Halaman

Minggu, 22 April 2012

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENYIMAK


PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MENYIMAK
BAGI ANAK-ANAK USIA MUDA
DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INTERNET[1]

Oleh: Nandy Intan Kurnia[2]

 I. Pendahuluan

Bahasa Inggris di Negara Indonesia dapat dikategorikan sebagai bahasa asing, dan biasanya dipelajari sebagai sarana komunikasi dengan orang asing yang menggunakannya, ataupun agar dapat menikmati produk-produk cetak yang disajikan dalam bahasa tersebut (Richards, 1985:108).
Bahasa Inggris diajarkan secara formal di tingkat Sekolah Dasar (SD), SMP, SMU dan bahkan beberapa TKpun mengadopsinya sebagai mata ajar yang diberikan pada siswa-siswinya. Pengenalan Bahasa Inggris sejak dini sejalan dengan teori pemerolehan bahasa pertama (First Language Acquisition) yang menyebutkan bahwa proses pemahaman bahasa lisan di lingkungan sekeliling anak terjadi lebih dahulu sebelum anak dapat menghasilkan bahasa tersebut (Steinberg, 1993). Paul, pada bukunya yang berjudul Teaching English to Children in Asia, juga menambahkan bahwa semakin banyak seorang anak mendapatkan input bahasa lisan akan semakin cepat mereka terkondisikan untuk mendengar bahasa lisan menuju proses pemahaman (2003). Dengan demikian, kemampuan menyimak (listening skill), sebagai salah satu bentuk keahlian berbahasa Inggris, sudah selayaknya mendapatkan perhatian dalam mengajarkan bahasa asing, khususnya pada anak-anak usia muda (young learners).

 
II. Pembahasan
A. Kemampuan Menyimak
Pada awal perkembangannya, kemampuan menyimak pada pembelajaran bahasa asing dianggap tidaklah sepenting kemampuan yang lainnya. Bahkan sebagian besar orang menganggap bahwa memiliki kemampuan berbahasa asing berarti hanya perlu memiliki kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa tersebut. Akan tetapi pada tahun 1960an para ahli mulai melihat pentingnya kemampuan menyimak pada pengajaran bahasa asing. Teori mengenai pentingnya kemampuan menyimak semakin berkembang pada tahun 1980an, ketika Gillian Brown menunjukkan bahwa pengembangan kemampuan menyimak dan berbicara (oracy) sama pentingnya dengan kemampuan membaca dan menulis (literacy) [3].
Seperti halnya Gillian Brown, Rost juga menyatakan bahwa kemampuan menyimak berperan penting dalam proses pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua karena dapat memberikan input yang berarti bagi orang yang sedang mempelajari bahasa tersebut. Ia kemudian menekankan bahwa tanpa pemahaman akan input dalam tingkatan yang tepat maka proses pembelajaran tidak dapat terlaksana. Oleh karena itu ia meyakini bahwa kemampuan menyimak sama pentingnya dengan berbicara (Rost, 1994: 141-142).
Adapun tantangan yang harus dihadapi oleh pengajar kemampuan menyimak adalah bagaimana ia dapat memberikan kesempatan pada anak didiknya untuk mengkontrol isi materi yang akan dibahas di kelas (tentu dalam tingkatan-tingkatan tertentu) dan mempersonalisasi materi tersebut agar mereka dapat merasa terlibat dengan topik yang sedang dibahas, yang pada akhirnya dapat membuat kegiatan yang akan diadakan di kelas menjadi lebih bervariasi dan bermakna. Salah satu contohnya, sang pengajar dapat meminta siswa/siswinya untuk mendengarkan rekaman audio mengenai seseorang yang sedang membahas mengenai pekerjaannya, kemudian mereka diminta untuk membuat beberapa pertanyaan untuk mewawancarai rekan sekelasnya mengenai topik yang sama 3.
Ada lima (5) prinsip yang harus dipertimbangkan dalam proses peningkatkan kemampuan menyimak pada anak usia muda, yaitu:
a.       perbanyak pemberian materi visual, misalnya dengan ekspresi wajah, gerakan, mimik (pantomime) dan gambar-gambar.
b.      Setiap input bahasa lisan yang diberikan harus diucapkan dengan jelas, perlahan dan berulang.
c.       Jangka waktu konsentrasi anak usia muda biasanya terbatas, oleh karena itu hindarkan pemberian kegiatan yang terlalu banyak.
d.      Memastikan pemahaman siswa hendaknya dilakukan pada saat kegiatan menyimak berlangsung
e.       Kegiatan menyimak tidak semata siswa duduk diam dan konsentrasi mendengarkan bahasa lisan, akan tetapi bisa juga diiringi dengan gerakan (Scott & Ytreberg, 1990: 21-22).
Kegiatan menyimak itu sendiri memiliki beberapa tipe yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, adapun diantaranya adalah:
1.      Menyimak secara intensif, yang bertujuan agar peserta didik dapat mengetahui mengenai komponen-komponen dalam bahasa, meliputi pembahasan mengenai phonem, kata, intonasi, dan sebagainya.
2.      Menyimak yang bersifat responsif terhadap materi-materi pendek dalam bentuk pemberian salam, pertanyaan, perintah, dll. yang dimaksudkan agar peserta didik dapat memberikan respon pendek.
3.      Selektif. Pada tipe ini, kegiatan dititik beratkan pada kegiatan-kegiatan menyimak yang bertujuan agar peserta didik dapat melakukan scanning pada materi yang disampaikan dan mampu mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan dengan topik-topik tertentu, misalnya instruksi pengajar, berita dari siaran TV/radio, ataupun cerita. Pada saatnya nanti, peserta didik akan diminta untuk mendengarkan dan mencari informasi mengenai nama, angka, petunjuk arah ataupun peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan rekaman yang disajikan.
4.      Extensive Listening. Tipe kegiatan menyimak ini menyuguhkan materi yang lebih panjang daripada tipe lainnya, misalnya rekaman saat seorang pengajar sedang memberikan kuliah pada mahasiswa/inya dan percakapan yang melibatkan beberapa orang. Peserta didik diharapkan untuk dapat menangkap pemahaman secara global dari suguhan rekaman tersebut. Agar peserta didik dapat meraih pemahaman secara komprehensif, maka disarankan untuk menggunakan interactive skills, seperti mencatat informasi penting, membuat satu set pertanyaan dan terlibat dalam diskusi yang berkaitan dengan topik yang disampaikan (Brown, 2004:120).

B. Pemanfa’atan Teknologi Internet dalam Pembelajaran Bahasa Asing
Ketika teknologi mulai dimanfa’atkan di kelas-kelas bahasa, biasanya yang akan terlintas dibenak kita adalah penggunaan komputer. Hal ini tidak dapat kita pungkiri karena kita telah terbiasa dengan kehadiran komputer di kehidupan sehari-hari. Akan tetapi sebenarnya teknologi mencakup banyak hal. Teknologi yang biasanya dimanfa’atkan oleh pengajar dalam proses pembelajaran bahasa asing, diantaranya adalah:
a.       Rekaman audio yang dibuat secara komersil
b.      Rekaman Video, dalam bentuk: dokumentari mengenai topik-topik tertentu, film, berita, dan banyak lagi.
c.       Rekaman audio dan video yang diproduksi sendiri
d.      OHP.
Teknologi dalam bentuk lain yang saat ini sedang berkembang pesat adalah internet dan kemunculannya telah memberikan dampak pada semua aspek pendidikan dan merubah metode belajar-mengajar.
Menurut Paulsen, saat ini bukan lagi sebuah perdebatan apakah seorang pengajar harus membatasi ruang gerak teknologi dalam berkembang ataukah justru mengarahkan para muridnya untuk memanfaatkan kemutakhiran teknologi dalam proses pembelajaran (2001). Kemampuan jaringan internet untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih interaktif akan membantu pengajar dalam menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang lebih menarik pula (Li and Hart: 1996). Selain itu teknologi ini juga dapat meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar, mengekspos mereka pada pengunakan bahasa yang lebih otentik (authentic language) dan membawa mereka pada kesadaran mengenai Globalisasi (Meloni: 1998).

C. Materi dan Kegiatan dalam Pengembangan Kemampuan Menyimak bagi Anak-anak Usia Muda.

Materi yang digunakan dalam program pengembangan kemampuan menyimak bagi anak-anak haruslah memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran menyimak untuk anak-anak pada usia muda yang telah dibahas pada bagian awal tulisan ini. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas maka digunakanlah media internet sebagai sumber utama pengadaan materinya. Kegiatan yang dirancang menekankan pada kegiatan menyimak secara ekstensif. Peserta didik disuguhkan tayangan film kartun pendek(6 menit, 9 detik)  dari salah satu seri Charlie Brown (tokoh kartun anak-anak yang terkenal dari Amerika Serikat), berjudul Lucy Analyzes Charlie Brown yang diunduh dari <http://www/youtube.com/watch?v+h38srxvt6qE>. Pada saat penayangan berlangsung, peserta didik diminta untuk mencatat informasi-informasi yang mereka anggap penting secara individual, kemudian menyatukan informasi-informasi tersebut di dalam kelompok-kelompok kecil. Agar peserta didik dapat meraih pemahaman secara komprehensif, maka merekapun dilibatkan dalam diskusi berbahasa Inggris, tidak hanya diskusi mengenai film yang baru saja mereka saksikan, akan tetapi juga mengenai beberapa artikel terkait yang mereka unduh secara berkelompok dari komputer-komputer yang terkoneksi dengan jaringan internet.
Ada beberapa alasan dalam pemilihan film pendek ini, diantaranya karena diperankan oleh karakter anak-anak yang menggunakan Bahasa Inggris yang mudah dimengerti oleh peserta; kedua, karena diperankan oleh tokoh yang berusia (kurang-lebih) sama dengan peserta maka mereka akan lebih mudah merasa ‘dekat’ dengan cerita yang disampaikan dalam film tersebut; dan alasan ketiga adalah karena film ini memiliki muatan pelajaran moral yang kental (bahwa menolong sahabat yang sedang dalam kesulitan semampu kita adalah sebuah kewajiban) namun tidak terkesan menggurui karena disajikan dengan jenaka dan sangat khas anak-anak.

III. Kesimpulan
Kemampuan menyimak dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah salah satu keahlian yang harus mendapatkan perhatian khusus, dan seiring dengan bergulirnya waktu, pengajar harus dapat menciptakan atmosfir kondusif dan menciptakan inovasi-inovasi baru agar proses pengajarannya dapat berjalan secara lebih efektif dan efisien. Kegiatan menyimak dengan memanfa’atkan teknologi internet dapat menjadi masukan yang baik bagi proses belajar-mengajar di kelas-kelas bahasa Inggris karena dapat memperkaya materi dan proses pembelajaranpun dapat dilaksanakan tanpa terpaku pada keberadaan buku pegangan (textbook) semata.






































DAFTAR PUSTAKA


Brown, H. Douglas. 2004. Language Assessment: Principles and Classroom Practices. New York: Pearson Education.

Li, R.C. & Hart, R.S. 1996. What Can the World Wide Web Offer ESL Teachers? TESOL Journal, 5-10. Winter.

Meloni, C. 1998. The Internet in the classroom: A valuable tool and resource for ESL/EFL Teachers. ESL Magazine. <//www.eslmag.com/Article.htm> (19 July 2010)

Nunan, David in Richards, Jack C. Dan Willy A. Renandya’s Methodology in language Teaching: An Anthology of Current Practice. 2002. Cambridge: Cambridge University Press.

Paul, D. 2003. Teaching English to Children in Asia. Longman Group (Far East) Limited.

Paulsen B., Janice. 2001. New Era Trends and Technologies in Foreign Language Learning: An Annotated Bibliography. Interactive Multimedia Electronic Journal of Computer-Enhanced Learning. <http://imej.wfu.edu/articles/2001/1/05/index. asp.> (accessed on 19 July 2010).

Richards, J., Platt, J. & Weber, H. 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. London: Longman.

Rost, M. 1994. Learning to Listen. San Diego: Domine Press.

Steinberg, D.D. 1993. An Introduction to Psycholinguistics. England: Longman Group UK Limited.



[1] Disampaikan pada “Program Wisata Kampus sebagai Sarana Pembelajaran Bahasa Inggris Bagi Anak-anak dari Pusat Pengembangan Anak IO-776 Klaten (16 Mei 2010).
[2] Dosen Jurusan PBI FBS UNY
[3] Nunan, dalam artikelnya “Listening in Language Learning” yang terdapat pada buku Richards, Jack C. Dan Willy A. Renandya, Methodology in language Teaching: An Anthology of Current Practice, 2002: 238-239).

Tidak ada komentar: