Halaman

Kamis, 16 Februari 2012

C. DISTANCE LEARNING KEL 2

PEMBELAJARAN PELAFALAN BAHASA INDONESIA DALAM PEMROLEHAN BAHASA KEDUA UNTUK PENUTUR ASING MELALUI DISTANCE LEARNING
Abstrak
Bahasa Indonesia merupakan salah satu Bahasa yang sudah mulai diminati oleh para penutur asing sebagai Bahasa kedua. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan bahasa standar yang ada di Indonesia sebagai kunci untuk mempelajari bahasa- bahasa daerah lainnya yang bagi Negara- Negara lain unik. Hal tersebut jarang ada di Negara- Negara lain yang mempunyai ratusan bahasa daerah di dalam sebuah Negara. Selain itu, letak strategis Indonesia dan juga kekayaan Alam Indonesia sehingga sangatlah menguntungkan untuk menanamkan investasi di Indonesia. Hal- hal tersebut merupakan sebab lain kenapa banyak penutur asing ingin mempelajari Bahasa Indonesia. Akan tetapi, banyak keterbatasan bagi para penutur asing untuk mempelajari bahasa Indonesia, khususnya masalah pelafalan (fonologi) karena terdapat banyak perbedaan- perbedaan yang mendasar dalam melafalkan bunyi. Dan masalah lain yang ada ialah masalah keterbatasan waktu dan tempat. Sehingga, Media yang pantas dalam melakukan pengajaran tersebut melalui distance learning.
Dalam membuat makalah ini, para penulis berfokus pada media pembelajaran distance learning yang pantas untuk pembelajaran pelafalan. Dan sebagai Sub- focus, para penulis membatasi pada 1) Pemrolehan bahasa kedua atau bahasa asing, fonologi Bahasa Indonesia, dan Media Pembelajaran Jarak jauh untuk pembelajaran Bahasa kedua atau Bahasa Asing.
Dalam makalah ini, para penulis menemukan terdapat sebuah system pembelajaran jarak jauh yang lebih tepat dalam pembelajaran Fonologi ini karena menyangkut system produksi suara yang belum tentu bisa dipelajari secara mandiri atau bahkan melalui buku. Sehingga, media Virtual Conference/ Virtual Class merupakan hal yang sangat pantas dalam mempelajari Fonologi karena para orang asing bisa melihat cara bagaimana sebuah suara dalam kata Bahasa Indonesia diproduksi. Metode yang dilakukan bisa dalam bentuk Synchronous dan Aynchronous, seperti VoIP, chatting, video streaming, dan program- program penunjang pelafalan. 

Kata Kunci: Pembelajaran, Pelafalan Bahasa Indonesia, Bahasa Kedua, Distance Learning










A.    Pendahuluan
1.    Latar Belakang
Belajar bahasa adalah belajar tentang skill atau keahlian. Bahasa tidak untuk dipahami atau diingat saja seperti mempelajari matematika atau pelajaran praktis lainnya. Bahasa harus digunakan, diucapkan dan dituliskan dalam setiap hembusan nafas kita. Jika tidak digunakan, fungsi pembelajaran bahasa menjadi sia-sia karena bahasa itu sendiri adalah alat komunikasi.
Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin diminati oleh orang asing atau penutur asing. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak dibukanya lembaga-lembaga yang mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa asing baik di Indonesia maupun di luar negeri. Di Indonesia, 45 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta menyelenggarakan Program Darmasiswa. Program tersebut merupakan program pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing yang diselenggarakan oleh pemerintah RI, khususnya Biro Kerjasama Luar Negeri Departemen Pendidikan Nasional. Program Darmasiswa berjalan sejak tahun 2005 dengan peserta dari 110 negara dari lima benua (Asia, Amerika, Australia, Eropa, dan Afrika).
Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) ini dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai kepentingan, baik pengajaran maupun komunikasi praktis. Selain itu, pembelajaran suatu bahasa sebagai bahasa asing, termasuk di dalamnya bahasa Indonesia, bertujuan memberikan penguasaan bahasa secara lisan dan tulisan kepada para pembelajar (penutur asing). Dengan demikian, para penutur asing yang menjadi pembelajar bahasa Indonesia diharapkan mampu mempergunakan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan dengan lancar dan sekaligus dapat mengerti bahasa yang dipergunakan penutur aslinya.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing tidak serta-merta dapat tercapai karena dalam proses pembelajaran banyak dijumpai kendala atau permasalahan. Salah satu permasalahan itu adalah kesalahan dalam cakupan linguistik khususnya bidang fonologi. Secara umum fonologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang bunyi bahasa, maka pembahasan mengenai pengucapan atau pelafalan bunyi termasuk ke dalam bidang fonologi. Kesalahan yang terjadi dalam bidang fonologi tersebut jika tidak segera diatasi akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran bahasa tersebut secara utuh.
Perlu dicatat bahwa pelafalan kata bahasa Indonesia pada setiap vokal yang digunakan belum tentu sama pada setiap kata. Jadi kita tidak bisa menyamaratakan bunyi dari vokal yang kita temukan di kata tersebut. Contoh:
•    Bunyi /e/ pelafalannya berbeda. Jika salah melafalkan, akan berbeda maknanya. pada kata /teras/ yang artinya halaman rumah dan /teras/ yang artinya pejabat. /kepala/ berbeda pelafalannya bila diucapkan oleh orang Jawa dan orang Medan.
•    Bunyi /k/ di akhir kata ada yang dibunyikan dan ada yang tidak dibunyikan. Misalnya pada kata /sendok/, /kodok/ dan /tidak/, /bapak/.
Contoh-contoh di atas hanyalah sebagian kecil kesalahan dalam pelafalan yang ditemukan. Masih banyak sederet kata lain yang salah dalam pengucapannya. Keadaan seperti ini sangat memprihatinkan, apalagi jika kesalahan ini sudah berawal dari pengajaran bahasa Indonesia tingkat dasar/pemula, yang notabene akan lebih mudah terpatri di dalam pikiran mereka saat itu. Akan sulit pula diperbaiki karena di alam bawah sadar mereka, pelafalan pertama-lah yang akan tersimpan dengan rapi.
Lebih spesifik lagi bahwa pembelajar BIPA berbeda dengan siswa Indonesia yang belajar bahasa Indonesia. Para pembelajar BIPA berasal dari berbagai penjuru dunia yang memiliki latar belakang bahasa pertama (B1) berbeda-beda. Selain itu, beberapa negara memiliki aksara yang berbeda dengan bahasa Indonesia, yakni aksara latin. Apalagi setiap siswa BIPA memiliki tujuan yang berbeda dalam belajar bahasa Indonesia. Perbedaan itu muncul karena usia pembelajar pun dalam satu kelas tidak sama. Seorang pengajar BIPA pun harus mengetahui apa tujuan mereka belajar bahasa Indonesia (need analysis). Pembelajar BIPA memiliki tingkatan/jenjang. Mulai dari pemula (beginner), menengah (intermediate), dan mahir (advance). Penyebutan jenjang tersebut bisa berbeda antarlembaga, namun intinya sama.
Tahap pemula adalah mereka yang sama sekali belum mengetahui bahasa Indonesia atau BI-nya adalah nol. Berarti mereka yang aksara B1-nya bukan latin, seperti pembelajar yang berasal dari Jepang, Cina, Korea, atau India. Sedangkan jenjang selanjutnya adalah yang mulai bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan yang terakhir mampu menganalisis atau menulis dengan baik dan benar dalam bahasa Indonesia.
Adanya media internet dapat dimanfaatkan untuk mempermudah pembelajaran BIPA terutama bagi mereka/pembelajar yang sibuk (ekspatriat). Lembaga bisa mengembangkan adanya pembelajaran jarak jauh (distance learning). Pembelajaran BIPA dengan menggunakan metode distance learning dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Untuk itu saat pembelajaran diperlukan perangkat audio visual yang mendukung. Pembelajaran pun ditujukan untuk kelas pemula hingga kelas mahir.
Untuk kelas pemula yang pertama kali harus dilakukan adalah pengenalan aksara dan cara pelafalannya (aspek fonologi) terutama bagi pembelajar yang berasal dari negara yang memiliki aksara yang berbeda dengan aksara bahasa Indonesia.
Berdasarkan pemikiran tersebut kami pun bermaksud mengembangkan pembelajaran BIPA untuk tahap pemula dengan menggunakan distance learning. Materi pembelajaran difokuskan pada pengenalan aksara dan cara pelafalannnya. Selain itu akan disertakan media audio visual yang mendukung pembelajaran jarak jauh bidang BIPA ini.

2.    Analisis Masalah
a.    Kegunaan Teoritis
Dalam keuntungan teoritis, makalah tentang pembelajaran fonologi Bahasa Indonesia pada Penutur Asing dimana terdapat banyak perbedaan karakteristik bunyi penutur asing dengan pelafalan Bahasa Indonesia. Dan sangatlah sulit bagi para penutur asing untuk menirukan pemroduksian suara pelafalan kata Bahasa Indonesia secara tidak langsung. Bahkan secara langsungpun, para penutur asing tersebut harus menirukan secara perlahan. Sehingga, pembahasan ini akan memberikan kontribusi kepada “cross culture understanding” di samping pada pembahasan fonologi atau pelafalan. Selain itu, pembahasan ini juga akan menghubungkan teori pembelajaran kepada bidang “Teknologi Informasi komunikasi” dimana pembelajaran pelafalan ini menggunakan media Multimedia pada sistem pembelajaran “Distance Learning”.
b.    Kegunaan Aplikasi
Dalam aplikasinya, seorang guru pembelajaran jarak jauh haruslah betul- betul memvisualisasikan cara pemroduksi suara (fonologi) dalam bahasa Indonesia dalam multimedia yang digunakan dalam Distance Learning. Selain itu, sebagai guru Bahasa Indonesia pada pelafalan, harus juga menguasai teknologi informasi seperti internet dan metode-metode pentransferan data baik secara synchronous ataupun asynchronous.

3.    Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan makalah ini, terdapat tiga pembahasan, yaitu:
a.    Pemerolehan Bahasa Kedua atau Bahasa Asing.
b.    Fonologi Bahasa Indonesia yang diucapkan oleh Penutur Asing.
c.    Media Pembelajaran Jarak Jauh untuk Pemerolehan Fonologi Bahasa Kedua atau Bahasa Asing.

4.    Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran pelafalan kata bahasa Indonesia bagi penutur asing.

5.    Kajian Teori
a.    Fonologi (Pelafalan)
Di dalam ilmu linguistik, terdapat beberapa cabang yang sangat penting untuk dipelajari, seperti sintaksis, morfologi, fonologi, dan lain sebagainya. Akan tetapi, yang paling berkaitan dengan bahasa ialah bunyi yang dikeluarkan sehingga melambangkan sesuatu (Kridalaksana, 1983). Jadi, secara tidak langsung bunyi merupakan sebuah fondasi dari bahasa itu sendiri. Ilmu linguistik yang berhubungan dengan bunyi, produksi bunyi, instrument bunyi, dan lain sebagainya ialah “fonologi”. Kadang bunyi yang dikeluarkan pun dengan kata yang sama tapi dikeluarkan dengan nada tinggi rendah yang berbeda bisa mempengaruhi arti dari suara. Fonologi berbeda dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa. Terdiri dari, huruf vokal, konsonan, diftong (vokal yang ditulis rangkap), dan kluster (konsonan yang ditulis rangkap). Fonologi terbadi dari dua bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik (Chaer, 2007).
Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti (Chaer, 2007: 103).
Istilah lain yang berkaitan dengan Fonologi antara lain fona, fonem, konsonan, dan vokal. Fona adalah bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf. Unluk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu : 1) udara, 2) artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan 3) titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator. Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan, dalam hal ini yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator (Chaer, 2007).

b.    Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia meruapakan bahasa resmi Indonesia. Bahasa ini distandarisasi dari Bahasa Riau dengan dialek Melayu, sebuah bahasa Autronesia (Malayo Polinesian) yang digunakan selama berabad- abad di berbagai pulau yang ada di Indonesia. Indonesia merupakan Negara dengan populasi terbesar ke empat di dunia. Dari populasi tersebut, yang memakai Bahasa Indonesia secara lancar mendekati 100% memakai Bahasa Indonesia dan Melayu, salah satu bahasa yang dipakai terbanyak di dunia (Snedden, 2004:12)
Kebanyakan orang Indonesia, disamping memakai Bahasa Indonesia, juga memakai bahasa daerah (contohnya, termasuk bahasa Jawa, Bahasa Minangkabau, dan Bahasa sunda) yang secara umum digunakan di rumah dan komunitas lokal. Kebanyakan pendidikan formal, dan juga media formal lainnya, memakai Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Di Timor Timur, yang dulu masih bagian Indonesia semenjak tahun 1975 sampai dengan 1999, Bahasa Indonesia merupakan saah satu bahasa bekerja, selain Bahasa Inggris, Bahasa Tetum, dan juga Bahasa Portugis (Snedden, 2004).
Nama Bahasa Indonesia seharusnya dalam Bahasa Inggris disebut sebagai “Language of Indonesia”, akan tetapi terdapat kesalahan pengertian di dunia internasional. Dunia Internasional lebih mengenal Bahasa Indonesia sebagai “Bahasa” dibandingkan “Language of Indonesia” atau “Bahasa Indonesia.”
Bahasa Indonesia sendiri mulai dipakai sebagai Bahasa Resmi di dalam Proklamasi Kemerdekan Indonesia tahun 1945 sebagai inspirasi dari Sumpah Pemuda tahun 1928. Akan tetapi, Bahasa Indonesia berbeda dengan Bahasa Malaysia. Perbedaannya ialah sumbangsih Bahasa Belanda. Bahasa Indonesia juga dipengaruhi oleh “Melayu Besar” (Quinn, 2009).

c.    Bahasa Kedua
Istilah bilingualisme (inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut juga kedwibahasawan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolinguistik secara umum, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian (Mackey 1962:12, Fishman 1975:73). Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat BI), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduannya (disingkat B2).
Orang yang dapat menggunakan kedua bahasa itu disebut orang yang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan). Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia juga disebut juga kedwibahasawan). Selain istilah bilingualisme dengan segala penjabarannya ada juga istilah multilingualisme (dalam bahasa Indonesia disebut juga keanekabahasawan) yakni keadaan digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Mackey (1956:155) mengatakan kedwibahasawan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa. Merumuskan kedwibahasawan sebagai kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih oleh seseorang (the alternative use of two or more languages by the same individual). Perluasan pendapat ini dikemukakan dengan adanya tingkatan kedwibahasawan dilihat dari segi penguasaan unsur gramatikal, leksikal, semantik, dan gaya yang tercermin dalam empat ketrampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Haugen (1968:10) berpendapat kedwibahasawan adalah tahu dua bahasa. Jika diuraikan secara lebuh umum maka pengertian kedwibahasawan adalah pemakaian dua bahasa secara bergantian baik secara produktif maupun reseptif oleh seorang individu atau oleh masyarakat. Kedwibahasawan dengan tahu dua bahasa (knowledge of two languages), cukup mengetahui dua bahasa secara pasif atau understanding without speaking. Bloomfield (1958:56) menjelaskan bahwa kedwibahasawan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur. Merumuskan kedwibahasawan sebagai penguasaan yang sama baiknya atas dua bahasa atau native like control of two languages. Penguasaan dua bahasa dengan kelancaran dan ketepatan yang sama seperti penutur asli sangatlah sulit diukur.

d.    Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh mengacu pada instruksional dimana guru dan siswanya terpisah secara geografis. Metode ini digunakan untuk pembelajaran jarak jauh yang sudah terjadi seama dua abad, dimnulai dengan penggunaan pembelajaran pelayanan pos (korespondensi). Sebagai teknologi baru seperti radio, teevisi, kabel, dan penyiaran satelit mulai menjadi model transmisi untuk pembelajaran jarak jauh. Sekarang, banyak sekali model pemelajaran jarak jauh menggunakan internet, membuat pelajaran ebih tersedia secara virtual pada lokasi yang tersambung internet (Driscoll, 2003).
Pada interaksi Pembelajaran jarak jauh yang online, interaksi antara guru dan siswa mendapat tempat yang asynchronous; yaitu tidak terdapat ruang. Seorang guru bisa memposkan sebuah pertanyaan yang akan didiskusiskan pada Senin pagi, contohnya, siswa dapat merespon pertanyaan tersebut kapan saja. Pada beberapa pelajaran, siswa diminta merespon dalam sebuah waktu yang spesifik, jadi mereka dapat memfokuskan satu topik pada waktu yang sama (Driscoll, 2003). 
Karena pembelajaran jarak jauh secara online dapat mengambil waktu kapan saja dan dimana saja, Pembelajaran jarak jauh memberikan sejumlah kelebihan untuk siswa dan guru. Siswa dapat mengambil pelajaran pelajaran khusus yang tidak terdapat pada tempatnya sendiri (Driscoll, 2003).

B.    Pemecahan Masalah
1.    Pemerolehan Bahasa Kedua atau Bahasa Asing
Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang, berbeda berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua. Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi. Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa.
Pemerolehan dan pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu pemerolehan:
1.    memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal.
2.    secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar dan disengaja.
3.    bahasa kedua seperti memungut bahasa kedua, sedangkan pembelajaran mengetahui bahasa kedua.
4.    mendapat pengetahuan secara implisit, sedangkan pembelajaran mendapat pengetahuan secara eksplisit.
5.    pemerolehan tidak membantu kemampuan anak, sedangkan pembelajaran menolong sekali.
Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya. Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan, guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri.
Dua istilah tersebut yang mungkin sering kita dengar tapi tidak bisa kita bedakan dengan baik, yakni antara bahasa asing (foreign language), dan bahasa kedua (second language). Foreign language adalah bahasa yang tidak digunakan di negara seorang pelajar bahasa, sementara second language adalah bahasa lain selain bahasa aslinya yang dikuasai atau dipelajari oleh seseorang. Jadi dalam pengertian sederhana, sebuah bahasa asing bisa menjadi bahasa kedua bagi seseorang. Bahasa kedua tidak selalu bahasa yang dipelajari di urutan kedua; bisa saja bahasa itu adalah bahasa yang dipelajari atau dikuasai di urutan tiga, empat dan seterusnya. Alasan seseorang belajar bahasa kedua/bahasa asing disebabkan oleh:
(1) Propensity adalah kebutuhan atau desakan untuk mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua. Desakan atau urgensi ini muncul karena kebutuhan integrasi sosial (ingin gaul, ingin bisa bergabung dengan komunitas-komunitas tertentu); kebutuhan berkomunikasi (ingin bisa menyatakan sesuatu dengan kata, susunan dan pelafalan yang tepat, ingin bisa menulis surat bisnis, ingin bisa menulis laporan, ingin bisa berpidato dalam bahasa asing, dan sejenisnya); sikap terhadap bahasa termaksud (suka menggunakan bahasa asing termaksud dalam ucapan atau tulisan) dan latar belakang pendidikan (makin tinggi tingkat pendidikan, makin tinggi pula keinginan dan desakan untuk belajar bahasa asing).
(2) Language faculty, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan alamiah seseorang untuk belajar bahasa asing baik sebagai penutur atau sebagai pendengar. Language faculty juga menyangkut aspek kemampuan seseorang dari segi language processor yang dimilikinya (kemampuan otak, sistem motorik, dan ketrampilan mengolah persepsi, dalam hal menghasilkan dan memahati materi linguistik tertentu), dan tersedianya pengetahuan dasar yang secara sadar ia pelajari dari orang lain, buku atau dari sumber-sumber lain. Dengan kata lain, language faculty menyangkut aspek biologis prosesor bahasa dan pengetahuan yang tersedia dalam benaknya.
(3) Access to the language (akses terhadap bahasa termaksud), menyangkut banyaknya input yang diterima oleh seseorang, dan kesempatan untuk berkomunikasi. Tanpa unsur ’akses’ ini, prosesor bahasa seperti yang dimaksud di atas tidak berfungsi. Input artinya informasi yang diterima berbareng dengan input  linguistik yang sempit. Sebagai contohnya: Bayangkan jika seseorang terkunci di sebuah ruangan selama seminggu bersama dengan dua orang yang berbahasa Spanyol. Semula orang tersebut tidak paham apa yang dibicarakan dua orang tersebut. Lama-mana diapun mulai paham berdasarkan respon masing-masing orang itu. Inilah yang disebut input sempit. Adapun input yang lebih luas adalah menyangkut pemahaman akan elemen-elemen pembelajaran seperti pemahaman fonologi, morfologi, sintaks, kosakata dan sejenisnya. Peluang komunikasi juga punya peran penting dalam meningkatkan akses terhadap bahasa. Makin sering seseorang berbicara dengan penutur asli, makin banyak input yang orang tersebut peroleh dan makin besar peluang orang tersebut menggunakan semua input yang dimiliki.

2.    Fonologi Bahasa Indonesia yang diucapkan oleh Penutur Asing
Di dalam mempelajari bahasa Indonesia, terdapat banyak hambatan, yang sama dialami oleh orang Indonesia dalam mempelajari Bahasa Asing. Dalam Bahasa Eropa, termasuk Bahasa Ingris, terdapat beberapa karakteristik fonem, seperti klaster (r) lemah, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam Bahasa lain, juga terdapat karakteristik Bahasa yang juga berbeda, seperti Jepang yang tidak bisa melafalkan ”l” dan pola penyebutan katanya kebanyakan ”konsonan- vokal- konsonan- vokal” sehingga ketika menemukan klaster Bahasa Indonesia, klaster tersebut akan diisi dengan huruf vokal, seperti kata ”rizki” yang akan dilafalkan menjadi ”rizuki” dan lain sebagainya.
Dalam Pembahasan ini, akan dibahasa beberapa bentuk fonologi kata- kata Bahasa Indonesia yang harus didemonstrasikan oleh guru-guru Bahasa Indonesia dalam Distance Learning. Dan sebelum didemonstrasikan terdapat pelatihan bagaimana mengucapkan bunyi bunyi tersebut seperti terlihat pada gambar di bawah ini:






Dalam bentuk fonologi konsonan Bahasa Indonesia, bisa dilihat dalam tabel berikut ini:
     Labial         Alveolar         Palatal         Velar         Glottal
Stop    p    b    T    d    C    J              
Frikatif               S                              h
Liquid                    Lr                       
Nasal         m          n          η          η    
Glide                   y                    w    

Dalam tabel tersebut, hanya terdapat dua frikatif dalam Bahasa Indonesia. Dan sebnarnya juga terdapat konsonan seperti /f, v, θ, ð, x, z, dan Ɣ/ akan tetapi kesemuanya merupakan konsonan pinjaman (dari Negara lain) dimana tidak semua orang Indonesia dapat menyebutkannya.
Bentuk vokal Bahasa Indonesia dapat dilihat di bawah ini:
    Unrounded    Rounded
    Front    Central    Back
High    i         u
Mid    e     Ə    o
Low          A   

Pola dalam bahasa Indonesia kebanyak berpola Consonant- vocal- Consonant- Vocal atau sebaliknya. Jarang sekali terdapat klaster dalam Bahasa Indonesia kecuali η (ng) atau π (ny), walaupun ada, klaster tersebut merupakan bentuk peminjaman dari negara-negara lain, dan tetap saja sangat sulit mengucapkannya.

3.    Media Pembelajaran Jarak Jauh untuk Pemerolehan Fonologi Bahasa Kedua atau Bahasa Asing
Media yang secara harfiah berasal dari bahasa Latin dan secara gramatikal memiliki makna sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Sadiman, 2005: 6). Association of Education and Communication Technology (AECT) memberikan definisi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi (Richey: 1994). Sementara menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) media merupakan bentuk-bentuk komunikasi, baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknnya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca (Sadiman 2005: 7). Dalam dunia pendidikan media diartikan sebagai suatu komponen atau alat fisik yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media dalam pembelajaran BIPA disiapkan agar dapat mempermudah pengajar untuk mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing. Penutur asing pun dapat dengan mudah memahami materi yang dipelajari.
Dalam kegiatan pembelajaran yang ditujukan bagi penutur asing, media lebih banyak bertindak sebagai bahan ajar. Media yang disiapkan dalam setiap pembelajaran dapat mempertinggi hasil belajar yang akan dicapai karena informasi yang disampaikan kepada penutur asing akan lebih mudah dicerna. Hal ini sesuai dengan fungsi dan manfaat media itu sendiri.
Media pembelajaran berkembang dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan teknologi. Beberapa ahli menggolongkan macam-macam media pembelajaran. Menurut Heinich (1996) menjabarkan media pembelajaran dalam bukunya meliputi: nonprojected media, projected media, audiomedia, motionmedia, computer mediated instruction, computer, based multimedia and hypermedia, media radio and television. Nonprojected media berupa photographs, diagrams, displays, dan models. Projected media terdiri dari slides, filmstrips, overhead transparencies, dan computer projection. Audiomedia berupa cassettes dan compact discs, sedangkan motionmedia berupa video dan film.
Azhar Arsyad (2007: 29) mengelompokkan media pembelajaran menjadi empat kelompok, yaitu media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio visual, media hasil teknologi komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Sementara Seels & Glasgow (1990 : 181-183) membagi media berdasarkan perkembangan terknologi, yaitu media dengan teknologi tradisional dan media dengan teknologi mutakhir. Media dengan teknologi tradisional meliputi : (a) visual diam yang diproyeksikan berupa proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, filmstrips; (b) visual yang tidak diproyeksikan berupa gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pameran, papan info; (c) audio terdiri dari rekaman piringan dan pita kaset; (d) penyajian multimedia dibedakan menjadi slide plus suara dan multi-image; (e) visual dinamis yang diproyeksikan berupa film, televisi, video; (f) media cetak seperti buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, berkala, dan hand-out; (g) permainan diantaranya teka-teki, simulasi, permainan papan; (h) realita dapat berupa model, specimen (contoh), manipulatif (peta, miniatur, boneka).
Adapun media dengan teknologi mutakhir dibedakan menjadi: (a) media berbasis telekomunikasi diantaranya adalah teleconference dan distance learning; (b) media berbasis mikroprosesor terdiri dari CAI (Computer Assisted Instruction, Games, Hypermedia), CD (Compact Disc), dan Web Pembelajaran (Web Based Learning). Pembelajaran yang menggunakan media mutakhir ini dapat membantu memperkenalkan bahasa Indonesia ke dunia luar. Melalui internet, pengguna dan pemerhati bahasa Indonesia dapat melewati batas geografis dan waktu. Pembelajaran bahasa Indonesia dapat diakses oleh peminat bahasa tersebut di seluruh dunia. Hal ini dapat terjadi karena internet merupakan satu jaringan antarbangsa yang menghubungkan lebih dari 50.000 jaringan di lebih dari 150 negara.
Teori pembelajaran jarak jauh (distance learning) ini merupakan sebuah alternatif dalam mempelajari bahasa karena banyaknya keterbatasan, misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan biaya, dan lain sebagainya. Dalam masa teknologi canggih seperti sekarang ini, semua yang sangat tidak mungkin isa menjadi mungkin dengan adanya teknologi canggih, yaitu dunia virtual atau dunia maya (Virtual sendiri berarti ”it looks like real but unreal”). Sehingga, salah satu alternatif pembelajaran jarak jauh bisa di tempuh dengan adanya ”e- learning” atau ”electronic learning”, yaitu pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan media elektronik, yaitu komputer.
Pembelajaran ini seperti pembelajaran seperti umumnya, akan tetapi orang- orang yang berdiskusi di situ tidak secara langsung bertatap muka, tapi bertatap muka dengan media komputer. Skenario teknologi untuk e- learning bisa terlihar pada gambar 1. Yang berarti semua partisipan dalam prosesnya terhubung dengan internet dan mereka dapat berkomunikasi satu sama lain melalui internet (Miroslav, 2007). Partisipan dalam proses pembelajaran jarak jauh yaitu:










Gambar 1: Skenario e- learning

Keterangan:
•    Guru, yang berperan menyiapkan materi pengajaran, mengikuti aktifitas siswa pada semester tersebut dan memberikan dukungan dan menilai siswa. Guru dapat memperlihatkan kegiatannya pada tempat yang terlihat cukup bagus dan nyaman.
•    Administrator sistem pembelajaran jarak jauh, bertugas untuk memproses dan mempublikasikan materi pengajaran,  menangani pengguna, dan memelihara sistem.
•    Siswa, yang bertugas belajar menggunakan materi pengajaran dan tutorial on- line dalam lingkup yang lambat atau cepat. Di tambah lagi, siswa harus melengkapi tugasnya, tes kemampuan, dan tes akhir. Siswa tradisional dan siswa e- learning dapat menggunakan sistem e-learning.

Materi pengajaran yang dipersiapkan oleh guru berisikan teks- teks pembelajaran, gambar,rekaman suara, rekaman video, daftar lokasi web eksternal, kuis, tes dan tugas tugas UAS. Semua komponen ini berfungsi sebagai input dalam sistem produksi. Yang bertugas untuk memproduksi materi pengajaran dalam bentuk yang sesuai untuk dipublikasikan pada sistem pengajaran jarak jauh. Perwakilan skematis terlihat pada Gambar 2. Materi pengajaran yang sudah lengkap disimpan pada database dan tersedia untuk smua pengguna yang berotoritas (siswa, guru, dan administrator) seperti berikut ini:










GAMBAR 2 SISTEM PRODUKSI



Selama produksi materi pengajaran, seharusnya secara konstan tersimpan di pikiran yang harus didesain secara pas untuk pembelajaran jarak jauh dimana siswa merasa seperti di kelas yang sesungguhnya.Hasil utama produksi ialah rekaman audio/ video untuk mata pelajaran berdasarkan permintaan siswa. Tidak seperti siswa pada pendidikan tradisional, siswa pembelajaran jarak jauh mempunyai pilihan apakah harus maju ke depan atau balik kembali ke belakang melalui mata pelajaran dan juga dapat mengulang- ulangnya sebanyak mungkin sampai mengerti materi yang diajarkan (Miroslav, 2007).
Komunikasi antara guru dan siswa juga dilakukan melalui internet. Dan juga mempunyai metode sinkronus (synchronous) dan asinkronus (asynchronous). Synchronous termasuk chat, VoIP (Voice over Internet Protocol), dan juga video conferensi. Sedangkan pada metode asynchronous, hanyalah email dan forum yang digunakan. Produksi dari rekaman audio/ video yang sama dapat dilakukan dalam kualitas yang beragam, koresponsi pada kecepatan transmisi yang juga beragam. Walaupun sangat mungkin bekerja dalam bandwith yang rendah, bandwith yang direkomendasikan ialah 64 kb/s. Secara teknis bisa diterima jika semua pengguna mempunyai ISDN (Integrated Sevices Digital Network), bahkan kalau perlu juga mempunyai ASDL (Asymmetric digital subscriber line) yang dihubungkan pada ISP (Internet Service Provider) (Miroslav, 2007).
Pelajaran Pelafalan Bahasa Indonesia merupakan salah satu elemen pembelajaran Bahasa Indonesia karena sangatlah sulit bagi penutur asing untuk menyebutkan pelafalan Bahasa Indonesia. Hal ini tidak bisa dilakukan hanya dengan membaca buku pelafalan Bahasa Indonesia, dan juga tidak bisa juga mengikuti berdasarkan film- film yang berbahasa Indonesia karena kebanyakan film yang berbahasa Indonesia akan menampilkan kalimat- kalimat yang sangat cepat, sama seperti kita mendengarkan Bahasa Inggris yang ada di televisi.
Tugas yang sama yang harus dilakukan sehingga tidak terdapat perbedaan antara siswa tradisional dengan siswa pembelajaran jarak jauh, yaitu:
•    Mengkoordinasikan dua media belajar mengajar (yang tradisional), di kelas, dan di e- learning)
•    Memberikan pilihan dan tugas yang sama untuk keduanya, memperhatikan siswa e- learning tidak mendapatkan aktifitas komunikasi yang biasa).

C.    Kesimpulan
Studi Fonologi oleh BIPA mampu brjalan dengan sistem distence learning. Sebab, sistem pembelajaran ini tidak jauh berbeda, suasana belajar yang sebenarnya (pembelajaran konvensional) dapat dihadirkan. Fasilitas seperti forum diskusi, chat, e-mail, alat bantu evaluasi pemelajaran, manajemen pengguna, serta manajemen materi digital ada tersedia. Sehingga pengguna mampu belajar dalam lingkungan belajar yang hampir serupa dengan suasana sebagaimana pemelajaran konvensional. Sisi yang lain, sistem ini dapat digunakan untuk membantu proses transformasi paradigma pemelajaran dari teacher-centered menuju student-centered.
Sistem tersebut dapat membantu orang-orang untuk mengenyam pendidikan (belajar) tanpa terhalang kendala geografis.Teknologi Internet telah membuat hampir segalanya menjadi mungkin. Siswa menjadi dapat belajar tak hanya kapan saja, tetapi sekaligus dimana saja.
Metode distance learning pada studi fonologi untuk BIPA ialah suatu metode alternatif yang dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat keterbatasan tenaga pengajar yang berkualitas di bidang tersebut. Dalam pengaksesan dan pemanfaatan metode ini, peran internetlah yang paling penting. Dengan adanya teknologi informasi (internet,dll) segala macam ilmu pengetahuan dan informasi dapat diterima dan didapatkan dengan mudah dan cepat. Dalam kehidupan kita dimasa mendatang,diramalkan sektor teknologi informasi dan komunikasi bisa menjadi sektor yang paling dominan.


DAFTAR PUSTAKA

Belajar Bahasa Indonesia On Line. http://belajar    berbahasa.wordpress.com/2007/07/05/fonologi/. Diakses tanggal 01 Februari 2012, pukul 17:40.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. PT. Gramedia Pustaka  Utama, 2009.

Suyanto. Kendala Linguistis Penutur Asing dalam Belajar Bahasa Indonesia.    http://staff.undip.ac.id/sastra/suyanto/2009/10/28/kendala-linguistis-penutur asing    dalam-belajar-bahasa-indonesia/ . Diakses pada tanggal 01 Februari 2012,  pukul 17:25.

Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. http://www.scribd.com/doc/53181124/MEDIA-PEMBELAJARAN-BAHASA-INDONESIA. Diakses pada tanggal 02 Februari 2012, pukul 06:39.

Trajanovic, Miroslav, et al. 2007. Distance Learning and Foreign Language Teaching. Faculty of Information Technology, Serbia.

Pemerolehan bahasa pertama dan kedua, http://rumahterjemah.com/lainnya/pemerolehan-bahasa-pertama-dan-bahasa-kedua-suatu-pandangan-dalam-bahasa. Diakses pada tanggal 03 Februari 2012, pukul 11:30.

Tidak ada komentar: