Halaman

Tampilkan postingan dengan label PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 Januari 2012

PERTANYAAN SEPUTAR PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Kali ini saya akan menjawab beberapa pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi-diskusi mengenai psikologi pendidikan, yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran guru dilapangan. Bukannya mau menggurui, kebetulan pertanyaan ini di ampu oleh dosen saya ibu DR Unifah Rosyidi (thanks bu berkat ibu saya lebih merasa “lebih”).
Bagaimana seharusnya peran guru dalam mengawinkan (menjembatani) pendekatan pedagogic tradisional yang progresif (bersifat student center) dengan pendekatan pedagogic transformasional (bersifat cultural base) dalam proses pembelajaran yang menjadikan siswa bermakna bagi dirinya dan juga bagi lingkungannya.
jawab:
Kita tahu bahwa teori pendidikan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Setiap periode tertentu muncul gagasan baru mengenai konsep pendidikan. Gagasan-gagasan itu bisa saling mendukung tetapi juga ada yang saling bertentangan. Dalam perjalanannya, para ahli mengkotakkan berbagai teori pendidikan itu ke dalam dua kelompok besar, yaitu pedagogik tradisional dan pedagogik modern. Namun pada dasarnya semua teori tentang pendidikan bertujuan sama, yaitu ingin menciptakan pendidikan yang lebih meningkat, lebih bermutu, dan lebih memartabatkan manusia.Penggabungan dua pendagogik ini (pedagogic tradisional yang progresif dan pendekatan pedagogic transformasional) disebut pedagogic Transformatif.
Pedagogik transformatif muncul untuk menjawab pertanyaan masyarakat mengenai banyaknya asumsi tentang pendidikan. Di kalangan masyarakat menggema pertanyaan tentang pelaksanaan pendidikan anak-anak mereka, yaitu belajar yang baik itu di sekolah yang mana, guru yang baik itu guru yang bagaimana, memperlakukan anak di rumah itu harus bagaimana, dan seterusnya. Sebaliknya kalangan guru atau pendidik juga memendam beberapa pertanyaan yang tak kalah sulit menjawabnya, yaitu mengajar yang baik itu bagaimana, apakah saya merupakan guru yang baik, bagaimana memperlakukan anak yang tepat di sekolah, dan seterusnya.
Menurut Tilaar (2002: 310) pedagogik transformatif dilandasi oleh beberapa keyakinan berikut:
  1. Pendidikan merupakan usaha memanusiakan manusia.
  2. Peserta didik tidak terisolasi dari lingkungan sosialnya. Peserta didik adalah manusia sosial yang berinteraksi dengan manusia lain dan kebudayaan di sekitarnya.
  3. Peserta didik adalah subjek belajar yang memiliki karakteristik, gaya belajar, dan minat terhadap berbagai hal yang apabila digali potensinya dapat dimanfaatkan bagi keluhuran martabatnya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.
  4. Sebagai bagian dari masyarakat, peserta didik berhak mewujudkan kemampuannya untuk meraih martabat yang luhur dan berhak ikut berpartisipasi sebagai penggerak budaya atau perubahan bagi masyarakatnya.
Menurut saya sikap guru dalam melihat pedagogik tansformatif ini adalah :
Guru harus bersikap adaptif terhadap tantangan zaman
Ini disebabkan karena zaman akan selalu berubah, zaman seorang guru dulunya adalah sangat berbeda dengan zaman siswanya kini, maka seorang guru harus dapat mudah beradaptasi akan lingkungan dan perekembangan yang baru. Pada kasus belakangan ini internet ternyata banyak menjadi sorotan kenakalan siswa, maka guru juga harus “update” dengan teknologi ini. Bergesernya kasus tawuran pelajar dengan kenakalan dunia maya harus menjadi catatan penting bahwa zaman itu memang “bergerak”.
Mengubah gaya mengajar
Karena perubahan zaman maka cara mengajar pun harus dilihat sebagai alternative dalam mendidik siswa. Hasil-hasil penelitian tentang neosaintik, multiple intelligence dll membawa perubahan baru dalam pendekatan siswa, termasuk penggunaan bahan ajar yang harus membuat guru makin “kreatif”. Pendekan yang humanistic dan perkembangan teknologi baru adalah syarat wajib seorang guru untuk melakukan revolusi dalam gaya mengajar.
Bermitra dengan siswa
Memang terdengar sangat romantic, tapi inilah bentuk baru dalam interaksi guru dan siswa, dengan membangun relasi yang positif terhadap siswa maka bukan berarti siswa tidak hormat terhadap guru, justru jika dilakukan dengan benar maka akan menjadi sebuah kesinergisan dalam proses belajar mengajar. Ini sangat tepat dalam menjembatani sikap tradisional Indonesia bahwa sikap hormat menghormati antara guru dan siswa menjadi pakem di negeri kita , tapi pakem ini bukan berarti sikap gila hormat seorang guru terhadap siswa. Ber”partner” dengan siswa membuka gerakan baru dalam belajar bahwa mengajar harus dalam posisi “seimbang” guru harus menjadi “pembantu” siswa dalam mengajar.
Dalam psikologi pendidikan, kita mengenal aliran behavioristik, humasistik, dan kognitif. bagaimana menjadikan guru yang kompeten dan efektif (profesional), kaitannya dengan ketiga pendekatan tersebut.
Jawab:
Di sinilah arti penting psikologi pendidikan bagi guru. Kemampuan memahami tingkah laku belajar anak didiknya akan memberi penjelasan bahwa anak sedang dalam keadaan belajar dengan baik atau tidak. Pemahaman ini akan dapat mengukur kemampuan belajar dan kemampuan menerima materi pelajaran bagi para siswanya. Dengan banyaknya aliran dalam pendidikan seharusnya guru mampu mengolah semua kekurangan dan kelebihan di beberapa aliran tersebut.
Guru juga tidak boleh terlalu fanatik dalam sebuah aliran atau terlalu antipasti dalam menyikapi aliran pendidikan. Karena pada intinya guru adalah seorang ”Komposer” yang mampu meramu okestra pendidikan yang lebih baik dengan menggabungkan semua fenomena alian tersebut sehingga tercipta alunan “music” yang baik atau dalam kasus ini penanganan murid yang baik.
Karena pada intinya perbedaan murid yang “kompleks” tidak hanya bisa diselesaikan dalam pandangan aliran tertentu saja. Kadang ada saja murid yang cocok dengan aliran tertentu. Inilah yang membuat guru seharusnya “kaya” akan segala metode pendidikan. Disinilah juga pentingnya guru harus memahami psikologi pendidikan.
Saya sepakat dengan apa yang dikatakan Sudrajat di dalam tulisannya, ia menuliskan beberapa manfaat psikologi pendidikan bagi seorang guru  yaitu :
Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar
Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
Menilai hasil pembelajaran yang adil.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian
“Dengan ketujuh tips dan manfaat tersebut kemungkinan besar masalah-masalah dalam pembelajaran dapat diminimalisir lalu juga berbagai pendekatan aliran pendidikan dapat dipadukan secara efektif dan elegan, sehingga terciptalah pendidikan manusia yang paripurna tanpa harus fanatik dalam satu aliran tertentu.”
diambil dari beberapa sumber…semoga berguna kawan

PENILAIAN PSIKOMOTORIK BAGI SISWA

Banyak pengajar yang tidak bisa melakukan penilaian yang berbeda dari biasanya. Justru penilaian guru dikelas acapkali hanya melihat dari hasil ujian semata . Hal ini dianggap tidak adil bagi sebagian siswa dan para peneliti pendidikan karena akhirnya guru melepas begitu saja penilaian bagi siswa yang mempunyai kecakapan psikomotorik. tulisan ini ditujukan agar guru mampu melakukan penilaian baik afektif, kognitif maupun psikomotor.
Psikomotorik meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampian perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi   atau pengamatan. Observasi  sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku siswa ketika praktikum, tingkah laku guru ketika mengamati siswanya yang sedang praktikum, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi, dan penggunaan alat peraga ketika mengajar. Melalui pengamatan ketika siswa melakukan praktikum fisika dapat diketahui bagaimana   perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya selama praktikum, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari praktikumnya.
Observasi  dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung. Pengamat/praktikan terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi  tingkah laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai  tingkah laku   yang tampak  untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (V) pada kolom jawaban hasil observasi.
URAIAN MATERI

Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut   dapat berupa tes paper and  pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
1)    Tes Paper and pencil
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui paper and pencil   adalah kemampuan  siswa dalam menampilkan karya, misal berupa desain alat peraga, desain model, dan sebagainya
2)    Tes identifikasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini lebih ditujukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasikan sesuatu hal, misal menemukan bagian alat praktikum yang rusak, menemukan  kesalahan hubungan  dari suatu alat dan sebagainya.
3)    Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini,     jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan penampilan siswa, sehingga  siswa dapat dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah  menggunakan suatu alat yang sebenarnya. Misalnya memperagakan  revolusi matahari dengan menggunakan  model tatasurya, memperagakan terjadinya gerhana bulan.
4)    Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut. Misalnya dalam melakukan praktikum
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi, ataupun unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan   daftar cek (check-list) ataupun  skala penilaian (rating scale).  Psikomotorik  yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna.  Atau amat baik, baik, sedang, kurang,  kurang baik.

PENTINGNYA PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI GURU

Saya yakin sebagian kita (para guru) mempunyai kenangan disekolah, baik yang  indah ataupun kenangan buruk (horor). Saya sendiri mempunyai kenangan yang tidak baik dengan bekas guru kesenian  waktu saya masih duduk disekolah dasar, waktu itu saya di maki-maki habis-habiskan olehnya karena memegang pundak beliau, Waktu itu saya berusaha untuk akrab, tetapi namanya juga anak kecil tidak tahu apa-apa, hal itu dianggap tabu oleh beliau sehingga keluarlah kata-kata yang pedas tersebut. Ternyata kejadian itu sangat membekas di hati saya dan menjadi masa lalu yang kurang menyenangkan. Kini setelah menjadi guru saya menyadari bahwa pentingnya sebuah ilmu Psikologi pendidikan sebagai cabang dari ilmu sosial untuk menghadapi beberapak karakter anak didik sehingga tidak terjadinya distorsi dalam pengajaran dan mengurangi terjadinya kekerasan dalam siswa yang dilakukan seorang guru. Tulisan berikut ini akan mengkaji tentang pentingnya psikologi pendidikan ditiap diri individul guru.
Menurut  John W. Santrock dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan, Psikologi adalah studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Psikologi pendidikan sendiri merupakan  cabang ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam dalam lingkungan pendidikan. Sedangkan menurut Arthur S. Reber (1988), psikologi pendidikan adalah sebuah sub disiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam: (1) penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas; (2) pengembangan dan pembaharuan kurikulum; (3) ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan; (4) sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, dan (5) penyelenggaraan pendidikan melalui aktivitas keguruan. Pandangan Arthur S. Reber ini memberi gambaran bahwa fokus psikologi pendidikan adalah penerapan prinsip-prinsip belajar sebagai upaya menumbuhkembangkan ranah kognitif melalui pengembangan kurikulum dalam pembelajaran.
Sedangkan Richard Tardif, dalam bukunya yang berjudul  The Penguin Macquarie Dictionary of Australian Education menjelaskan bahwa psikologi pendidikan ialah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan. Psikologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku-tingkah laku yang terjadi dalam proses pendidikan. Psikologi pendidikan (educational psychology) ialah penyelidikan masalah-masalah psikologis di bidang pendidikan, dan penerapan metode yang telah dirumuskan untuk memecahkan masalah tersebut.
Terlepas dan konsep sebagai ilmu terapan atau ilmu yang berdiri sendiri, tetapi yang penting adalah isi dan kajiannya itu sendiri. Fokus utama kajian psikologi pendidikan adalah interaksi antara pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa) untuk meningkatkan kemampuan para peserta. didik, dengan dukungan sarana dan fasilitas tertentu yang berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu. Psikologi pendidikan berusaha untuk mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antar setiap faktor pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang anak didik menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan seharusnya menjadi kebutuhan bagi para pendidik, bahkan bagi tiap orang yang menyadari peranannya sebagai pendidik. Mengenai pengembangan subjek didik dapat dilakukan dengan penerapan psikologi pendidikan. Psikologi tergolong kedalam kelompok ilmu perilaku dan dengan sendirinya mempelajari tingkah laku manusia.
Ruang lingkup psikologi pendidikan menurut Good dan Broopy ( 1997 ) adalah sebagai berikut:
  • Hubungan antara psikologi dengan guru
  • Manajemen kelas : Perkembangan dan sosialisasi anak kepemimpinan dan dinamika kelompok, modelling, reward, punishment, extinction. Hasil – hasil penelitian manajemen kelas, persiapan dan pelaksanaan pengajaran yang baik.
  • Mengurai masalah belajar : pengertian, prinsip, perbedaan individu dalam belajar, model dan desain belajar dan prinsip pengajaran
  • Pertumbuhan dan perkembangan dalam pendidikan : Prinsop dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan kepribadian, kreativitas dan aplikasinya dalam pendidikan
  • Motivasi : Pengertian, teori dan aplikasinya dalam pendidikan
  • Evaluasi dalam belajar : pengertian, macam, cara menyusun, prosedur penilaian, monitoring kemajuan siswa, validiras dan realibilitas penggunaan statistik dalam pengolahan hasil tes
Begitu banyak hal yang harus dipelajari seorang guru dalam melakukan proyek siswa. Kemampuan keilmuan seorang guru sangat berbanding lurus dengan hasil output siswa. Guru yang tidak bermutu akan menghasilkan siswa tidak bermutu. Saya masih ingat obrolan saya dengan seorang teman (waktu itu ia masih siswa STM di Jakarta timur), ia mengaku bahwa gurunyalah yang mengajakan bahwa harga diri sekolah harus dipertahankan termasuk menguasai “jalur” sehingga jika ada siswa dari STM lain yang mencoba merendahkan maka mereka harus dilawan bahkan menggunakan benda tajam sekalipun.

Fenomena ini adalah sebuah puncak gunung es dimana masih begitu banyak guru yang tidak mengerti akan ilmu  psikolog pendidikan. Terjadinya pelecehan seksual  maupun penganiayaan,  yang terjadi (kasus Kepala Sekolah alazhar Sumatra) harus menjadi barometer fakta dilapangan.  Dengan mempelajari psikologi pendidikan dapat diambil beberapa cakupan sehingga gutu t dak hanya melihat proses belajar hanya menjadi satu-satunya tujuan karena ada banyak ranah yang harus diketahui guru. Menurut Samuel Smith sebagaimana dikutip oleh Suryabarata, menetapkan ada 16 topik yang dibahas dalam psikologi pendidikan, yaitu:
  • Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology).
  • Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
  • Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
  • Perkembangan siswa (growth).
  • Proses-proses tingkah laku (behavior process).
  • Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (factors that condition learning).
  • Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning).
  • Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi (measurement: basic principles and definitions).
  • Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning subject matters).
  • Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurement).
  • Ilmu statistik dasar (element of statistics).
  • Kesehatan rohani (mental hygiene).
  • Pendidikan membentuk watak (character education).
  • Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of secondary school subjects).
  • Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (pscychology of elementary school subjects).
Dengan 16 topik yang dikaji oleh Samuel Smith ini setidaknya menjadikan guru berpegang dalam konsep ilmiah dan menjauhkan kemajemukan emosional secara masif.
Ya semoga dunia pendidikan kita ini semakin lebih baik kedepannya. Salam Blogger
*thank buat Nui (pasca UNJ 2009) atas tambahan data dan kawan-kawan buku psikologi pendidikan UNJ.
*dari berbagai sumber

TAXONOMY BLOOM TERBARU


Senin, 23 Januari 2012

4 PILAR PEMBELAJARAN

  1. LEARNING HOW TO  KNOW, belajar untuk mengetahui...
  2. LEARNING HOW TO DO, belajar untuk melakukan...
  3. LEARNING HOW TO BE, belajar untuk menjadi...
  4. LEARNING HOW TO LIVE TOGETHER, belajar untuk hidup bersama..