Halaman

Kamis, 16 Februari 2012

B. PENERAPAN TIK KEL. 2

PENERAPAN TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA TINGKAT SMA

A.    Pendahuluan
Kondisi dunia telah berubah dan kian banyak hal baru bermunculan. Masa kini manusia hidup dalam era informasi global. Dalam era informasi ini, kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang cepat tanpa terhambat oleh batas ruang dan waktu (Dryden & Voss, 1999). Berbeda halnya dengan masa-masa sebelumnya yang masih memanfaatkan benda-benda alam disekitarnya yang bersifat apa adanya. Namun kini, manusia berlomba-lomba untuk mengintegrasikan TIK dalam semua aspek kehidupan untuk membangun dan membudayakan masyarakat yang berbasis pengetahuan agar mampu bersaing dalam era global.
Di Indonesia sendiri, pemanfaatan TIK khususnya dalam pembelajaran masih sangat kurang. Sementara dalam menghadapi era globalisasi, pemanfaatan TIK menjadi sebuah kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja, termasuk dalam belajar dan pembelajaran. Selain itu, dengan TIK kita juga dapat mengikuti setiap perkembangan baru di seluruh belahan dunia dengan mudah melalui web, salah satu bentuk TIK. Dengan kata lain, mau tidak mau kita harus mengetahui, memahami, menguasai bahkan mengembangkan TIK termasuk pemanfaatannya agar tidak ketinggalan dalam perkembangan dunia yang makin global. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah memutuskan bahwa pembekalan keterampilan TIK menjadi bagian kurikulum SMP, SMA dan SMK, dengan melengkapi infrastruktur, di sekolah menengah pertama dan atas serta SMK negeri, dalam bentuk lab komputer yang tersambung dengan internet. Guru-guru juga telah banyak mengikuti berbagai pelatihan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, untuk mengintegrasikan TIK ke dalam pembelajaran.
Perkembangan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan tak terkecuali pendidikan, sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap adanya tuntutan reformasi dalam sistem pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasik TIK baik yang bersifat off-line maupun on-line, bisa dimanfaatkan sebagai media ajar yang mampu meningkatkan kualitas KBM di dalam kelas.
Dalam kebijakan nasional, TIK menjadi kunci dalam 2 hal yaitu (1) effisiensi proses, dan (2) memenangkan kompetisi. Demikian juga dengan lembaga pendidikan (sekolah). Tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat kita. Hal ini menyebabkan sekolah dituntut untuk mampu menghasilkan SDM-SDM unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini. Peningkatan kualitas dan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan mudah, yakni dengan memanfaatkan media berbasis TIK sebagai akses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan TIK sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran pada sekolah.
Sebagaimana yang tampak di lapangan, banyak sekolah-sekolah yang saling bersaing dalam meningkatkan mutu pendidikannya dengan menawarkan beberapa fasilitas belajar yang berbasis TIK untuk menarik kepercayaan masyarakat terhadap sekolah tersebut seperti penyediaan berbagai macam media audio-visual hingga fasilitas laboratorium.   
Sekolah tingkat menengah atas (SMA) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang cukup banyak memanfaatkan fasilitas belajar dengan menggunakan media TIK, karena dalam jenjang pendidikan tersebut siswa-siswi dituntut untuk memahami bagaimana cara pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam kehidupan praktis hingga mampu bersaing di zaman yang serba teknologi ini.     Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century” merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu: Learning to know (belajar untuk menguasai pengetahuan), Learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan), Learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan Learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat). Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan TIK dalam pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran pada murid tingkat SMA. Sebagai contoh, pemanfaatan media audio-visual tentang alat pencernaan makanan hingga pendeskripsian proses pencernaan makanan tersebut dari awal sampai akhir dalam mata pelajaran Biologi. Pemaparan secara lebih real mampu membantu untuk memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan hingga mereka pun dapat memahaminya secara lebih sempurna.
Kemampuan untuk bekerja dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi/ TIK (Information and Communication Technologies/ ICT) merupakan salah satu kunci penting kompetensi untuk keberhasilan dalam hidup dan juga kompetisi dalam bursa kerja (Levy dan Murmane, 2001; Salganik, 2001; Eurydice, 2002) yang harus dimiliki oleh setiap warga Negara, dan istilah “melek komputer” diperkenalkan untuk membedakan antara pengguna dan non- pengguna TIK (Bawden, 2001). Berhubungan dengan TIK, terdapat dua peranan yang merupakan tugas dari sekolah. Pertama, ialah memenuhi harapan masyarakat tentang permintaan keahlian TIK, dan yang kedua ialah mencapai kualitas pendidikan dengan dukungan TIK. Banyak akademisi, guru, dan bahkan instruktur guru sudah melihat kehebatan TIK untuk mengembangkan pendidikan dan pembelajaran, dan sebagai akibat dari banyaknya artikel yang ada tentang penggunaan TIK di sekolah yang sangat besar (Hawkins, 2002; Hepp, Hinostroza, Laval dan Rehbein, 2004; Machin, McNally dan Silva, 2007; Eteokleous, 2008).

B.    Pembahasan
1.    Penggunaan Ragam Media TIK dalam Pembelajaran di SMA
Sekitar tahun 1980an (atau sebelumnya), media yang digunakan sebagai komunikasi antara guru dengan siswa ialah papan tulis hitam beserta kapur. Papan tulis hitam ini digunakan sebagai media dimana para guru menjelaskan pelajaran dan juga membahas teori melalui papan tulis hitam ini. Akan tetapi, penggunaan media ini terasa tidak cocok karena secara kesehatan dapat menimbulkan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) karena gesekan kapur tersebut. Dan juga ketidak efektifan terjadi karena bekas hapusan dari kapur tersebut masih memperlihatkan bekas penghapusan tulisan. Sehingga, semenjak tahun 1990an, media tersebut mulai dirubah dengan menggunakan papan tulis putih (Whiteboard). Penggunaan Whiteboard tersebut masih berlaku sampai sekarang.
Selain itu, masih berkisar tahun 1980an, sekolah-sekolah sudah mulai marak dengan adanya sistem pembelajaran baru; yaitu sistem pembelajaran dengan menggunakan media AV (Audio Visual). Waktu itu juga, hampir sebulan sekali, sekolah-sekolah menayangkan beberapa pembelajaran (kebanyakan berfokus pada moral). Media tersebut menggunakan media proyektor dan film untuk menayangkan beberapa film. Media pembelajaran dengan menggunakan film dirasakan sebagai media yang sangat efektif karena pada tahun- tahun tersebut, para siswa masih sangat haus dengan adanya hiburan film, sehingga dibuatlah fim-film yang berisikan cerita yang juga disisipkan dengan pembelajaran-pembelajaran seperti biologi, fisika, dan lain sebagainya.
Perkembangan media AV akhirnya tergabung dengan media broadcast, dimana dengan adanya deregulasi pemerintah, maka lahirlah televisi-televisi swasta, seperti RCTI, SCTV, dan pada akhir 1980an, terdapat televisi Pendidikan Indonesia yang membahas tentang pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah- sekolah. Karena sistem pengajaran yang ada pada media broadcast tersebut sangatlah monoton, akhirnya para siswa lebih memilih televisi swasta yang menampilkan film atau hiburan daripada menonton pelajaran yang ada di TPI.
Akhirnya, pada tahun 1980an juga, mulailah diperkenalkan media TIK kepada siswa, yaitu media komputer sebagai skill kepada siswa. Pada waktu itu, penggunaan komputer masihlah pada pembelajaran komputer itu sendiri, dan belum mengarah kepada penggunaan komputer untuk disiplin ilmu lain oleh guru. Hal ini disebabkan belum ada media yang menggabungkan teknologi komputer dengan proyektor seperti yang kita kenal sekarang. Selain itu, program-program pada waktu itu belumlah sehebat sekarang dimana untuk sistem operasinya saja masih menggunakan DOS, dan program-program yang ada juga belum ada program gambar dan animasi yang dipergunakan seperti pada masa sekarang. Pada waktu itu juga, terdapat teknologi Over head proyektor, sebagai media pengganti papan tulis.
Akhirnya, TIK berkembang pada tahun 1980an, dengan adanya program non- DOS yang berisikan gambar- gambar dan bahkan animasi, yaitu Windows. Walaupun waktu itu, Windows juga masih dalam tampilan hitam putih (B/W). Akhirnya, Windows berhasil mengembangkan beberapa tampilan hingga pada saat ini.
Memasuki abad ke-21 teknologi dan informasi berkembang semakin pesat. Hal tersebut terjadi akibat ditemukannya rekayasa material mikroelektronika. Dengan ditemukannya mikroelektronika tersebut, perilaku dan aktivitas manusia saat ini menjadi bergantung pada teknologi informasi dan komunikasi begitu pula dalam dunia pendidikan. Dalam hal pendidikan  kita ketahui makna dari pembelajaran itu sendiri adalah suatu upaya bimbingan bagi siswa agar secara sadar siswa mempunyai keinginan untuk belajar sebaik-baiknya sesuai dengan tahapan kemampuannya. Jadi pengertian dari Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan siswa yang digunakan sebagai alat bantu untuk menyampaikan pesan dalam proses belajar sehingga siswa teransang minat dan perhatiannya untuk belajar. Pada proses pembelajaran, media pembelajaran berguna untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbal yang hanya dengan kata-kata tertulis dan penjelasan lisan, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu serta daya indera, membuat siswa lebih aktif dan mengurangi sifat pasifnya, mengakomodir perbedaan individu siswa, dan membuat pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.
Kehadiran TIK dalam pendidikan mampu membantu peran guru di kelas untuk menyajikan materi dengan lebih inovatif dan menarik. Jika dibandingkan dengan metode guru yang memaparkan materi secara monoton, penggunaan TIK sebagai media pentransfer informasi mampu menarik perhatian siswa lebih banyak dan lebih mudah untuk bisa dipahami oleh mereka.
Khususnya dalam kegiatan pembelajaran di SMA penggunaan media klasik saja seperti kapur dan papan tulis dinilai kurang efektif dan tidak up to date dalam memberikan penggambaran secara sempurna dalam proses transfer ilmu kepada para si terdidik, karena terkadang konsep yang mereka terima tidaklah maksimal bahkan terkadang kurang sesuai dengan apa yang disampaikan oleh guru. Salah satu kasus pada mata pelajaran Biologi, sering kali guru tidak mendeskripsikan materi yang diberikan secara sempurna. Misalnya ketika guru akan memaparkan tentang materi alat pencernaan hingga proses pencernaan makanan di dalam tubuh manusia, banyak sekali siswa yang merasa kesulitan untuk dapat memahami proses tersebut di dalam tubuh secara sempurna, bahkan kerap kali timbul kekeliruan.    Terkait dengan masalah di atas, teknologi dan informasi mencakup semua media atau alat yang mungkin dapat digunakan untuk menyajikan informasi dan latihan misalnya; televisi, laboratorium bahasa, dan macam-macam media proyeksi lainnya. Jika sang guru mensiasatinya dengan memanfaatkan media audio-visual, maka siswa dapat menyaksikan semua proses yang terjadi di dalam tubuh secara lebih real dan mudah dipahami, bahkan mampu mengingatnya secara lebih mudah.

2.    Implikasi TIK dalam Mata Pelajaran Biologi di SMA
Penggunaan TIK di sekolah sangatlah berbeda dimana hampir tidak mungkin untuk membuat daftar semua aplikasi yang memungkinkan. Taylor (1980, 2003) mengatakan bahwa terdapat tiga peranan komputer di kelas, yaitu sebagai 3 T (Tutor, Tool, dan Tutee). Pengenalan TIK pada pelajaran Biologi bukan hanya mendapatkan tingkat pengetahuan tapi juga sikap pada biologi dengan baik (Haunsel dan Hill, 1989; Kubiatko dan  Halakova, 2009).
Sebagai guru biologi atau ilmu lainnya, seharusnya bisa membedakan dua kelompok aplikasi ini. Pada grup pertama merupakan aplikasi generic yang digunakan pada semua subyek, seperti “word processing”, pencarian informasi, komunikasi dengan menggunakan email, dan presentasi multimedia. Dalam hal ini jika guru ilmu pengetahuan tidak menggunakan TIK dalam kelas bahaya terhadap siswa akan berkurang karena mereka akan menerima keahlian yang hilang dalam pekerjaannya terhadap subyek lain, atau di rumah (Kuhlemeier dan Hemker, 2007). Grup kedua ialah grup yang mengadaptasi pengembangan yang digunakan dalam pengajaran ilmu (McFarlane and Sakellariou, 2002), seperti sistem pengimajinasian dalam microscopy (McLean, 2000; Fiche, Bonvin, danBosman, 2006), virtual dissections (analisa virtual) (O'Byrne, Patry, dan Carnegie, 2008), simulasion (Ramasundaram, Grunwald, Mangeot, Camerford and Bliss, 2005), virtual laboratory (Laboratorium virtual) (Jenkins, 2004), and latihan laboratorium yang sesungguhnya dengan sistem pencapaian data (Šorgo, Hajdinjak dan Briški, 2008). Hal paling penting di antara dua kelompok ini ialah jika guru ilmu pengetahuan tidak menggunakan aplikasi ini dalam pengajaran, siswa dalam banyak kasus tidak akan bisa mengembalikan kesalahan dalam tugasnya di subyek lain di rumah. 
Pengenalan komputer pada pengajaran dan pembelajaran di beberapa sekolah telah melewati dua tahap. Yang pertama ialah pengenalan subyek yang penting, ilmu komputer dan kurikulum. Yang kedua menggabungkan penggunaan komputer dalam lingkup subyek yang berbeda. Penggunaan komputer pada tugas siswa pada subyek lain berdasarkan pada otoritas siswa itu sendiri, tapi keputusan akhir penggunaannya pada pada penilaian guru. Perbedaan antara dua cara ini ialah guru dari keompok pertama dilatih oleh professional pada ilmu komputer dan informatika, sementara guru dari grup kedua setidaknya secara progresif bisa disebut sebagai pemula komputer. Kerjasama antara seorang guru informatika dan seorang guru dari subyek lain dapat terjadi dan menolong tugas siswa (Šorgo and Logar, 2006).
Akhirnya, terlihatlah bahwa guru biologi bisa melaksanakan tugasnya pada pengajaran rutin dan investasi pada komputer tidak menjamin penggunaannya di dalam kelas (Hawkins, 2002; Resnick, 2002; Hepp et al., 2004). Kesimpulannya, guru menggunakan komputer untuk tugas sekolah paing banyak sebagai mesin tik, sebagai sebuah alat sumber  informasi dan komunikasi, untuk persiapan, tes, dan administrasi di luar kelas, paling banyak di rumah.Selanjutnya, yang paling banyak digunakan ialah work- sheet tapi bukan untuk presentasi. Kesimpulan selanjutnya ialah guru jarang sekali menggunakan komputer dalam pengajaran. Yang menempati tempat keempat dalam pengajaran ialah program untuk presentasi (Power Point) yang itupun digunakan oleh seorang guru seminggu sekali. Hal itu dikarenakan pada implementasi komputer dalam pengajaran dan pembelajaran ialah guru dappat dan tidak dapat menyusun kesempatan- kesempatan pembelajaran untuk menggunakan TIK di kelas ataupun di dalam laboratorium (Pelgrum, 2001; Binlingam, 2009). Kesimpulannya, fasilitas komputer di dalam sekolah memadai, apalagi komputer yang digunakan di dalam labratorium. Akan tetapi, penggunaannya berkurang yang dikarenakan banyak dari para guru tidak mengetahui program komputer secara mendalam; kebanyakan, mereka menggunaan komputer bukan di dalam pengajaran, akan tetapi untuk penggunaan pribadi atau tugas pribadi, seperti penggunaan “Microsoft Word”, “Microsft Excell”, dan lain sebagainya.
Kemunculan TIK dalam mata pelajaran Biologi di SMA ini dinilai mampu memberikan dampak positif untuk para siswa, sehingga TIK mengambil peran yang sangat luar biasa di dalam mendukung terjadinya proses belajar dalam lingkup Biologi antara lain adalah sebagai berikut:
•    Active; memungkinkan siswa dapat terlibat aktif oleh adanya proses belajar Biologi yang menarik dan bermakna.
•    Constructive; memungkinkan siswa dapat menggabungkan ide-ide baru kedalam pengetahuan Biologi yang telah dimiliki sebelumnya untuk memahami makna atau keinginan tahuan dan keraguan yang selama ini ada dalam benaknya.
•    Collaborative; memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerjasama, berbagi ide, saran atau pengalaman, menasehati dan memberi masukan untuk sesama anggota kelompoknya.
•    Intentional; memungkinkan siswa dapat secara aktif dan antusias berusaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
•    Conversational; memungkinkan proses belajar Biologi secara inheren merupakan suatu proses sosial dan dialogis dimana siswa memperoleh keuntungan dari proses komunikasi tersebut baik di dalam maupun luar jam pelajaran.
•    Contextualized;  memungkinkan situasi belajar Biologi diarahkan pada proses belajar Biologi yang bermakna (real-world) melalui pendekatan ”problem-based atau case-based learning”.
•    Reflective; memungkinkan siswa dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta merenungkan apa yang telah dipelajarinya sebagai bagian dari proses belajar Biologi itu sendiri.



3.    Keefektifan TIK dalam Mata Pelajaran Biologi
Sebelum masuk ke dalam penggunaan TIK dalam pelajaran Biologi, alangkah lebih baiknya membahas tentang karakteristik pelajaran biologi atau bioscience sebagai berikut: (1) semua pengetahuannya berhubungan dengan observasi dan eksperimen; (2) keluarga dari metode dan disiplin yang dikelompokkan pada investigasi proses kehidupan dan antar hubungan pada organisme hidup; (3) berada di dalam sebuah lingkungan hipotesis; (4) termasuk disiplin lain yang sangat cepat terjadi; (5) merupakan subyek penting yang eksperimental dan praktikal (Sears, H., & Wood, E, 2005). Pembahasan biologi juga mempunyai trend- trend yang berubah sepanjang masa, Sears, H dan Wood (2005) juga mengatakan bahwa trend trend subyek pada pertengahan abad dua puluh berkisar pada “in vivo” (telur); pada akhir dua puluh, trend tersebut beralih pada “in vitro” (rahim), dan kemudian pada masa- masa sekarang, pembahasannya juga berubah menjadi In vivo + In vitro + In silico, sehingga pernanan IT bisa menambah atau memperkuat Ilmu Biologi. Berdasarkan 0kenyataan yang ada juga, terdapat 70% biologist (ahli biologi) menghabiskan 70% aktivitasnya melakukan atau menggunakan Teknologi Informasi.
Pada semua karakteristik Biologi (BioScience), terdapat beberapa media yang dapat digunakan seperti whiteboard, sebagai media interaksi pengajaran yang dapat dihapus. Media ini bisa digunakan sebagai media untuk berlatih atau juga media interaksi antara guru dengan murid. Akan tetapi, media tersebut hanya dipakai sekedar hanya untuk teori. Oleh sebab itu, media computer proyektor bisa dipakai juga sebagai media presentasi yang dilakukan oleh guru dengan memakai program power point. 
Selain itu, TIK dapat juga membuat belajar mandiri pada para siswa yaitu dapat memberikan informasi yang sangat banyak pada para siswa, menambah alat- alat yang apat menangani informasi tersebut, dan bahkan dapat juga menambah kompetensi, dan strategi pembelajaran. Dalam hal ini, para siswa dapat belajar mandiri (masih tetap berfokus pada silabus yang diberikan oleh guru), dan juga strategi belajar. Selain itu, merubah sarjana pendidikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu mempunyai kompetensi “guru baru” (BIO2010, 2003). 
Selain itu, biologi juga membutuhan data- data otentik, sehingga peranan TIK betul- betul sangat dibutuhkan karena pernan TIK di sini bisa merawat data sehingga keabsahannya tetap terjaga. Terdapat beberapa program untuk keotentikan data- data yang sangat dibutuhkan untuk biologi yang juga bisa didapatkan di Internet. Program- program itu ialah Uniprot, Mapviewer, BookShelf (Vanderbilt. 1990). Dan juga dibutuhkan alat- alat virtual yang juga otentik seperti Uniprot, Mapviewer, BookShelf, BLAST, Phyologeny, FaunaEuropea, SOPHY, yang secara gratis juga tersedia di internet. Selain itu untuk biologi, diperlukan penelitisan epistomologi yang otentik yang mempergunakan “knowledge improvement” (Bereiter, C, 2002).
Masih berhubungan dengan biologi, selain pengamatan langsung atau kualitatif, biologi juga dapat dilakukan dengan cara kuantitatif (Quantitative Biologi) yang dapat memakai metode algorithma, Sistem Dinamika, diferensial, dan lain sebagainya, yang bisa mempergunakan program- program atau Virtual Tools seperti  Dbase, queries, BLAST, CLUSTALW, dan lain sebagainya. Untuk pengetahuan, program yang bisa dipakai ialah program- program Dbase seperti(NIH, SwissProt EMBL, TREMBL, GBIF,TOL. Sedangkan program yang sangat berguna untuk strategi membangun pengetahuan, bisa dipakai IBL untuk pengajaran SMA. Program “Permainan” atau “games” juga sangat membantu untuk membangkitkan rasa analisis dari siswa terhadap sebuah kasus biologi.
Semua program dan virtual tool yang ada bisa membuat siswa belajar untuk mengembangkan pengetahuan dalam dunia yang “info- dense” (info density/ informasi yang sangat banyak) dengan cara memilih, memvalidasi, membangun sintesa, memproduksi, mempraktekan ilmu yang benar, contohnya bekerja dengan pengetahuan yang tidak pasti (hipotesis) yang sangat berguna untuk membangun pengetahuan dalam biologi. Tujuan penelitian ialah untuk membangun sebuah desain pembelajaran untuk TIK pada pengembangan biologi.
Berikut ini merupakan contoh program- program untuk ilmu biologi:
1.   



2.   







3.   







4.    Kelebihan dan Kelemahan TIK dalam Pembelajaran Biologi di SMA
Penerapan TIK dalam pembelajaran Biologi di SMA dinilai mampu memberikan angin segar di dalam mempermudah guru untuk menyampaikan materi di kelas. Selain itu, manfaat yang diperoleh siswa pun tidak sedikit diantaranya adalah:
•    Efektif dan efisien. Penggunaan TIK memberikan kemudahan bagi siswa dalam proses pemerolehan ilmu serta keterjangkauan waktu dan biaya.
•    Optimal. Penggunaan TIK menjadikan proses pembelajaran lebih bernilai, jika dibandingkan dengan tanpa menggunakannya.
•    Menarik. Penggunaan TIK akan lebih menarik dan memancing keingintahuan yang lebih besar bagi siswa serta membuat suasana belajar lebih fun.
•    Merangsang daya kreatifitas berpikir pelajar. Penggunaan TIK diharapkan mampu menumbuhkan kreativitas pelajar secara maksimal, bahkan mampu membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya terutama dalam mata pelajaran Biologi yang sering menjadi momok menakutkan di kalangan para siswa di sekolah.
Meskipun TIK telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran siswa secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih terdapat juga beberapa  kelemahan dan kekurangan, yaitu:
1.    Kadang-kadang siswa lebih bergairah dengan menikmati (melihat, menonton, dll) media TIK itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari.
2.    Terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial.
3.    Pemanfaatan TIK yang kurang proporsional dapat meyebabkan ketergantungan terhadap teknologi dan mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dan sebagainya.

C.    Penutup
Berdasarkan perkembangan dan kemajuan teknologi masa kini, TIK dinilai memiliki efek yang positif bagi manusia dalam meningkatkan kualitas kehidupan terutama dalam bidang pendidikan, dengan kemunculan TIK dalam dunia pendidikan mampu mempermudah proses KBM yang merupakan cakupan dalam bidang pendidikan. Dengan TIK informasi dapat dikemas dalam bentuk yang lebih simpel dan praktis hingga membuat proses KBM lebih efektif dan efisien.
TIK merupakan kreasi inovatif yang mampu memberikan kemudahan-kemudahan bagi guru dan siswa dalam proses transfer ilmu dan informasi di dalam kelas. Bahkan dengan TIK, minat siswa dalam belajar pun dapat ditingkatkan kembali terutama dalam pembelajaran Biologi yang sebelumnya sering dihindari oleh siswa karena materinya yang dinilai cukup sulit bagi mereka. Walaupun pada faktanya ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan TIK sebagai media pembelajaran, namun efek positif yang diberikan lebih banyak dirasakan dibandingkan dengan efek negatifnya. Oleh karena itu, peran TIK sebagai media transfer ilmu modern pada masa kini cukup dinilai bermanfaat bagi kemajuan pendidikan, terutama di Indonesia.

Daftar Pustaka

Anas, Muhammad dkk. Pemanfaatan Teknologi Infomasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran di Provinsi Sulawesi Tenggara. http://directory.umm.ac.id/tik/MuhammadAnas_PemanfaatanInformasidanKomunikasi(TIK).pdf. Diunduh: 20/01/2012.

Bawden, D. (2001). Information and digital literacies: A review of concepts. Journal of Documentation.

Eurydice. 2002. Key competencies - A developing concept in general compulsory education. Eurydice. The information network on education in Europe. http://www.eurydice.org/ressources/ eurydice/pdf/0_integral/032EN.pdf. Diunduh: 22/01/2012.

Fiche, M., Bonvin, R., Bosman, F. (2006). Microscopes and computers in small-group pathology learning. MedicalEducation.

Haunsel, P.B., Hill, R.S. (1989). The microcomputer and achievement and attitudes in high school biologi. Journal of Research in Science Teaching 26.

Hawkins, R. J. (2002). Ten Lessons for ICT and Education in the Developing World. In: eds. Kirkman G. Cornelius P. K., Sachs J. D., Schwab K.The Global Information Technology Report 2001-2002: Readiness for the Networked World. World Economic forum. Oxford University Press.

Hepp, P.K., Hinostroza, E.S., Laval,E.M., Rehbein, L.F. (2004). Technology in Schools: Education, ICT and theKnowledge Society. World Bank.

Jenkins, R. (2004). VirtualUnknown™ Microbiologi. Journal of Biological Education, 38.

Kubiatko,M,, Halakova, Z. (2009). Slovak high school students' attitudes to ICT using in biologi lesson. Computers in Human Behaviour, 25.

Kuhlemeier, H., Hemker, B. (2007) The impact of computer use at home on students' Internet skills. Computers & Education, 49.

Levy, F., Murmane, R.J. (2001). Key competencies critical to economic success. In: eds. Rychen S., Salganik L.H. 2001. Defining and Selecting Key Competencies. Hogrefe & Huber Publishers. pp.

Machin, S., McNally, S., Silva, O. (2007=. New technology in schools: Is there a payoff? Economic Journal,117(522).

McFarlane, A., Sakellariou, S. (2002) The Role of ICT in Science Education. Cambridge Journal of Education, 32( 2).

McLean, M. (2000). Introducing computer-aided instruction into a traditional histology course: student evaluation of the educational value. Journal of Audiovisual Media in Medicine.

Noni, Nurdin. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pendidikan. http://blog.unm.ac.id/nurdinnoni/files/2010/04/Modul-1.pdf. Diunduh: 20/01/2012.
NRC Committee on Undergraduate Biologi Education to Prepare Research Scientists for the 21st Century. ( 2003). BIO2010: Transforming undergraduate Education for Future Research Biologists.

Ramasundaram, V., Grunwald, S., Mangeot, A., Camerford, N.B., Bliss, C.M. (2005). Development of an environmental virtual field laboratory. Computers & Education, 45.

Resnick, M. (2002). Rethinking Learning in the Digital Age. In: G. Kirkman (editor). The Global Information Technology Report: Readiness for the Networked World. Oxford: Oxford University Press.

Salganik, L.H. (2001). Competencies for Life: A Conceptual and Empirical Challenge. In: eds. Rychen, S., Salganik, L.H. Defining and Selecting Key Competencies. Hogrefe & Huber Publishers.

Siskarini, Diana Eka. Peranan Teknologi Informasi Sebagai Media Pembelajaran Biologi. http://semilirsenja.blogspot.com/2010/03/teknologi-informasi-sebagai-media_03.html. Diunduh: 21/01/2012.

Šorgo, A., Hajdinjak, Z., Briški, D. (2008). The journey of a sandwich: computer-based laboratory experiments about the human digestive sistem in high school biologi teaching. Advances in Physiology Education, 32.

Taylor, R.P. (1980). Introduction. In: Taylor R.P. The computer in the school: Tutor, tool, tutee. Teachers College Press. New York.

Taylor, R.P. (2003). Reflection on The Computer in the School. Contemporary Issues in Technology and Teacher Education. 3(2).

Vanderbilt. (1990). Anchored Instruction and Its Relationship to Situated Cognition. Educational Researcher, 19.
Yahya, Dede.Konsep Komunikasi dan Teknologi Informasi Pendidikan. http://www.dedeyahya.com/2011/10/konsep-komunikasi-dan-tekhnologi.html. Diunduh 22 Januari 2012.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Salam kenal
Gimana buatnya media tersebut silakan kunjungi Multimedia Pembelajaran Inteaktif, di http://pcahyono.blogspot.com/