Halaman

Sabtu, 07 April 2012

DEIKSIS (1)

A. Pengertian Deiksis
Deiksis adalah kata atau frasa yang menghunjuk kepada kata, frasa, atau ungkapan yang telah dipakai atau yang akan diberikan (Agustina, 1995:40). Purwo (1984:1) menjelaskan bahwa sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi sipembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu.
Pengertian deiksis yang lain dikemukakan oleh Lyons (1977:637) dalam Djajasudarma (2010:51) yang menjelaskan bahwa deiksis adalah lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa deiksis adalah kata, frasa, atau ungkapan yang rujukannya berpindah-pindah tergantung siapa yang menjadi pembicara dan waktu, dan tempat dituturkannya satuan bahasa tersebut.
Perhatikan contoh kalimat berikut.
  1. Begitulah isi sms yang dikirimkannya padaku dua hari yang lalu.
  2. Hari ini bayar, besok gratis.
  3. Jika Anda berkenan, di tempat ini Anda dapat menunggu saya dua jam lagi.
Dari contoh di atas, kata-kata yang dicetak miring dikategorikan sebagai dieksis. Pada kalimat (1) yang dimaksud dengan begitulah tidak bisa diketahui karena uraian berikutnya tidak dijelaskan. Pada kalimat (2) kapan yang dimaksud dengan hari ini dan besok juga tidak jelas, karena kalimat itu terpampang setiap hari di sebuah kafetaria. Pada kalimat (3) kata Anda tidak jelas rujukannya, apakah seorang wanita atau pria, begitu juga frasa di tempat ini lokasinya tidak jelas.
Semua kata dan frasa yang tidak jelas pada kalimat di atas dapat diketahui jika konteks untuk masing-masing kalimat tersebut disertakan. Dalam berpragmatik kalimat seperti di atas wajar hadir di tengah-tengah pembicaraan karena konteks pembicaraan sudah disepakati antara si pembicara dan lawan bicara.
B. Jenis-jenis Deiksis
Dalam kajian pragmatik, deiksis dapat dibagi menjadi jenis-jenis seperti diuraikan berikut ini.
1. Deiksis Orang
Deiksis orang adalah pemberian rujukan kepada orang atau pemeran serta dalam peristiwa berbahasa (Agustina, 1995:43). Djajasudarma (2010:51) mengistilahkan dengan deiksis pronomina orangan (persona), sedangkan Purwo (1984:21) menyebutkan dengan deiksis persona. Dalam kategori deiksis orang, yang menjadi kriteria adalah peran pemeran serta dalam peristiwa berbahasa tersebut (Nababan, 1987:41). Bahasa Indonesia mengenal pembagian kata ganti orang menjadi tiga yaitu, kata ganti orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga.
Dalam sistem ini, orang pertama ialah kategori rujukan pembicara kepada dirinya sendiri, seperti saya, aku, kami, dan kita. Orang kedua adalah kategori rujukan kepada seseorang (atau lebih) pendengar atau siapa yang dituju dalam pembicaraan, seperti kamu, engkau, anda, dan kalian. Orang ketiga adalah kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara dan bukan pula pendengar, seperti dia, ia, beliau, -nya, dan mereka. Contoh pemakaian deiksis orang dapat dilihat dalam kalimat-kalimat berikut.
  1. Mengapa hanya saya yang diberi tugas berat seperti ini?
  2. Saya melihat mereka di pasar kemarin.
Kata-kata yang dicetak miring seperti contoh-contoh tersebut di atas adalah contoh dari kata-kata yang digunakan sebagai penunjuk dalam dieksis orang. Contoh kata seperti itu dipakai dalam percakapan sebagai pengganti atau rujukan dari yang dimaksud dalam suatu peristiwa berbahasa.
2. Dieksis Tempat
Dieksis tempat adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu (Agustina, 1995:45). Dalam berbahasa, orang akan membedakan antara di sini, di situ dan di sana. Hal ini dikarenakan di sini lokasinya dekat dengan si pembicara, di situ lokasinya tidak dekat pembicara, sedangkan di sana lokasinya tidak dekat dari si pembicara dan tidak pula dekat dari pendengar. Purwo (1984:37) mengistilahkan dengan deiksis ruang dan lebih banyak menggunakan kata penunjuk seperti dekat, jauh, tinggi, pendek, kanan, kiri, dan di depan. Sedangkan Djajasudarma (2010:65) mengistilahkannya dengan dieksis penunjuk.
Contoh penggunaan dieksis tempat dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut.
  1. Tempat itu terlalu jauh baginya, meskipun bagimu tidak.
  2. Duduklah bersamaku di sini.
Kata-kata yang dicetak miring seperti contoh-contoh tersebut di atas adalah contoh dari kata-kata yang digunakan sebagai penunjuk dalam deiksis tempat.
3. Deiksis Waktu
Deiksis waktu adalah pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat (Agustina, 1995:46). Contoh deiksis waktu adalah kemarin, lusa, besok, bulan ini, minggu ini, atau pada suatu hari.
Kalimat-kalimat berikut adalah contoh pemakaian dari kata penunjuk deiksis waktu.
  1. Dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri, yang bernama Fitri dapat makan gratis besok. (tulisan di sebuah restoran)
  2. Gaji bulan ini tidak seberapa yang diterimanya.
  3. Saya tidak dapat menolong Anda sekarang ini.
4. Deiksis Wacana
Deiksis wacana adalah rujukan kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan atau yang sedang dikembangkan (Agustina, 1995:47). Deiksis wacana ditunjukkan oleh anafora dan katafora. Sebuah rujukan dikatakan bersifat anafora apabila perujukan atau penggantinya merujuk kepada hal yang sudah disebutkan. Senada dengan hal itu, Hasanuddin WS. (2009:70) menjelaskan bahwa anafora adalah hal atau fungsi yang menunjuk kembali kepada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam kalimat atau wacana.
Contoh kalimat yang bersifat anafora dapat dilihat dalam kalimat berikut.
  1. Wati belum mendapatkan pekerjaan, padahal dia sudah diwisuda dua tahun yang lalu.
  2. Joni baru saja membeli mobil BMW. Warnanya merah dan harganya jangan ditanya.
Sebuah rujukan atau referen dikatakan bersifat katafora jika rujukannya menunjuk kepada hal yang akan disebutkan (Agustina, 1995:42). Contoh kalimat yang bersifat katafora dapat dilihat dalam kalimat berikut.
  1. Di sini, digubuk tua ini mayat itu ditemukan.
  2. Setelah dia masuk, langsung Toni memeluk adiknya.
5. Deiksis Sosial
Deiksis sosial adalah mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik atau rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan itu (Agustina, 1995:50). Contoh deiksis sosial misalnya penggunaan kata mati, meninggal, wafat dan mangkat untuk menyatakan keadaan meninggal dunia. Masing-masing kata tersebut berbeda pemakaiannya. Begitu juga penggantian kata pelacur dengan tunasusila, kata gelandangan dengan tunawisma, yang kesemuanya dalam tata bahasa disebut eufemisme (pemakaian kata halus). Selain itu, deiksis sosial juga ditunjukkan oleh sistem honorifiks (sopan santun berbahasa). Misalnya penyebutan pronomina persona (kata ganti orang), seperti kau, kamu, dia, dan mereka, serta penggunaan sistem sapaan dan penggunaan gelar. Contoh pemakaian deiksis sosial adalah pada kalimat berikut.
  1. Apakah saya bisa menemui Bapak hari ini?
  2. Saya harap Pak Haji berkenan memenuhi undangan saya.
Selain pembagian lima deiksis di atas, dalam kajian pragmatik juga dibedakan antara deiksis sejati dengan deiksis tak sejati dan deiksis kinesik dengan deiksis simbolik (Agustina, 1995:51). Penjelasan deiksis tersebut akan dijelaskan berikut ini.
1. Deiksis Sejati dan Deiksis Tak Sejati
Deiksis sejati adalah arti dari kata atau frasa penunjuk yang seluruhnya dapat diterangkan dengan konsep deiksis. Dengan kata lain kata-kata yang dipakai sebagai penunjuk deiksis tidak mengandung makna lain selain dari makna deiksis itu sendiri. Kata-kata yang sering dijadikan sebagai deiksis sejati adalah kata-kata yang dipakai untuk perujuk atau penunjuk, misalnya ini, itu, di sini, di situ, saya, kita, kamu, dan engkau. Contoh pemakaian deiksis sejati dalam kalimat adalah seperti berikut.
  1. Jika kami berdiri, kamu harus duduk.
  2. Rumah ini kelihatannya memang sudah lapuk, tetapi semangat kami tidak akan pernah lapuk tinggal di sini.
Dalam deiksis tak sejati, makna kata atau frasa yang dipakai dalam deiksis hanya sebagian mengacu kepada deiksis, sedangkan sebagian lagi fungsinya adalah nondeiksis, seperti contoh berikut.
  1. Dia menjadi pusat perhatian di rumah kami.
Dalam kalimat di atas, kata dia dapat berarti seseorang dan dapat pula berarti binatang kesayangan.
2. Deiksis Kinesik dan Deiksis Simbolik
Dalam deiksis kinesik kata-kata yang digunakan hanya dapat dipahami jika disertai pengamatan gerakan badan yang disertai dengan pendengaran dan penglihatan atau rabaan. Contoh pemakaian deiksis kinesik seperti pada kalimat berikut.
  1. Yang ini boleh kau ambil, tetapi itu jangan.
  2. Bukan itu yang saya minta, melainkan itu.
Dalam deiksis simbolik, diperlukan pengetahuan tentang faktor tempat dan waktu dari peristiwa berbahasa itu untuk dapat memahami siapa dan apa yang dimaksud dalam kalimat itu. contoh pemakaian deiksis simbolik adalah sebagai berikut.
  1. Saya tidak dapat pulang ke kampung tahun ini.
Frasa tahun ini, tidak dapat dipahami hanya dengan pendengaran dan penglihatan atau perabaan saja, tetapi diperlukan pemahaman waktu ketika terjadi peristiwa berbahasa itu.
DAFTAR RUJUKAN
Agustina. 1995. Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Padang: IKIP Padang.
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djajasudarma, Fatimah. 2010. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama.
Hasanuddin WS, dkk. 2009. Ensiklopedi Kebahasaan Indonesia. Bandung: Angkasa.
Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik: Teori dan Penerapannya, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tidak ada komentar: