إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى:
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ
إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa
kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah
Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, dalam kesempatan yang mulia ini akan kami kemukakan tentang adanya gejala menjadikan orang baik-baik justru terpojok.
Dalam al-Qur’an dikisahkan, ketika Nabi Luth ‘alaihissalam dalam
keadaan perasaannya sangat terpojok, ia berucap krepada kaumnya yang
memang jahat-jahat:
أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
"Tidak adakah di antara kamu sekalian itu seorang laki-laki yang berakal?”
Demikianlah keluhan Nabi Luth ‘alaihis salam (dalam Al-Qur’an Surat
Huud [11] : 78) terhadap kaumnya yang tidak tahu diri, yang mendatangi
rumah Nabi Luth dengan maksud ingin menghomoseks tamu-tamu Nabi Luth.
Padahal sebenarnya tamu-tamu itu adalah para malaikat yang mengabarkan
akan datangnya adzab Allah SWT terhadap kaum Nabi Luth as. Karena kaum
itu menantang aturan Allah SWT dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang
keji yaitu liwath atau homoseks atau sodomi.
Sejak dulu memang mereka mengerjakan perbuatan keji dan sangat dicela
oleh tabi’at manusia yang wajar, dicela oleh syari’at-syari’at dan
agama. Yaitu mereka suka mengadakan homoseksual, mengadakan hubungan
kelamin sesama lelaki tidak dengan wanita, dan mereka secara
terang-terangan mengadakan berbagai kemunkaran di balai pertemuan
mereka, seperti diterangkan dalam firman Allah Ta’ala,
{ أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ
السَّبِيلَ وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ فَمَا كَانَ جَوَابَ
قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ
الصَّادِقِينَ (29) }
Artinya: “Apakah sesungguhnya patut kalian mendatangi laki-laki,
menyamun/ membegal, dan kalian mengerjakan kemunkaran di tempat-tempat
pertemuan kalian?” (QS Al-’Ankabuut [29] : 29)
Adzab yang ditimpakan kepada kaum yang jahat itu dijelaskan oleh Allah SWT:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا
سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ
(82) مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ
(83)
“Maka tatkala datang adzab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth
itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan
batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda
oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang
dzalim.” (terjemah QS. Huud [11] : 82-83)
Menurut firman Allah dalam Surat Adz-Dzariyaat, batu-batu itu adalah
tanah liat yang terbakar sehingga menjadi batu yang diberi tanda oleh
Allah Ta’ala dengan nama orang-orang yang akan ditimpanya, dan
batu-batu itu dijatuhkan di tempat-tempat yang sering dilalui orang
musyrik Quraisy yang dzalim, ketika mereka berdagang ke negeri Syam,
supaya menjadi peringatan bagi mereka agar jangan memusuhi Nabi Muhammad
saw, supaya jangan ditimpa adzab seperti yang menimpa kaum Nabi Luth as
yang ingkar kepada Nabinya. Memang tempat-tempat itu sering dilalui
oleh mereka (musyrikin Quraisy) bila mereka berdagang di musim panas ke
negeri Syam seperti diterangkan dalam firman Allah, yang artinya:
وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ (137)
"Dan sesungguhnya kamu (wahai penduduk Makkah) akan melalui bekas-bekas mereka di waktu pagi.” (QS. As-Shaffat [37] : 137)
Peristiwa adzab yang sangat mengerikan atas kaum yang lakonnya jahat
(di samping menyembah berhala, mengingkari ajaran-ajaran Nabinya, masih
pula berhomoseks, menyamun/membegal, dan berbuat kekejian di
tempat-tempat perkumpulan mereka) itu agar menjadi pelajaran nyata bagi
para penentang seperti musyrikin Makkah dan manusia pada umumnya.
Kejahatan memojokkan orang baik-baik
Lakon jahat, brutal, bahkan keji, ketika dilakukan beramai-ramai dan
tanpa tedeng aling-aling, tanpa malu-malu lagi, maka menjadikan
orang-orang yang baik jadi sangat terpojok posisinya, bahkan sangat
dipermalukan. Bagaimana malunya Nabi Luth yang kedatangan tamu,
tahu-tahu “diserbu” oleh kaumnya yang jahat-jahat itu dan akan
memperkosa tamu-tamunya itu dengan ingin menyodominya. Hingga keluar
kata-kata:
أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
"Tidak adakah di antara kalian itu seorang laki-laki yang berakal?"
Ungkapan Nabi Luth as ini adalah ungkapan yang pas, ketika keadaan
sangat memuncak, ketika menghadapi keadaan yang sangat memuakkan,
brengsek, tak tahu diri, tak tahu aturan, dan tidak ada keuntungan yang
akan didapatkan.
Mungkin orang bisa melontarkan kata-kata yang sama, misalnya di suatu
desa mengalami kondisi yang sangat memuakkan. Warga di satu belahan
dunia misalnya mengangkat orang yang diberi amanah untuk memimpin dan
mengurus warga. Tetapi kemudian aneka macam keburukan dibiarkan.
Kejahatan merajalela, perusakan iman justru seolah dipelihara dengan
dalih macam-macam, misalnya melestarikan budaya nenek moyang,
meningkatkan daya tarik pariwisata dan sebagainya. Padahal berupa
kemusyrikan yang sangat dimurkai Allah ta’ala, misalnya larung sesaji ke
laut ke gunung, ke telaga dan sebagainya.
Yang diberi amanah mengurus warga itu selain membiarkan kemusyrikan,
membiarkan pula orang-orang lemah semakin terpojok, yang miskin pun
tidak tertolong lagi karena masing-masing orang hanya mementingkan
dirinya sendiri, bahkan seperti meniru orang-orang yang dipandang
sebagai orang terpandang namun aman-aman saja ketika berbuat jahat,
curang, mementingkan diri dan kelompoknya sendiri dan sebagainya.
Sehingga aneka keburukan merajalela.
Orang-orang yang baik justru terpojok. Bila mengingatkan agar
berhenti dari perbuatan buruk, justru dipermalukan dan disoroti
ramai-ramai. Kalau yang terpojok itu seorang Nabi seperti Nabi Luth
‘alaihis salam pun kata-kata yang pantas untuk diucapkan adalah:
أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
"Tidak adakah di antara kalian itu seorang laki-laki yang berakal?"
Ditanya seperti itu, jawabannya lebih gila lagi, sebagaimana jawaban kaum Nabi Luth as yang dikisahkan dalam Al-Qur’an:
قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ (79)
“Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kamu telah tahu bahwa kami tidak
mempunyai keinginan (maksudnya, mereka tidak punya syahwat terhadap
wanita, tetapi terhadap sesama lelaki) terhadap puteri-puterimu; dan
sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki'.”
(QS Huud [11] :79)
Seolah-olah orang-orang itu memukul balik, kamu dari semula kan sudah
tahu. Kami-kami ini kan keadaan dan kemauan kami seperti ini. Kami ini
tidak ada kemauan seperti apa yang kamu inginkan itu. Tapi kami punya
gaya dan kebiasaan serta selera tersendiri yang kamu semua sudah tahu.
Bukankah kamu sudah tahu tentang diri kami yang seperti ini. Kenapa kamu
masih menginginkan kami untuk mengikuti aturanmu. Ora sudi aku yen kok atur-atur.
(Aku tak mau menggubris kalau kamu atur dengan aturan-aturanmu). Tetapi
kalau itu sesuai dengan keserakahanku dan doyananku maka apapun ya saya
datangi, sekalipun ngisin-isini (memalukan) dan melanggar pernatan
(syari’at dan aturan).
Kejahatan yang sudah merajalela bahkan menjadikan terpojoknya orang
baik-baik itu masih pula ditingkahi dengan upaya-upaya untuk merugikan
orang baik-baik. Misalnya berunding dengan orang yang terpidana, atau
meng-ghibah Muslimin di pertemuan orang-orang kafir, bekerjasama secara
rahasia untuk mencelakakan orang baik-baik yakni Muslimin dan
sebagainya.
Memang, tidak gampang menghadapi orang-orang yang sebenarnya jahat,
tetapi mereka tidak mengakui bahwa diri mereka itu jahat, dan
kejahatannya itu bekerjasama dengan orang kafir. Sehingga Ummat Islam
diingatkan, ada jenis manusia-manusia yang difirmankan:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ
قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ
الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ [البقرة/11، 12]
"Dan bila dikatakan kepada mereka, 'Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi'. [24]
Mereka menjawab, 'Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan
perbaikan'. Ingatlah, sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (QS. Al-Baqarah [2] : 11-12)
[24] Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti
kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi
dan menentang orang-orang Islam.
Jenis kejahatan mereka
Dalam Al-Qur’an, mereka kaum Nabi Luth as itu dijelaskan, kejahatan yang nyata adalah:
- Menentang kebenaran.
- Melakukan perbuatan keji.
- Menyamun, yaitu membegal atau merampok orang di perjalanan, barang-barang musafir dirampok, sedang orangnya dibunuh.
- Perkataan mereka di perkumpulan-perkumpulan sangat menjijikkan.
Diriwayatkan dari Ummu Hani’ bin Abi Thalib yang menanyakan kepada Rasulullah arti ayat:
وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ
“Kamu berbuat munkar di tempat perkumpulan”. Beliau
menjelaskan, bahwa perkataan tersebut berarti mereka senang duduk-duduk
sambil ngobrol di pinggir jalan. Kalau ada seseorang lewat, segera
mereka menuduh yang bukan-bukan serta mengejek dan menghinanya. (HR.
Imam Ahmad, Turmudzi, Thabrani, dan Imam Al-Baihaqy, sebagaimana dikutip
dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya, Depag RI, 1985/1986, juz 20, hal. 465)
Penyimpangan-penyimpangannya begitu berat dan nyata, namun mereka
tidak merasa bersalah, bahkan menentang keras orang yang menunjukinya.
Adakah kesamaan dengan sikap kaum Nabi Luth?
Menyimak kisah itu, kita mendapatkan kesan bahwa kaum Nabi Luth as yang membangkang itu benar-benar keterlaluan.
Dalam daftar kejahatan kaum Nabi Luth as ada 4 kejahatan, seperti
tersebut di atas. Mari kita runtut, kejahatan itu dilakukan pula oleh
orang-orang jahat sekarang.
Pertama, menentang aturan yang datangnya dari Allah
dan Rasul-Nya. Kaum Nabi Luth as jelas-jelas menentang aturan agama.
Sementara itu, para penjahat sekarang pun menentang aturan Allah
Ta’ala, di antaranya mengandalkan ilmu kebal, entah pakai sihir, jimat,
atau bantuan jin. Itu salah satu bentuk kemusyrikan, penentangan paling
besar terhadap Allah SWT, hingga merupakan salah satu bentuk dosa
terbesar. Jadi ada unsur kesamaan.
Mengenai kebiasaan buruk berupa ilmu kebal, sihir, santet,
perdukunan, khurofat, takhayul dan bid’ah itu adalah
pelanggaran-pelanggaran aqidah yang sangat besar dosanya. Karena sudah
jelas larangan-larangannya.
Larangan sihir.
Nabi saw bersabda:
« اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ » . قَالُوا
يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ بِاللَّهِ ،
وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ
بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ،
وَالتَّوَلِّى يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
الْغَافِلاَتِ » .
“Jauhilah tujuh dosa besar yang merusak. Para sahabat bertanya,
'Ya Rasulallah, apakah tujuh dosa besar yang merusak itu?' Beliau
menjawab, 'Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang oleh Allah
diharamkan kecuali karena hak, makan harta anak yatim, makan riba, lari
dari peperangan, menuduh (berzina) terhadap perempuan baik-baik yang
terjaga lagi beriman'.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasaai, dari Abu Hurairah, shahih)
"مَنْ عَقَدَ عُقْدَةً، ثُمَّ نَفَثَ فِيهَا، فَقَدْ
سَحَرَ، وَمَنْ سَحَرَ فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ
إِلَيْهِ"
“Barangsiapa mengikat suatu ikatan (simpul) kemudian meniupnya
(suatu ikatan yang biasa ditiup dalam bersihir) maka sungguh ia telah
bersihir. Dan barangsiapa bersihir maka sungguh ia telah syirik/
menyekutukan Allah, dan barangsiapa menggantungkan sesuatu (jimat dan
sebagainya) maka dia diserahkan kepada (yang digantungkan) nya.” (HR. An-Nasaai dan At-Thabrani dengan dua sanad, salah satu dari dua rawi-rawinya terpercaya)
Larangan bertanya dan mempercayai tukang ramal dan tukang sihir ataupun dukun.
Nabi Saw bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ، أَنَّهُ قَالَ : مَنْ أَتَى
عَرَّافًا ، أَوْ سَاحِرًا ، أَوْ كَاهِنًا ، فَسَأَلَهُ فَصَدَّقَهُ بِمَا
يَقُولُ ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه
وسلم
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Barangsiapa mendatangi
tukang ramal, atau tukang sihir, atau tukang tenung/ dukun lalu ia
menanyakan sesuatu kepadanya dan percaya terhadap apa yang dikatakannya,
maka sungguh dia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw.” (HR Al-Bazzar dan Abu Ya’la dengan sanad jayyid)
Larangan pakai ilmu kebal, jimat, tangkal.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ ، أَنَّهُ
جَاءَ فِي رَكْبِ عَشَرَةٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ بَيْعَةِ رَجُلٍ مِنْهُمْ ،
فَقَالُوا : مَا شَأْنُ هَذَا الرَّجُلِ لاَ تُبَايِعُهُ ؟ فَقَالَ : إِنَّ
فِي عَضُدِهِ تَمِيمَةً فَقَطَعَ الرَّجُلُ التَّمِيمَةَ ، فَبَايَعَهُ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ : مَنْ
عَلَّقَ فَقَدْ أَشْرَكَ.
Uqbah bin Amir meriwayatkan bahwa ada sepuluh orang berkendaraan
datang ke Rasulullah saw. Yang sembilan dibai’at, tetapi yang satu
ditahan. Mereka bertanya: Kenapa dia? Lalu Nabi saw menjawab:
Sesungguhnya di lengannya ada tamimah (jimat/tangkal)! Lalu laki-laki
itu memotong jimatnya/tangkalnya, maka ia dibai’at oleh Rasulullah saw
kemudian beliau bersabda:
مَنْ عَلَّقَ فَقَدْ أَشْرَكَ.
“Barangsiapa menggantungkan (tangkal/ jimat) maka sungguh ia telah syirik.”
(HR. Ahmad dan Al-Hakim, dan lafadh itu bagi Al-Hakim, sedang
periwayat-periwayat Ahmad terpercaya dishahihkan Al-Albani dalam سلسلة
الصحيحة رقم 492 silsilah As-Shohihah nomor No. 492)
Larangan memakai aji-aji.
عَنِ الْحَسَنِ قَالَ أَخْبَرَنِى عِمْرَانُ بْنُ
حُصَيْنٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَبْصَرَ عَلَى عَضُدِ
رَجُلٍ حَلْقَةً أُرَاهُ قَالَ مِنْ صُفْرٍ فَقَالَ « وَيْحَكَ مَا هَذِهِ
». قَالَ مِنَ الْوَاهِنَةِ قَالَ « أَمَا إِنَّهَا لاَ تَزِيدُكَ إِلاَّ
وَهْناً انْبِذْهَا عَنْكَ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِىَ عَلَيْكَ مَا
أَفْلَحْتَ أَبَداً ».
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain, sesungguhnya Rasulullah saw
pernah melihat di lengan seorang lelaki ada gelang —yang saya lihat ia
katakan dari (besi) kuningan— maka beliau berkata, “Celaka kamu, apa
ini?” Lalu ia menjawab, “Ini adalah termasuk wahinah (aji-aji untuk
melemahkan orang lain)”. Maka beliau berkata, “Adapun barang ini tidak
akan menambahi kamu selain kelemahan; karena itu buanglah dia. Sebab
kalau kamu mati sedang wahinah (aji-aji) itu masih ada pada kamu, maka
kamu tidak akan bahagia selamanya”. (HR. Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya; dan Ibnu Majah tanpa lafal “buanglah dst...”)
Larangan tathoyyur/klenik.
Tathoyyur yaitu mempercayai adanya kesialan dikaitkan dengan
alamat-alamat seperti suara burung, tempat, waktu, orang atau anggota
badan yang bergera-gerak/kedutan dan sebagainya. Dianggapnya suara
burung, hari-hari tertentu dan sebagainya itu sebagai alamat sial. Itu
dikenal dengan istilah klenik, yaitu hitung-hitungan hari, alamat-alamat
dari suara burung, barang jatuh, rumah menghadap ke arah ini atau di
tanah itu dan sebagainya dipercayai sebagai pertanda sial ataupun
keberuntungan.
Rasulullah saw bersabda:
"لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ وَلا تُطُيِّرَ لَهُ،
وَلا تَكَهَّنَ وَلا تُكُهِّنَ لَهُ"أَظُنُّهُ، قَالَ:"أَوْ سَحَرَ أَوْ
سُحِرَ لَهُ".
“Laisa minnaa man tathoyyaro aw tuthuyyiro lahu aw takahhana aw tukuhhina lahu, aw saharo aw suhiro lahu.”
Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang bertathoyyur (merasa
sial akibat suara burung dsb dikaitkan dengan klenik) atau minta
diramalkan sial untuknya, atau berdukun/menenung atau minta ditenungkan,
atau mensihir atau minta disihirkan.” (HR. At-Thabrani dari Ibnu Abbas
dengan sanad hasan)
Kedua, kaum Nabi Luth as melakukan kekejian, yaitu
homoseks. Gejala sekarang, orang-orang menyimpang seperti itu punya
kelompok, bahkan mengadakan festival film segala.
Hanya anehnya, ketika ada tokoh-tokoh mereka yang lakonnya buruk
seperti itu mereka diam saja, bahkan sebagian ada yang cenderung
membela-bela dengan aneka dalih.
Ketiga, menyamun, membegal, merampok, ngecu,
nggedor. Barangkali dalam hal ini agak berbeda. Tingkah kaum Nabi Luth
as memang vulgar, kasar, dan benar-benar tampak sekali jahatnya. Sedang
sekarang, penjahat itu ada yang kasar bahkan sampai membunuh dan
merampok. Tetapi ada juga yang dengan cara “halus” yakni korupsi yang
bahkan merajalela. Kemungkinan orang yang masih jujur dan jadi
pemberantas korupsi akan terpojok bagai Nabi Luth ‘alaihis salam.
Keempat, perkataan dan perbuatannya di tempat-tempat perkumpulan mereka sangat menjijikkan.
Kasus ini, kaum Nabi Luth as suka ngumpul-ngumpul di pinggir jalan,
menggoda dan mengejek orang lewat, dan menuduh yang bukan-bukan. Kalau
sekarang ada juga yang sangat menjijikkan ada kelompok sesekali
berkumpul untuk ronda menjaga kompleks pelacuran. Atau pemudanya tidak
sedikit yang jadi centeng (tukang pukul) ketika orang lain lagi sibuk
merayakan hari raya kekafiran mereka di rumah-rumah sesembahan mereka.
Atau mereka sekadar kumpul-kumpul dengan musuh-musuh Islam untuk
ngrasani/ghibah kejelekan orang Islam yang dianggap berseberangan dengan
kelompoknya. Atau kumpul-kumpul di kuburan untuk melakukan kemusyrikan,
bid’ah, khurofat dan aneka pelanggaran aqidah yang menjadi kegemaran
kelompok mereka, dan kalau dinasihati dengan ayat dan hadits malah lebih
galakan mereka suaranya. Hingga orang baik-baik yang mau menasihatinya
justru terpojok.
Semoga Allah Ta’ala member hidayah kepada kita dan
orang-orang yang mau bersungguh-sungguh untuk mentaati syari’at-Nya. Dan
semoga Allah Ta’ala menghindarkan Ummat Islam dari aneka fitnah yang
kadang sampai memojokkan orang Muslim hingga orang baik-baik justru
terpojok. Hanya Allah lah yang Maha menolong hamba-Nya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْوَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ
تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ
تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن
يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
(nahimunkar.com)
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar