Halaman

Jumat, 27 Januari 2012

GURU PENGECUT ???

Yah mungkin kali ini judul blognya sangat provokatif, tapi kira-kira  pikiran inilah yang dari kemarin selalu mengantung di kepalaku. Saya jadi teringat dengan Jendral Besar Sudirman, sebelumnya dahulu seorang guru Muhammadiyah yang akhirnya berani angkat senjata demi membela negara ini. Ya seorang guru yang berani mengambil keputusan bagi orang banyak.
Tetapi kini saya  begitu terenyuh ketika banyak melihat perubahan (transformasi) yang begitu kebablasan. Dunia Pendidikan kini dianggap sebagai ladang uang dimana orang bisa mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya. Demi ambisi pribadi siapapun bisa dilindas, siapapun bisa dibeli. Wajarlah jika kini ada guru yang rela mengeluarkan biaya beratus-ratus juta  untuk menjadi kepala sekolah (klik disini). Bahkan ada yang rela melakukan pemalsuan ijasah, pemalsuan umur, pemalsuan sertifikat demi memuluskan mendapat sertifikasi guru (klik disini). Atau juga  demi diangkat guru PNS seseorang rela membayar puluhan juta, ironis memang. tapi itulah kenyataannya.
Saya juga sering mendengar seorang guru yang rela menjilat atasannya demi “keamanan” ekonominya. Yang akhirnya mengorbankan teman sendiri demi  hal-hal tersebut. Ya guru yang harusnya layak dikatakan “****” karena terlalu nunut  pada atasannya, sehingga dengan sengaja ia menghilangkan batas-nalar kesadarannya. Pada saat yang sama juga ia membunuh kemampuan individualnya sehingga apa yang dilakukannya harus baik dimata pimpinan padahal sebaliknya.
Saya juga melihat banyak pemimpin guru yang secara sengaja mematikan potensi bawahannya, bahkan dengan sengaja menghilangkan haknya sebagai guru. Hak gaji, dan hak kesejahteraan lainnya. Ketertutupan informasi yang sengaja ditutupi sehingga dapat memperkaya diri sendiri sengaja dilakukan.
Kini banyak sekali guru-guru pengecut disekeliling kita, baik takut karena menjadi miskin, takut dikucilkan, takut tidak dihormati murid. termasuk banyak sebagian guru yag lebih mencari posisi “aman”  asalkan dapur tetap mengebul.
Saya tidak habis pikir model guru seperti ini. Pada saat yang sama kita membutuhkan guru yang berani menerobos perubahan bukan hanya terpaku pada pembelajaran saja. Kita butuh guru yang mampu mendorong perubahan yang jenius, kita butuh guru yang mendobrak sistem lama, dan berani berkata saya rela miskin agar pendidikan Indonesia tetap berjalan, atau saya rela dikucilkan tetapi yang penting sekolah saya maju semaju-majunya. Kita juga butuh guru yang jujur akan segalanya, dan tidak menjadikan korupsi menjadi tiang pendidikan. Budaya sogok menyogok yang begitu parah didunia pendidikan harus segera di habisi tanpa sisa.
Kini sedikit sekali orang seperti Pak Dirman yang akhirnya angkat senjata demi negara ini, sedikit sekali orang seperti Porter yang fokus mengerti kebutuhan psikologi siswa didik. Dan pemimpin sekolah baik yayasan ataupun kepala sekolah yang mengerti akan hak guru dan pembenahan perubahan pendidikan, dan tidak menjadikan uang sebagai tujuan akhir. Jujur saya muak dengan semua ini.
Saya ingat perkataan  Soe hok Gie yang cocok bagi guru-guru pembaharu “lebih baik diasingkan dari pada menyerah kepada kemunafikan”
sekali lagi kawan jadilah guru-guru “pemberontak” dan bukan guru-guru “pengecut”.
Salam Blogger…
Advertisement

Tidak ada komentar: