PENGEMBANGAN KEMAMPUAN
MENYIMAK
BAGI ANAK-ANAK USIA MUDA
DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI
INTERNET[1]
Oleh: Nandy Intan Kurnia[2]
I. Pendahuluan
Bahasa Inggris di Negara Indonesia dapat dikategorikan sebagai bahasa
asing, dan biasanya dipelajari sebagai sarana komunikasi dengan orang asing
yang menggunakannya, ataupun agar dapat menikmati produk-produk cetak yang disajikan
dalam bahasa tersebut (Richards, 1985:108).
Bahasa Inggris diajarkan secara formal di tingkat Sekolah Dasar (SD), SMP,
SMU dan bahkan beberapa TKpun mengadopsinya sebagai mata ajar yang diberikan
pada siswa-siswinya. Pengenalan Bahasa Inggris sejak dini sejalan dengan teori
pemerolehan bahasa pertama (First
Language Acquisition) yang menyebutkan bahwa proses pemahaman bahasa lisan
di lingkungan sekeliling anak terjadi lebih dahulu sebelum anak dapat
menghasilkan bahasa tersebut (Steinberg, 1993). Paul, pada bukunya yang
berjudul Teaching English to Children in
Asia, juga menambahkan bahwa semakin banyak seorang anak mendapatkan input
bahasa lisan akan semakin cepat mereka terkondisikan untuk mendengar bahasa lisan
menuju proses pemahaman (2003). Dengan demikian, kemampuan menyimak (listening skill), sebagai salah satu
bentuk keahlian berbahasa Inggris, sudah selayaknya mendapatkan perhatian dalam
mengajarkan bahasa asing, khususnya pada anak-anak usia muda (young learners).
II. Pembahasan
A. Kemampuan Menyimak
Pada awal perkembangannya, kemampuan menyimak pada pembelajaran bahasa
asing dianggap tidaklah sepenting kemampuan yang lainnya. Bahkan sebagian besar
orang menganggap bahwa memiliki kemampuan berbahasa asing berarti hanya perlu
memiliki kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa tersebut. Akan tetapi
pada tahun 1960an para ahli mulai melihat pentingnya kemampuan menyimak pada
pengajaran bahasa asing. Teori mengenai pentingnya kemampuan menyimak semakin
berkembang pada tahun 1980an, ketika Gillian Brown menunjukkan bahwa
pengembangan kemampuan menyimak dan berbicara (oracy) sama pentingnya dengan kemampuan membaca dan menulis (literacy) [3].
Seperti halnya Gillian Brown, Rost juga menyatakan bahwa kemampuan menyimak
berperan penting dalam proses pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
karena dapat memberikan input yang berarti bagi orang yang sedang mempelajari
bahasa tersebut. Ia kemudian menekankan bahwa tanpa pemahaman akan input dalam
tingkatan yang tepat maka proses pembelajaran tidak dapat terlaksana. Oleh
karena itu ia meyakini bahwa kemampuan menyimak sama pentingnya dengan
berbicara (Rost, 1994: 141-142).
Adapun tantangan yang harus dihadapi oleh pengajar kemampuan menyimak adalah
bagaimana ia dapat memberikan kesempatan pada anak didiknya untuk mengkontrol
isi materi yang akan dibahas di kelas (tentu dalam tingkatan-tingkatan
tertentu) dan mempersonalisasi materi tersebut agar mereka dapat merasa
terlibat dengan topik yang sedang dibahas, yang pada akhirnya dapat membuat
kegiatan yang akan diadakan di kelas menjadi lebih bervariasi dan bermakna.
Salah satu contohnya, sang pengajar dapat meminta siswa/siswinya untuk mendengarkan
rekaman audio mengenai seseorang yang sedang membahas mengenai pekerjaannya,
kemudian mereka diminta untuk membuat beberapa pertanyaan untuk mewawancarai
rekan sekelasnya mengenai topik yang sama 3.
Ada lima (5) prinsip yang harus dipertimbangkan dalam proses peningkatkan kemampuan
menyimak pada anak usia muda, yaitu:
a. perbanyak pemberian materi
visual, misalnya dengan ekspresi wajah, gerakan, mimik (pantomime) dan gambar-gambar.
b. Setiap input bahasa lisan
yang diberikan harus diucapkan dengan jelas, perlahan dan berulang.
c. Jangka waktu konsentrasi
anak usia muda biasanya terbatas, oleh karena itu hindarkan pemberian kegiatan
yang terlalu banyak.
d. Memastikan pemahaman siswa
hendaknya dilakukan pada saat kegiatan menyimak berlangsung
e. Kegiatan menyimak tidak
semata siswa duduk diam dan konsentrasi mendengarkan bahasa lisan, akan tetapi
bisa juga diiringi dengan gerakan (Scott & Ytreberg, 1990: 21-22).
Kegiatan menyimak itu sendiri memiliki
beberapa tipe yang sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik,
adapun diantaranya adalah:
1. Menyimak secara intensif, yang
bertujuan agar peserta didik dapat mengetahui mengenai komponen-komponen dalam
bahasa, meliputi pembahasan mengenai phonem, kata, intonasi, dan sebagainya.
2. Menyimak yang bersifat
responsif terhadap materi-materi pendek dalam bentuk pemberian salam,
pertanyaan, perintah, dll. yang dimaksudkan agar peserta didik dapat memberikan
respon pendek.
3. Selektif. Pada tipe ini,
kegiatan dititik beratkan pada kegiatan-kegiatan menyimak yang bertujuan agar
peserta didik dapat melakukan scanning
pada materi yang disampaikan dan mampu mengumpulkan informasi-informasi yang
berkaitan dengan topik-topik tertentu, misalnya instruksi pengajar, berita dari
siaran TV/radio, ataupun cerita. Pada saatnya nanti, peserta didik akan diminta
untuk mendengarkan dan mencari informasi mengenai nama, angka, petunjuk arah
ataupun peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan rekaman yang disajikan.
4. Extensive Listening. Tipe kegiatan menyimak ini menyuguhkan materi yang lebih panjang daripada
tipe lainnya, misalnya rekaman saat seorang pengajar sedang memberikan kuliah
pada mahasiswa/inya dan percakapan yang melibatkan beberapa orang. Peserta
didik diharapkan untuk dapat menangkap pemahaman secara global dari suguhan
rekaman tersebut. Agar peserta didik dapat meraih pemahaman secara
komprehensif, maka disarankan untuk menggunakan interactive skills, seperti mencatat informasi penting, membuat
satu set pertanyaan dan terlibat dalam diskusi yang berkaitan dengan topik yang
disampaikan (Brown, 2004:120).
B. Pemanfa’atan Teknologi Internet
dalam Pembelajaran Bahasa Asing
Ketika teknologi mulai dimanfa’atkan di
kelas-kelas bahasa, biasanya yang akan terlintas dibenak kita adalah penggunaan
komputer. Hal ini tidak dapat kita pungkiri karena kita telah terbiasa dengan
kehadiran komputer di kehidupan sehari-hari. Akan tetapi sebenarnya teknologi
mencakup banyak hal. Teknologi yang biasanya dimanfa’atkan oleh pengajar dalam
proses pembelajaran bahasa asing, diantaranya adalah:
a. Rekaman audio yang dibuat
secara komersil
b. Rekaman Video, dalam bentuk:
dokumentari mengenai topik-topik tertentu, film, berita, dan banyak lagi.
c. Rekaman audio dan video yang
diproduksi sendiri
d. OHP.
Teknologi dalam bentuk lain yang saat ini sedang berkembang pesat adalah internet
dan kemunculannya telah memberikan dampak pada semua aspek pendidikan dan
merubah metode belajar-mengajar.
Menurut Paulsen, saat ini bukan lagi
sebuah perdebatan apakah seorang pengajar harus membatasi ruang gerak teknologi
dalam berkembang ataukah justru mengarahkan para muridnya untuk memanfaatkan
kemutakhiran teknologi dalam proses pembelajaran (2001). Kemampuan jaringan internet untuk menciptakan proses pembelajaran
yang lebih interaktif akan membantu pengajar dalam menyelenggarakan proses belajar-mengajar
yang lebih menarik pula (Li and Hart: 1996). Selain itu teknologi ini juga
dapat meningkatkan motivasi pelajar dalam belajar, mengekspos mereka pada
pengunakan bahasa yang lebih otentik (authentic
language) dan membawa mereka pada kesadaran mengenai Globalisasi (Meloni:
1998).
C. Materi dan Kegiatan dalam Pengembangan Kemampuan Menyimak bagi Anak-anak
Usia Muda.
Materi yang digunakan dalam program pengembangan kemampuan menyimak bagi
anak-anak haruslah memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran menyimak untuk anak-anak
pada usia muda yang telah dibahas pada bagian awal tulisan ini. Dengan
mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas maka digunakanlah media internet
sebagai sumber utama pengadaan materinya. Kegiatan yang dirancang menekankan
pada kegiatan menyimak secara ekstensif. Peserta didik disuguhkan tayangan film
kartun pendek(6 menit, 9 detik) dari
salah satu seri Charlie Brown (tokoh
kartun anak-anak yang terkenal dari Amerika Serikat), berjudul Lucy Analyzes Charlie Brown yang diunduh
dari <http://www/youtube.com/watch?v+h38srxvt6qE>. Pada saat penayangan
berlangsung, peserta didik diminta untuk mencatat informasi-informasi yang
mereka anggap penting secara individual, kemudian menyatukan
informasi-informasi tersebut di dalam kelompok-kelompok kecil. Agar peserta
didik dapat meraih pemahaman secara komprehensif, maka merekapun dilibatkan
dalam diskusi berbahasa Inggris, tidak hanya diskusi mengenai film yang baru
saja mereka saksikan, akan tetapi juga mengenai beberapa artikel terkait yang mereka
unduh secara berkelompok dari komputer-komputer yang terkoneksi dengan jaringan
internet.
Ada beberapa alasan dalam pemilihan film pendek ini, diantaranya karena
diperankan oleh karakter anak-anak yang menggunakan Bahasa Inggris yang mudah
dimengerti oleh peserta; kedua, karena diperankan oleh tokoh yang berusia
(kurang-lebih) sama dengan peserta maka mereka akan lebih mudah merasa ‘dekat’
dengan cerita yang disampaikan dalam film tersebut; dan alasan ketiga adalah
karena film ini memiliki muatan pelajaran moral yang kental (bahwa menolong
sahabat yang sedang dalam kesulitan semampu kita adalah sebuah kewajiban) namun
tidak terkesan menggurui karena disajikan dengan jenaka dan sangat khas
anak-anak.
III. Kesimpulan
Kemampuan menyimak dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah salah satu
keahlian yang harus mendapatkan perhatian khusus, dan seiring dengan
bergulirnya waktu, pengajar harus dapat menciptakan atmosfir kondusif dan
menciptakan inovasi-inovasi baru agar proses pengajarannya dapat berjalan secara
lebih efektif dan efisien. Kegiatan menyimak dengan memanfa’atkan teknologi
internet dapat menjadi masukan yang baik bagi proses belajar-mengajar di
kelas-kelas bahasa Inggris karena dapat memperkaya materi dan proses
pembelajaranpun dapat dilaksanakan tanpa terpaku pada keberadaan buku pegangan
(textbook) semata.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, H. Douglas. 2004. Language
Assessment: Principles and Classroom Practices. New York: Pearson
Education.
Li, R.C. & Hart, R.S. 1996. What
Can the World Wide Web Offer ESL Teachers? TESOL Journal, 5-10. Winter.
Meloni, C. 1998. The Internet in the
classroom: A valuable tool and resource for ESL/EFL Teachers. ESL Magazine.
<//www.eslmag.com/Article.htm> (19 July 2010)
Nunan, David in Richards, Jack C. Dan Willy A. Renandya’s Methodology in language Teaching: An
Anthology of Current Practice. 2002. Cambridge: Cambridge University Press.
Paul, D. 2003. Teaching English to
Children in Asia. Longman Group (Far East) Limited.
Paulsen B., Janice. 2001. New Era
Trends and Technologies in Foreign Language Learning: An Annotated Bibliography.
Interactive Multimedia Electronic
Journal of Computer-Enhanced Learning. <http://imej.wfu.edu/articles/2001/1/05/index.
asp.> (accessed on 19 July 2010).
Richards, J., Platt, J. & Weber, H. 1985. Longman Dictionary of
Applied Linguistics. London: Longman.
Rost, M. 1994. Learning to Listen.
San Diego: Domine Press.
Steinberg, D.D. 1993. An Introduction
to Psycholinguistics. England: Longman Group UK Limited.
[1]
Disampaikan pada “Program Wisata Kampus sebagai Sarana Pembelajaran Bahasa
Inggris Bagi Anak-anak dari Pusat Pengembangan Anak IO-776 Klaten (16 Mei
2010).
[2] Dosen
Jurusan PBI FBS UNY
[3] Nunan, dalam artikelnya
“Listening in Language Learning” yang terdapat pada buku Richards, Jack C. Dan
Willy A. Renandya, Methodology in
language Teaching: An Anthology of Current Practice, 2002: 238-239).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar