Banyak pengajar yang tidak bisa melakukan penilaian yang
berbeda dari biasanya. Justru penilaian guru dikelas acapkali hanya
melihat dari hasil ujian semata . Hal ini dianggap tidak adil bagi sebagian siswa
dan para peneliti pendidikan karena akhirnya guru melepas begitu saja
penilaian bagi siswa yang mempunyai kecakapan psikomotorik. tulisan ini
ditujukan agar guru mampu melakukan penilaian baik afektif, kognitif
maupun psikomotor.
Psikomotorik meliputi (1) gerak refleks,
(2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi
kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi
taktis, keterampian perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan
fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa
bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan
interprestatif.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi
atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu
kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau
menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah
laku siswa ketika praktikum, tingkah laku guru ketika mengamati siswanya
yang sedang praktikum, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam
simulasi, dan penggunaan alat peraga ketika mengajar. Melalui pengamatan
ketika siswa melakukan praktikum fisika dapat diketahui bagaimana
perilaku siswa, kegiatan yang dilakukannya selama praktikum, kemampuan,
bahkan hasil yang diperoleh dari praktikumnya.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu berlangsung.
Pengamat/praktikan terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah
laku apa yang hendak diobservasinya, lalu dibuat pedoman agar memudahkan
dalam pengisian observasi. Pengisian hasil observasi dalam pedoman yang
dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam bentuk uraian mengenai
tingkah laku yang tampak untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk
memberi tanda cek (V) pada kolom jawaban hasil observasi.
URAIAN MATERI
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes unjuk kerja.
1) Tes Paper and pencil
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui paper and pencil adalah kemampuan siswa dalam menampilkan karya, misal berupa desain alat peraga, desain model, dan sebagainya
2) Tes identifikasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini lebih ditujukan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengidentifikasikan sesuatu hal,
misal menemukan bagian alat praktikum yang rusak, menemukan kesalahan
hubungan dari suatu alat dan sebagainya.
3) Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, jika tidak
ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan
penampilan siswa, sehingga siswa dapat dinilai tentang penguasaan
keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga seolah-olah
menggunakan suatu alat yang sebenarnya. Misalnya memperagakan revolusi
matahari dengan menggunakan model tatasurya, memperagakan terjadinya
gerhana bulan.
4) Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan
dengan alat yang sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui apakah
peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut.
Misalnya dalam melakukan praktikum
Tes penampilan/perbuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi,
ataupun unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung
ketika siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat
menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale).
Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala
penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Atau
amat baik, baik, sedang, kurang, kurang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar