Yah mungkin kali ini judul blognya sangat provokatif, tapi kira-kira
pikiran inilah yang dari kemarin selalu mengantung di kepalaku. Saya
jadi teringat dengan Jendral Besar Sudirman, sebelumnya dahulu seorang
guru Muhammadiyah yang akhirnya berani angkat senjata demi membela
negara ini. Ya seorang guru yang berani mengambil keputusan bagi orang
banyak.
Tetapi kini saya begitu terenyuh ketika banyak melihat perubahan
(transformasi) yang begitu kebablasan. Dunia Pendidikan kini dianggap
sebagai ladang uang dimana orang bisa mengambil keuntungan
sebanyak-banyaknya. Demi ambisi pribadi siapapun bisa dilindas, siapapun
bisa dibeli. Wajarlah jika kini ada guru yang rela mengeluarkan biaya
beratus-ratus juta untuk menjadi kepala sekolah (klik disini).
Bahkan ada yang rela melakukan pemalsuan ijasah, pemalsuan umur,
pemalsuan sertifikat demi memuluskan mendapat sertifikasi guru (klik disini). Atau juga demi diangkat guru PNS seseorang rela membayar puluhan juta, ironis memang. tapi itulah kenyataannya.
Saya juga sering mendengar seorang guru yang rela menjilat atasannya
demi “keamanan” ekonominya. Yang akhirnya mengorbankan teman sendiri
demi hal-hal tersebut. Ya guru yang harusnya layak dikatakan “****”
karena terlalu nunut pada atasannya, sehingga dengan sengaja ia
menghilangkan batas-nalar kesadarannya. Pada saat yang sama juga ia
membunuh kemampuan individualnya sehingga apa yang dilakukannya harus
baik dimata pimpinan padahal sebaliknya.
Saya juga melihat banyak pemimpin guru yang secara sengaja mematikan
potensi bawahannya, bahkan dengan sengaja menghilangkan haknya sebagai
guru. Hak gaji, dan hak kesejahteraan lainnya. Ketertutupan informasi
yang sengaja ditutupi sehingga dapat memperkaya diri sendiri sengaja
dilakukan.
Kini banyak sekali guru-guru pengecut disekeliling kita, baik takut
karena menjadi miskin, takut dikucilkan, takut tidak dihormati murid.
termasuk banyak sebagian guru yag lebih mencari posisi “aman” asalkan
dapur tetap mengebul.
Saya tidak habis pikir model guru seperti ini. Pada saat yang sama
kita membutuhkan guru yang berani menerobos perubahan bukan hanya
terpaku pada pembelajaran saja. Kita butuh guru yang mampu mendorong
perubahan yang jenius, kita butuh guru yang mendobrak sistem lama, dan
berani berkata saya rela miskin agar pendidikan Indonesia tetap
berjalan, atau saya rela dikucilkan tetapi yang penting sekolah saya
maju semaju-majunya. Kita juga butuh guru yang jujur akan segalanya, dan
tidak menjadikan korupsi menjadi tiang pendidikan. Budaya sogok
menyogok yang begitu parah didunia pendidikan harus segera di habisi
tanpa sisa.
Kini sedikit sekali orang seperti Pak Dirman yang akhirnya angkat
senjata demi negara ini, sedikit sekali orang seperti Porter yang fokus
mengerti kebutuhan psikologi siswa didik. Dan pemimpin sekolah baik
yayasan ataupun kepala sekolah yang mengerti akan hak guru dan
pembenahan perubahan pendidikan, dan tidak menjadikan uang sebagai
tujuan akhir. Jujur saya muak dengan semua ini.
Saya ingat perkataan Soe hok Gie yang cocok bagi guru-guru pembaharu
“lebih baik diasingkan dari pada menyerah kepada kemunafikan”
sekali lagi kawan jadilah guru-guru “pemberontak” dan bukan guru-guru “pengecut”.
Salam Blogger…
Advertisement
Tidak ada komentar:
Posting Komentar