Halaman

Sabtu, 16 Juni 2012

HOLISTIK, STRESS DAN PERTUMBUHAN MANUSIA


Buku-buku petunjuk tentang pengelolaan stres hampir selalu gagal. Gagalnya karena mengabaikan suatu proses mental sentral yang tak teratasi yang dalam psikiatri disebut sebagai “Kembalinya yang Ditekan”.
Buku-buku ini berusaha menekan rasa-sakit dengan menenangkan benak (sistem/pangkal/biang kesadaran; “mind”) memakai tehnik-tehnik relaksasi dan meditasi, atau dengan memakai “kekuatan berpikir positif” untuk merangkai kembali, menafsir kembali makna dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tentu saja rasa-sakitnya selalu kembali lagi karena rasa-sakit itu tak pernah dinetralisir secara tuntas.
Buku-buku itu mengarah pada Pemahaman Menyeluruh-Utuh-Lengkap dan menghadapi suatu masalah serius. Otak selalu berada dalam tekanan, bahkan dalam pribadi-pribadi individual dengan penyesuaian diri yang terbaik sekalipun. Buku-buku tentang stres mau mengatasi dan menyelesaikan masalah ini (tekanan) dengan cara menghindar dari diri-terdalam. Buku-buku itu lari kembali ke hal-hal yang intelektual. Dengan demikian, gugurlah perjalanan ke perubahan mendalam dan tetap.
Telah kita lihat dalam Bagian Pertama, bahwa dalam manusia yang rusak, dan itu termasuk kebanyakan dari kita, bawah-sadar itu diisi oleh rasa-sakit (“pain”). Telah kita lihat bahwa dalam diri-terdalam, kemarahan dan kesedihan menumpuk mencapai tingkatan yang kuat. Pada saat yang sama, bagian-bagian dari “diri” yang mewadahi bawah-sadar itu, ada yang menjadi lemah karena penyebab yang sama dengan yang menciptakan rasa-sakit itu yaitu tidak mendapatkan kasih sayang orang-tua yang semestinya. Jadi, tekanannya makin kuat, wadahnya makin lemah. ‘Masalah serius’ yang dihadapi oleh buku-buku pengelolaan stres adalah bagaimana kita mereparasi suatu mekanisme yang berada dalam tekanan besar, tanpa meledakkannya; seperti halnya dengan benak (sistem/pangkal/biang kesadaran; “mind”) manusia?
Apakah kita menyerah saja dan balik kembali ke terapi-terapi yang tingkat intensitasnya lebih encer? Apakah kita sama sekali tak pernah boleh menaruh suatu buku pedoman di pasar umum tentang “Mengelola Diri secara Mengalir-Alamiah-Mendasar-Wajar”?
Saya tidak percaya bahwa kita harus menyerah. Sepanjang sejarah, samudera-samudera yang dalam, benua-benua yang tak dikenal dan teluk-teluk yang mengerikan belum pernah menghentikan manusia untuk maju terus. Kemajuan teknologi manusia yang telah sangat tinggi sepertinya mengajak kita untuk tetap melangkah maju. Seharusnyalah, perkembangan mental benar-benar nyata setingkat dengan perkembangan teknologi. Dan itu harus terjadi untuk kita semua, bukan hanya untuk segelintir orang terpelajar.
Buku ini dipersembahkan kepada dalil bahwa penderitaan emosional yang tidak termasuk kategori penyakit orang gila, disebabkan oleh rasa-sakit pada awal masa kanak-kanak dan oleh ketidaksadaran yang diakibatkannya dan yang menyertainya pada masa dewasa.
***
Kita tahu bahwa benak (sistem/pangkal/biang kesadaran; “mind”) dapat mengamati, memproses, menyimpan, dan berfungsi dengan sempurna.
Ketika seorang ahli bedah syaraf menyentuh otak yang terbuka dengan sejumlah kecil aliran listrik, seorang pasien dapat mengalami-ulang suatu peristiwa masa kanak-kanak awal yang dulu secara sempurna sampai ke detil-detilnya.
Orang-orang sudah melaporkan, bahwa ketika bahaya yang mengancam nyawa tiba-tiba menimpa kita, munculah suatu kemampuan sangat jauh diatas rata-rata untuk mengamati dan bereaksi terhadap dunia eksternal itu. Kemampuan itu bagaikan terdapat di suatu tatanan cara berada yang berbeda.
Di dalam suatu pengalaman terapi regresip, para klien akan menghayati-ulang peristiwa-peristiwa secara sangat jelas. Bahkan perasaan-perasaan yang pada saat trauma (“luka batin”) itu terjadi telah ditekan dengan sangat cepat, akan mereka alami-ulang lagi secara nyata). Penekanan perasaan itu sedemikian cepatnya sehingga trauma (“luka batin”) itu sampai saat mengalami-ulang itu terjadi, tidak (akan) pernah mereka ketahui.
Oleh karena itu, tak dapat diragukan lagi bahwa di kedalaman otak ada suatu perangkat proses yang murni-bebas-pencemaran (“immaculate”).
Proses ini meliputi: Pengamatan Murni-Bebas-Pencemaran, Penyimpanan Murni-Bebas-Pencemaran, Pengolahan Murni-Bebas-Pencemaran (termasuk mengalami-ulang), dan Fungsi Murni-Bebas-Pencemaran.
Kita kehilangan proses-proses Murni-Bebas-Pencemaran ini ketika kita takut bahwa konsekuensi dari menggunakan proses-proses ini adalah kita akan sangat disakiti dan menderita. Prinsip mengamankan diri pribadi mengesampingkan proses-proses Murni-Bebas-Pencemaran dari otak itu. Ketika terancam, seorang anak, dan tentu saja orang dewasa, memadamkan pengetahuan sadar secepat seperti munculnya dan menggesernya dengan aman ke bawah menjauh dari kesadaran.
Si anak yang kena trauma (“luka batin”) dan terancam tidak hanya menguburkan pengetahuannya dengan cepat, ia juga menguburkan proses-proses lain yang terkait dengan pengetahuan yang ingin dibuangnya itu. Dengan begitu, kita tidak hanya kehilangan memori saja tetapi juga fungsi.
Sebagai contoh, jika seorang anak mengalami trauma (“luka batin”) dalam suatu kecelakaan mobil dan menekan pengetahuan ini, ia kemudian mungkin akan menolak untuk mengemudikan mobil. Dengan begitu pengetahuan awal-asli dulu tentang peristiwa itu hilang, dan kemampuan untuk berfungsi sekarang juga hilang (dalam contoh ini: mengemudikan mobil).
Semua fungsi otak manusia mengandalkan diri pada keyakinan bahwa apa yang kita lihat, pikirkan dan rasakan itu adalah benar adanya. Jika kita tidak bisa mengandalkan keyakinan ini, kita akan merosot ke dalam teror (rasa takut dalam bawah-sadar). Sebagai contoh, jika Anda berpikir bahwa trotoar kaki lima itu akan menghilang dibawah kaki Anda, Anda akan menolak untuk melangkah.
Otak harus memelihara keyakinan bahwa apa yang diketahuinya itu adalah benar dan tetap benar adanya. Pada waktu yang sama, si otak ini tetap saja menekan semakin banyak hal diantara hal-hal yang diketahuinya itu. Ini dilakukan otak untuk menyelamatkan kita dari detik ke detik, apapun biayanya, dengan cara menyesuaikan diri secara pas terhadap rasa-sakit internal dan ancaman eksternal. Mempertahankan dan menyelamatkan diri segera, sekarang ini, mengalahkan kebenaran. Oleh karena itu, si anak yang trauma (“luka batin”) itu bisa hidup, tetapi hidupnya itu merosot dan kemerosotan itu semakin parah.
Untuk bisa mengurangi dan mengurangi lagi kebenaran kita, namun bersamaan dengan itu juga tetap bisa mempertahankan dan memelihara keyakinan kita pada landasan dasar dibawah kita, kita mengisi ruang-ruang itu dengan keyakinan-keyakinan palsu. Kita ingat apa yang harus kita ingat. Kita menekan apa yang harus kita tekan. Kita melihat hal-hal yang mendukung pandangan kita dan kita berhenti melihat hal-hal yang tidak mendukungnya.
Tanpa disengaja kita membangun suatu diri-pribadi-sadar, yang menjadi sebuah “rumah kartu” (“house of cards”). Rumah kartu ini hanya dapat dipertahankan dengan memperbanyak terus menerus pengesahan eksternal. Kerobohan kita dicegah dengan menyesuaikan diri dan menerima pengesahan (eksternal).
Sebagai contoh, bayangkanlah pada suatu hari Anda masuk kerja dan tidak ada orang yang mengakui kehadiran Anda. Dari jam ke jam orang jelas-jelas melihat Anda dan tidak ada yang memberi isyarat sedikit pun juga bahwa Anda ada disitu. Bahkan pada tingkat paling bawah itu, berapa lama menurut Anda seseorang bisa tetap merasa bebas dari teror (rasa takut dalam bawah-sadar) tanpa mendapatkan pengesahan?
Orang dewasa menggantikan PENGAMATAN “MURNI-BEBAS-PENCEMARAN” (“IMMACULATE”) dengan pengamatan semrawut-kacau, PENYIMPANAN (memori) MURNI-BEBAS-PENCEMARAN dengan penyimpanan semrawut-kacau, PROSES MURNI-BEBAS-PENCEMARAN dengan proses semrawut-kacau dan FUNGSI MURNI-BEBAS-PENCEMARAN dengan fungsi semrawut-kacau. Kita menjadi seperti sarang lebah yaitu banyak rongganya dengan kesemrawutan-kekacauan yang tak kelihatan ini, dan membuat aneka pilihan dan keputusan dalam hidup kita. Seperti misalnya memilih jodoh dan profesi, tanpa Pemahaman Menyeluruh-Utuh-Lengkap yang cukup. Makanya kita tidak mendapatkan apa yang kita butuhkan, dan kita memang mendapatkan apa yang tidak kita butuhkan. Kita melelahkan diri kita sehabis-habisnya, kita merasa tidak puas dan kita berjalan diatas jalur nasib-riwayat kita, tanpa kemampuan untuk menemukan makna, dari lahir sampai mati.
Buku yang sedang Anda baca ini dibuat untuk membalikkan nasib jelek manusiawi yang sulit ini. Kita dapat menemukan kebenaran kita, kita dapat hidup dengan menghasilkan buah dan mengalir secara alamiah-mendasar-wajar, tanpa dicemari oleh konflik sadar tak-sadar antara badan dan jiwa (“organic”).
***
Di dalam dan seputar Proses-Proses Murni-Bebas-Pencemaran (mengamati, menyimpan, memproses dan berfungsi) yang sudah kita bahas, terkaitlah seperangkat fungsi otak yang sama sekali berbeda. Saya menyebut fungsi-fungsi ini: Proses-Proses Pemahaman Menyeluruh-Utuh-Lengkap (“Holistic”).
Pemahaman Menyeluruh-Utuh-Lengkap (“Holistic”) adalah suatu jenis kesadaran akan diri sendiri dan akan dunia, dimana kesadaran itu coraknya tidak linier, global, mendadak dan kesadaran itu mematahkan fungsi semrawut-kacau dari otak yang disebut diatas. Pemahaman Menyeluruh-Utuh-Lengkap itu sendiri adalah suatu Fungsi Murni-Bebas-Pencemaran dan dengan lompatan kuantum, ia memgembalikan kita ke kejelasan yang semakin jelas.
Dalam buku ini kita harus menemukan tehnik-tehnik, yang mengaktifkan PROSES PEMAHAMAN MENYELURUH-UTUH-LENGKAP dan MURNI-BEBAS-PENCEMARAN(“IMMACULATE PROCESS OF HOLISTIC INSIGHT”), untuk benar-benar mengalami bagian-bagian diri kita yang hilang. Kita ingin memenangkan kembali proses-proses lembut-luwes dalam benak (sistem/pangkal/biang kesadaran; “mind”) itu dari kegelapannya. Dengan melakukan itu, kita akan membongkar diri-palsu yang sudah kita konstruksi selama ini (konstruksi itu dilakukan, kita lakukan tanpa sengaja, tanpa sadar karena kita menghindari semua yang memicu rasa-sakit kita). Kita berusaha untuk berfungsi dengan jelas dan nyaman dengan menemukan dan mengalami tiap-tiap luka yang terpendam. Luka-luka inilah yang menyesatkan hidup kita, dan yang mencegah kita untuk hidup secara wajar alamiah, mengalir tanpa dicemari oleh konflik sadar tak-sadar antara badan dan jiwa, mencegah kita untuk mengatur sendiri keseimbangan kita, mencegah kita untuk mendapatkan kejelasan.
Dengan anugerah PEMAHAMAN MENYELURUH-UTUH-LENGKAP (“HOLISTIC INSIGHT”) kita kemudian akan mengakses FUNGSI MURNI-BEBAS-PENCEMARAN (“IMMACULATE FUNCTIONS”) dari otak.
Akhirnya, kita akan mampu melihat, memproses, dan bertindak tanpa banyak penyimpangan yang sudah mengganggu hidup kita dan sudah membentuk pondasi dari dusta-dusta hidup kita. Sebagai tambahannya, kita juga akan dimampukan selanjutnya untuk memproses rasa-sakit emosional dan stres dengan alat-alat yang akan kita peroleh.

Tidak ada komentar: