Yang umum, kesalehan seseorang selalu
diukur dengan standar ibadah ritualnya. Padahal Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam justru lebih menekankan aspek kesalehan sosial.
Meskipun yang ideal tentulah yang padu
kesalehan ritual dan kesalehan sosialnya sekaligus. Akan tetapi dengan
kesalehan sosial-lah Islam akan tampak dan tampil indah. Begitu pula
dengannya hiduppun menjadi demikian luar biasa indah.
Mari mencermati beberapa contoh hadits berikut ini.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Muslim yang baik adalah ketika orang lain telah merasa aman dari gangguan lidah dan tangannya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Muslim yang baik adalah ketika orang lain telah merasa aman dari gangguan lidah dan tangannya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda: “Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi
Allah tidak beriman. Para sahabat RA. bertanya: Siapakah gerangan ya
Rasulallah? Beliau menjawab: “Dia adalah seseorang yang membuat
tetangganya tidak merasa aman dari gangguan dan keburukannya” (HR.
Al-Hakim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda: “Penyantun janda tua dan orang miskin itu nilainya setara
dengan orang yang berjihad fi sabilillah, atau seperti orang yang
berpuasa tanpa putus dan yang shalat malam tanpa henti” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Tidaklah beriman kepadaku seseorang yang tidur malam dengan kenyang, sedangkan ia tahu bahwa, tetangga sebelahnya tengah kelaparan” (HR. At-Thabrani, Al-Bazzar dan lain-lain, serta dihasankan oleh Al-Albani).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: “Tidaklah beriman kepadaku seseorang yang tidur malam dengan kenyang, sedangkan ia tahu bahwa, tetangga sebelahnya tengah kelaparan” (HR. At-Thabrani, Al-Bazzar dan lain-lain, serta dihasankan oleh Al-Albani).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda: “Maukah kalian Aku beri tahu tentang amal yang lebih tinggi
daripada derajat puasa, shalat dan sedekah?”. Para ahabat menjawab:
Tentu saja kami mau. Beliau lalu melanjutkan sabdanya: “Yaitu
mendamaikan hubungan sesama. Karena rusaknya hubungan sesama itu ibarat
gunting penyukur. Tapi bukan gunting yang mencukur rambut, melainkan
yang menggunting agama” (HR. Abu Dawud).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda: “Tidaklah beriman salah seorang dari kamu, sampai ia mampu
menyukai untuk saudaranya seperti apa yang ia sukai untuk dirinya
sendiri” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda: “Diantara tanda baiknya tingkat dan kualitas keislaman
seseorang adalah ketika ia telah mampu meninggalkan hal-hal yang tidak
perlu baginya” (HR. At-Tirmidzi).
Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
Untuk mendapat cerita dan tausiah-tausiah lainya. silahkan gabung ke: Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri
Untuk mendapat cerita dan tausiah-tausiah lainya. silahkan gabung ke: Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar