

Berdasarkan kata penghubang , kata majemuk setara dibagi 3 macam
1. Kalimat majemuk penjumlahan, ditandai oleh kata penghubung dan, lalu, lagi.
2. Kalimat majemuk pemilihan ditandai oleh kata penghubung atau
3. Kalimat majemuk pertentangan ditandai oleh kata penghubung tetapi, melainkan.

b. Kalimat majemuk rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang bagian – bagiannya dirapatkan.
Kalimat Majemuk rapatan meliputi berikut ini
1. kalimat majemuk rapatan Subjek.
2. Kalimat majemuk rapatan predikat.
3. Kalimat majemuk rapatan objek
4. kalimat majemuk rapatan keterangan

c. Kalimat Majemuk bertingkat
Kalimat Majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan antara unsur 0 unsurnya tidak sederajat.
Jenis – jenis Kalimat Majemuk bertingkat :
1. Kalimat majemuk hubungan pengandaian, kata penghubung jika, seandainya, andaikan.
2. Kalimat majemuk hubungan perbandingan, kata penghubunh ibarat, seperti, bagaikan, laksana,
daripada.
3. Kalimat majemuk hubungan penyebaban, kata penghubung sebab, karena, oleh karena.
4. Kalimat majemuk hubungan akibat, kata penghubung sehingga, sampai – sampai, maka
5. Kalimat majemuk hubungan cara, kata penghubung dengan
6. Kalimat majemuk hubungan penjelasan, kata penghubung bahwa, yaitu
7. Kalimat majemuk hubungan waktu, kata penghubung ketika, sewaktu, semasa

d. Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat campuran, sekurang – kurangnya dibentuk
tiga kalimat tunggal.

PENGGABUNGAN KALIMAT
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggabungan kalimat
1. Menentukan gagasan yang dikandung oleh kalimat – kalimat yang akan digabungkan itu apakah
kedudukannya setara atau bertingkat.
2. Menggunakan kata penghubung yang tepat

KALIMAT ISMIYAH DAN FI'LIYAH BAHASA ARAB


JUMLAH ISMIYAH DAN JUMLAH FI’LIYAH
(الْجُمْلَةُ الإِسْمِيَّةُ وَ الْجُمْلَةُ الْفِعْلِيَّةُ)
1.     Jumlah Ismiyah (kalimat nominal) adalah kalimat yang pokok kalimatnya ada pada awal kalimat. ATAU KALIMAT YANG BERPREDIKAT KATA BENDA. Contoh: Allah adalah Tuhan (الله ُ رَبٌّ), Muhammad adalah rasul (مُحَمَّدٌ رَسُوْلٌ). Jumlah ismiah juga diartikan sebagai kalimat yang terdiri dari Mubtada’ (pokok kalimat) dan Khabar (predikat). Jadi, Allah adalah Tuhan, kata Allah merupakan Mubtada’ dan kata Tuhan merupakan Khabar.
Lihat Contoh:
Arti
Khabar
Mubtada’
Allah adalah Tuhan
رَبٌّ
اَلله ُ
Muhammad adalah rasul
رَسُوْلٌ
مُحَمَّدٌ
Al-Qur’an yang Mulia
كَرِيْمٌ
الْقُرْآنُ
Laki-laki itu mukmin
مُؤْمِنٌ
الرَّجُلُ
Mahasiswi itu rajin
مُجْتَهِدَةٌ
الْطَّالِبَةُ
Dua orang laki-laki itu Mukmin
مُؤْمِنَانِ
الرَّجُلاَنِ
Dua orang mahasiswi itu rajin
مُجْتَهِدَتَانِ
الطَّالِبَتَانِ
Orang-orang (laki2) itu Mukmin
مُؤْمِنُوْنَ
الرِّجَالُ
Mahasiswi-Mahasiswi itu rajin
مُجْتَهِدَاتٌ
الطَّالِبَاتُ
2.     Jumlah Fi’liyah (kalimat verbal) adalah kalimat yang kata kerjanya sebelum pokok kalimat. Atau kalimat yang berpredikat kata kerja. Contoh: Perintah Allah telah datang (أَتَى أَمْرُ اللهِ).
Jumlah Fi’liyah juga diartikan sebagai kalimat yang terdiri dari fi’il (kata kerja) dan Fa’il (pelaku). Lihat contoh-contoh di bawah ini!
Arti
Fa’il (الْفَاعِلُ)
Fi’il (الْفَعْلُ)
Allah telah menciptakan…
الله ُ...
خَلَقَ
Allah telah mengutus…
الله ُ...
بَعَثَ
Perintah Allah telah datang
أَمْرُ اللهِ
أَتَى
Kami telah mengutus Musa
أَرْسَلْنَا مُوْسَى
Catatan:
أَرْسَلْنَا مُوْسَى Kalimat di samping, kata kerja aslinya أَرْسَلَ sedangkan Fa’ilnya: نَا (Dlomir Muttasil dari نَحْنُ). Sehingga, kalimatnya menjadi أَرْسَلْنَا.
Dalam kalimat verbal, kata kerjanya selalu dalam bentuk Tunggal, walaupun pokok kalimat yang mengikuti kata kerja tersebut jamak (banyak) atau Mutsana’ (dua). Perhatikan contoh di bawah ini!
Arti
Fa’il (الْفَاعِلُ)
Fi’il (الْفَعْلُ)
Para Malaikat sujud…
الْمَلاَئِكَةُ ...
سَجَدَ
Dua wanita sujud…
الْبِنْتَانِ...
سَجَدَتِ
Orang-orang Islam berkata…
الْمُسْلِمُوْنَ...
قَالَ
BANDINGKAN PERBEDAAN CONTOH
JUMLAH ISMIYAH DAN JUMLAH FI’LIYAH
Arti
Jumlah Ismiyah
Jumlah Fi’liyah
Seorang Islam laki-laki membuka pintu
      الْمُسْلِمُ فَتَحَ الْبَابَ
فَتَحَ الْمُسْلِمُ الْبَابَ
Dua orang Islam laki-laki membuka pintu
الْمُسْلِمَانِ فَتَحَا الْبَابَ
فَتَحَ الْمُسْلِمَانِ الْبَابَ
Orang-orang Islam laki-laki membuka pintu
الْمُسْلِمُوْنَ فَتَحُوْا الْبَابَ
فَتَحَ الْمُسْلِمُوْنَ الْبَابَ
Orang Islam perempuan membuka pintu
الْمُسْلِمَةُ فَتَحَتِ الْبَابَ
فَتَحَتِ الْمُسْلِمَةُ البَابَ
Dua orang Islam perempuan membuka pintu
الْمُسْلِمَتَانِ فَتَحَتَا الْبَابَ
فَتَحَتِ الْمُسْلِمَتَانِ الْبَابَ
Orang-orang Islam perempuan membuka pintu
الْمُسْلِمَاتُ فَتَحْنَ الْبَابَ
فَتَحَتِ الْمُسْلِمَاتُ الْبَابَ
Tambahan
Mubtada’
Mubtada’ dibagi 2 yaitu: Dhohir dan Mudlmar.
1.    Mubtada’ Dhohir adalah isim marfu’ yang bebas dari amil lafadz melainkan oleh amil maknawi, yaitu ibtida’ atau permulaan kalimat saja, seperti contoh-contoh di atas.
2.    Mubtada’ Mudlmar (Isim Dlomir) adalah ada 12 (dlomir Munfashil), seperti: هُوَ, هُمَا, هُمْ.....اَنَا نَحْنُ.
Contoh: مِنْ أَيْنَ أَنْتَ قَادِمٌ؟